Unsur-unsur LKS Sebagai Bahan Ajar Penyusunan LKS

pendek, dan jelas tidak berbelit, memiliki tata urutan yang sistematik, dan memiliki tujuan belajar yang jelas. 3 persyaratan teknis; mencangkup tulisan, gambar, dan tampilan. Tampilan harus menarik untuk dan menyenangkan untuk meningkatkan motivasi. 19 Menurut Andi Praswoto, untuk membuat sebuah LKS yang kaya manfaat, maka kita harus menjadikannya sebagai bahan ajar yang menarik bagi peserta didik. Sehingga, dengan keberadaan LKS tersebut, peserta didik menjadi tertarik untuk belajar keras dan belajar cerdas. Dalam rangka mengembangkan LKS, maka kita perlu memperhatikan desain pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya sebagai berikut; 1 Menentukan desain pengembangan LKS Seperti halnya bahan ajar yang menggunakan media cetak, desain LKS pada dasarnya tidak mengenal pembatasan. Batas yang ada hanyalah imajinasi pendidik. Meski demikian, ada dua faktor yang perlu diperhatikan pada saat mendesain LKS, yaitu tingkat kemampuan membaca peserta didik dan pengetahuan peserta didik LKS didesain untuk digunakan peserta didik secara mandiri. Artinya guru sebagai pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, dan peserta didiklah yang diharapkan berperan secara aktif dalam mempelajari materi yang terdapat di dalam LKS. adapun batasan umum yang dapat dijadikan pedoman saat menetukan desain LKS: a Ukuran b Kepadatan halaman c Penomoran d Kejelasan. 20 19 Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009, h.212 20 Ibid., h. 216-220 2 Langkah-langkah pengembangan LKS Belawati dalam Andi Prastowo mengungkapkan bahwa “untuk mengembangkan LKS yang menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, ada empat langkah yang dapat ditempuh, yaitu penentuan tujuan pembelajaran, pengumpulan materi, penyusunan elemen atau unsur- unsur, serta pemeriksaan dan penyempurnaan”. 21

2. Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based

LearningPBL Istilah pembelajaran berbasisberdasarkan masalah diadopsi dari istilah Problem Based Instruction PBI. Menurut Dewey dalam Sudjana, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan ini secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. 22 Secara konseptual, Arend menjelaskan bahwa Problem based learning PBL atau pengajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dan bermakna sebagai langkah awal untuk investigasi dan penyelidikan. 23 Menurut M. Taufiq Amir, Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. 24 21 Ibid., h. 220-224 22 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet. Ke-2 h. 91 23 Richard I. Arends, Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar, Penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyatini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 41 24 Trianto, Op, cit., h. 90 “PBL is a student centered, problem-based, inquiry-based, integrated, and collaborative learning. Whereby, small groups of students, guided by tutor, focus on real-world case scenarios and independently study to solve the case with their newly acquired knowledge ”. Yang dapat diartikan bahwa PBL adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, berbasis masalah, berbasis penyelidikan, terpadu, dan pembelajaran kolaboratif. Dimana, kelompok kecil siswa dipandu oleh tutor, fokus pada skenario kasus dunia nyata dan belajar secara mandiri untuk memecahkan kasus yang baru diperolehnya dengan pengetahuan mereka. 25 Menurut Arends yang dikutip oleh M. Taufiq Amir menyebutkan bahwa pengajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berbasis proyek Projek-based instruction, pembelajaran berbasis pengalaman experience-based intruction, dan pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan anchored instruction. 26 Menurut Donal Woods yang dikutip M. Taufiq Amir menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Melainkan dapat membantu pembelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. 27 Menurut Lynda Wee yang dikutip oleh M. Taufiq Amir mengatakan bahwa proses pembelajaran berbasis masalah sangat menunjang membangun kecakapan mengatur diri sendiri self directed, kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang relatif perlu dalam kehidupan sehari-hari. 28 25 Hossein Jabbari, et al., ”Lecture-Based versus Probelem-Based Learning Methods in Public health Cousre for Medical Students ”, Journal of Tabriz University of Medical Sciences, Tabriz Iran. H. 31-32 26 Trianto, Op. cit., h. 92 27 Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, cet. Ke-1. h. 13. 28 Ibid, h. 13