Hal ini senada dengan ungkapan John Dawey yang dikutip oleh Sugianto mengatakan bahwa belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari
lingkungan dijadikan bahan materi guna memperoleh pengertian untuk dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
33
Berdasarkan pengertian-pengertian pembelajaran berbasis masalah di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran
yang berpusat pada siswa untuk memecahkan permasalahan dengan mengumpulkan informasi untuk membentuk sebuah solusi dari masalah yang
diberikan. Pada model pembelajaran ini siswa juga aktif dalam proses pembelajaran dan memicu siswa memiliki keterampilan untuk menyelesaikan
masalah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut serta dapat mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
b. Ciri atau Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based
LearningPBL
Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1 Pengajuan pertanyaan atau masalah
2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3 Penyelidikan autentik
4 Menghasilkan produk dan memamerkannya
5 kolaborasi
34
33
Sulistianingsih, “Pendekatan Problem based learning Suatu Alternatif Mengembangkan
Belajar Siswa Aktif ”, Jurnal Ilmu Pendidikan STKIP Kusuma Negara, Vol.2 Tahun II-2010, h. 49
34
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Berorientasi Konstruktifistik, Jakarta: Pertasi Pustaka Publiser, 2007, h. 68
Selain itu, menurut Yatim Purwanto bahwa pada umumnya guru menerapkan model ini menjurus pada pemecahan suatu masalah kehidupan nyata
yang dihadapi siswa sehari-hari dengan menggunakan keterampilan pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah umumnya berbentuk suatu proyek
untuk diselesaikan oleh kelompok siswa dengan bekerja sama.
35
Karakteristik lain yang dikemukan oleh Tan yang dikutip oleh M. Taufiq Amir, bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1 Masalah yang digunakan sebagai awal pembelajaran
2 Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara ill-structured 3
Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk multiple perspective. Solusinya menuntut pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari
beberapa bab atau lintasan ilmu dibidang lainnya. 4
Masalah membuat pembelajar merasa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru
5 Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri self directed learning
6 Memanfaatkan sumber yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.
36
PBM adalah pembelajaran yang kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Pembelajaran bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan peer
teaching, dan melakukan presentasi. Menurut karakter tersebut, pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan seperti dibawah ini:
1 Keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah
Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari
itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain pembelajaran berbasis masalah melatih kepada peserta didik untuk memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
35
Riyanto, Op. cit., h. 288
36
Amir, Op. cit., h. 22
a Berpikir adalah sebuah proses yang melibatkan operasi-operasi mental,
seperti induksi, deduksi, klarifikasi, dan penalaran. b
Berpikir adalah sebuah proses representasi secara simbolis melalui bahasa berbagai objek dan kejadian riil dan menggunakan representasi
simbolis itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial objek dan kejadian tersebut.
c Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan
mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi atau judgement yang baik. 2
Belajar peranan orang dewasa yang autentik Menurut Resnick, bahwa model pembelajaran berbasis masalah amat
penting dalam membantu siswa untu performance diberbagai situasi orang dewasa yang penting
3 Menjadi pembelajar yang mandiri
Pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang independen dan self-regulated. Dibimbing oleh guru yang
senantiasa memberikan semangat dan reward ketika mereka mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri solusi untuk berbagai masalah riil, kelak siswa
belajar untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri.
37
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran yang lainnya yaitu:
1 Pembelajaran bersifat student centered.
2 Pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil.
3 Dosen atau guru verperan sebagai fasilitator.
4 Masalah menjadi faktor dan merupakan sarana untuk mengembangkan
katerampilan menyelesaikan masalah 5
Informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri self directed learning.
38
37
Ibid, hal. 43-44
38
Ni Made Suci, “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi UNDIKSHA
”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, No. 2, Vol. 1, April 2008, h. 77
Arend menjelaskan tentang karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu: 1
Pertanyaan atau masalah perangsang. Pembelajaran berbasis masalah atau PBL mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang
penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa. mereka dihadapi berbagai situasi dunia nyata yang tidak dapat diberi jawaban-
jawaban sederhana dan ada berbagai solusi yang competing untuk menyelesaikannya.
2 Fokus Interdisipliner. Meskipun PBL dapat dipusatkan pada subjek tertentu
sains, matematik dan sejarah, tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.
3 Invesigasi autentik. PBL mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi
yang autentik yang berusaha menemukan solusi real. Mereka menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat
prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen bilamana mungkin, membuat inferensi, menarik kesimpulan.
Metode-metode investigasi yang digunakan tentu tergantung pada masalah yang diteliti.
4 Produksi arefak dan exhibit. PBL menuntut siswa untuk mengkonstruksikan
produk dalam bentuk laporan atau slide pretentasi yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi mereka.
5 Kolaborasi. Seperti model cooperative learning, PBL ditandai oleh siswa-
siswa yang bekerja bersama siswa-siswa lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerja berbasama-sama
memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas- tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan berbagai keterampilan
sosial.
39
39
Richard I. Arends, Op, cit., h. 42-43