Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi manusia Indonesia perlu meningkatkan keterampilan berpikir, agar mampu memecahkan masalah-masalah yang ada disekitarnya. Berpikir merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam prestasi belajar, penalaran formal, keberhasilan belajar, dan kreativitas karena berpikir merupakan inti pengatur tindakan siswa. Tuntutan era globalisