64
Tabel 4.11 Persentase Hasil Observasi Siswa Teknik GI
No Aspek yang Diamati
Presentase I
II III
1 Siswa mendengarkan penjelasan guru
68 75
89 2
Siswa mendapat topik yang akan diselidiki 100
89 100 3
Siswa bekerja sama dalam kelompoknya 64
61 89
4 Siswa menjelaskan materi kepada teman kelompoknya
75 86
93 5
Siswa melaksanakan rencana pelaksanaan kooperatif teknik GI
82 89 100
6 Siswa bertanggung jawab menyelesaikan tugas dari
masing-masing kelompok 68
89 96
7 Siswa pada tiap kelompok membuat kesimpulan
88 93 100
8 Siswa pada tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
86 86 100
9 Siswa memperhatikan diskusi
71 82 100
10 Siswa aktif dalam mengeluarkan pendapat
71 75
93 11
Siswa melaksanakan evaluasi pembelajaran 86 100 100
Keterampilan kooperatif rata-rata siswa baik dalam memecahkan masalah, menganalisis dan sisntesis, dan lain-lain. Siswa mau bekerja sama dengan teman
kelompoknya atas pilihan guru meskipun pada awalnya agak sulit karena karakter masing-masing siswa berbeda. Hal ini terlihat dari kegiatan siswa yang semakin baik.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran pendekatan teknik STAD dan GI di SMP YPI Bintaro. Adapun posisi peneliti adalah
sebagai motivator dan fasilitator bagi seluruh kelompok pada kelas eksperimen STAD dan GI, apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh
siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan, secara bersama dan bukan sebagai pemberi materi total dari awal
sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam menerangkan ke siswa. Pada pengujian normalitas diketahui bahwa agar data berdistribusi normal
maka t
hitung
t
tabel
. Berdasarkan data pretest dan posttest yang diperoleh dari kedua kelas eksperimen yaitu pada pretest STAD adalah 0,12510,1497 dan kelas GI adalah
0,071590,1497. Sedangkan posttest STAD adalah 0,12710,1497 dan GI adalah
65
0,119830,1497. Dengan demikian didapatkan bahwa kedua data kelas eksperimen berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil belajar biologi menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas GI lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas STAD. Pada kelas GI nilai rata-
rata sebesar 72,8. Pada kelas STAD nilai rata-ratanya sebesar 67. Berdasarkan perolehan kategorisasi N-gain, kelas STAD mendapat 1 orang siswa dengan nilai
kategori tinggi. Sedangkan kelas GI mendapat 5 orang siswa dengan kategori nilai tinggi. Dengan demikian kelas GI memiliki jumlah siswa yang lebih banyak pada
kategori tinggi dibandingkan dengan STAD. Banyaknya jumlah siswa pada kategori tinggi di kelas GI dikarenakan proses belajar mengajar yang memicu siswa lebih
terstimulus atau terangsang untuk mencari tahu dan aktif belajar secara optimal. Sesuai dengan pendapat Slavin yang dikutip oleh Ida Bagus Putu Arnyana bahwa teknik GI
memiliki dasar filosofi konstruktivisme dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya dan peranan guru hanya sebagai fasilitator. Dalam teknik GI terjadi
peningkatan kemampuan dalam melakukan analisis dan sintesis terhadap segala informasi, sehingga penguasaan akan materi pelajaran menjadi lebih baik.
Aktivitas guru setiap pertemuan kelas STAD yaitu 81,8 , 86,4 , dan 95,5 . Sedangkan kelas GI yaitu 82,5 , 90 , dan 97,5 . Kegiatan guru baik kelas STAD
maupun GI menunjukkan adanya peningkatan aktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan strategi dan kompetensi yang
dimilikinya. Aktivitas siswa pada kedua kelas eksperimen juga mengalami peningkatan di
setiap pertemuan. Peningkatan aktivitas siswa pertemuan ke tiga di kelas STAD yaitu terdapat pada aspek siswa mampu bertanggung jawab melaksanakan tugas kerjasama
dan termotivasi untuk mendapatkan nilai terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin yang dikutip oleh Isjoni bahwa keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
66
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
7
Pada penerapannya STAD bertugas membantu anggota kelompok untuk bekerja memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, membuat kelompok
bekerja yang saling mengemukakan pendapat maupun menghadapi tes atau ulangan. Tim STAD berusaha supaya anggota kelompok atau individu dapat lebih menonjol
pengetahuannya daripada kelompok lain dan menekankan bahwa anggota kelompok bekerja paling baik dibandingkan kelompok lainnya. Terdapat delapan langkah
pembelajaran STAD yaitu: 1 presentasi kelas, 2 pembentukan kelompok, 3 pemberian tugas, 4 scafolding bimbingan, 5 validasi, 6 kuis 7 penghargaan
kelompok 8 evaluasi.
8
Sedangkan aktivitas siswa di kelas GI yang mengalami peningkatan pada pertemuan ke tiga meliputi beberapa aspek. Adapun aspek2 aktivitas siswa yang
mengalami peningkatan mencapai 100 sebagai berikut: aspek siswa mendapat topik; perencanaan kooperatif; membuat kesimpulan; mempresentasikan; memperhatikan
diskusi; dan mengevaluasi. Pada aspek ini siswa mulai mengikuti semua tahapan kegiatan teknik GI serta saling membantu dalam memecahkan masalah yang diberikan
guru. Dalam model pembelajaran teknik GI diketahui kemampuan berpikir siswa tinggi. Sama halnya yang diutarakan oleh Lord 2001, kooperatif GI dapat membantu
siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Proses pembelajaran GI merangsang siswa untuk berkemampuan menganalisis dan mensintesis segala informasi sehingga materi
akan terkuasai lebih baik. Pada pencapaian proses, kegiatan pembelajaran GI siswa dituntut memilih topik berdasarkan masalah yang ditetapkan oleh guru. Terdapat enam
langkah pembelajaran GI yaitu: 1 fase pemilihan topik, 2 fase perencanaan kooperatif, 3 implementasi, 4 analisis dan sintesis, 5 presentasi hasil final 6
evaluasi.
7
Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta, 2007, h. 22.
8
Tonih Feronika, Op. Cit., h. 65.
67
Berdasarkan pengujian hipotesi, dinyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar biologi yang signifikan antara siswa yang menggunakan teknik STAD dan
yang menggunakan teknik GI. Perbedaan rata-rata hasil belajar biologi antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa teknik GI lebih besar dari teknik STAD. Hal
ini diperkuat dengan menggunakan uji “t” kedua kelompok tersebut diperoleh juga t
hitung
t
tabel
, yaitu 2,1322,00, hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen teknik GI yang lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil belajar biologi siswa pada kelas STAD.
9
Berdasarkan hasil belajar biologi siswa kelas STAD dan GI telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya yaitu dimana siswa yang diajarkan melalui teknik
GI lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik STAD. Antara lain: Muhammad Syahrul. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa dengan pendekatan GI lebih tinggi dari pada hasil belajar kimia siswa dengan pendekatan STAD.
10
Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Santyasa, Nyoman Subratha, I N P Suwindra, IKIP
Negeri Singaraja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok MRK dan kelompok MPL. MRK terevaluasi lebih
efektif dibandingkan dengan MPL dalam pencapaian hasil belajar fisika. 2Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antar kelompok-kelompok GI, MDR, dan STAD. GI
terevaluasi paling unggul, disusul MDR, dan terakhir STAD dalam pencapaian hasil belajar fisika.
11
Siswa yang diajarkan dengan teknik GI akan mendapat rata-rata yang baik, selain itu siswa akan mengalami peningkatan hasil belajar dikarenakan aktivitas siswa
9
Lampiran 40, h. 212-213.
10
Muhammad Syahrul, “Perbedaan Hasil Belajar Kimia Siswa Antara yang Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Metode STAD”, Jakarta: Skripsi:
Prodi Pendidikan Kimia Jurusan PIPA FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2007, h. 42.
11
I Wayan Santyasa, Nyoman Subratha, I N P Suwindra, “Keefektifan Model Rekonstruksi Kognitif dan Teknik-teknik Kooperatif GI, MURDER, dan STAD dalam Pembelajaran Fisika di SMA”,
dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No .4 TH. XXXVII Oktober 2005. h. 642.
68
mendorong rasa ingin tau siswa untuk mensintesis dan menganalisis informasi sebanyak-banyaknya. Hal ini dikarenakan teknik GI memiliki tujuan kognitif informasi
akademik yang tinggi dengan berketerampilan inkuiri. Proses pembelajaran GI merangsang siswa untuk berkemampuan menganalisis dan mensintesis segala informasi
sehingga materi akan terkuasai lebih baik. Sesuai dengan pernyataan Sri Ngabekti bahwa dalam proses siswa dirangsang belajar dengan cara menghadapkannya pada
masalah, sehingga akan timbul reaksi untuk memecahkan masalah tersebut. Konsep pengetahuan pada teknik ini berarti pengetahuan yang diperoleh oleh siswa melalui dan
dari pengalamannya baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjuk pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu atau
siswa saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat dan dikaji bersama. Dalam interaksi ini melibatkan proses berbagi ide dan pendapat, serta saling tukar
pengalaman melalui proses saling berargumentasi.
12
12
Sri Ngabekti, “Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok”, dalam Proceeding: Seminar Nasional Biologi Bidang Lingkungan, Bioteknologi, dan
Pendidikan Biologi LPMP Semarang, 26 Agustus 2006, h. 281.
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen STAD 67 dan kelas eksperimen teknik GI 72,8, rata-rata N-gain kelas eksperimen teknik STAD 0,48
dan kelas eksperimen GI 0,56, dan uji-t diperoleh t
hitung
t
tabel
, yaitu 2,1322,00 dengan taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan 70.
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar biologi antara
siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik STAD dan teknik GI pada konsep sistem pencernaan pada manusia.
2. Berdasarkan data hasil belajar siswa pendekatan kooperatif teknik GI lebih baik daripada teknik STAD pada konsep sistem pencernaan.
3. Hasil observasi pada guru menunjukkan bahwa guru melaksanaan semua kegiatan pembelajaran dengan baik. Sedangkan aktivitas siswa pada
model kooperatif teknik STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok melalui kuis yang berhadiah sehingga dapat
meningkatkan motivasi serta saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru, sedangkan
teknik GI dapat menyelesaikan penyelidikan yang kompleks.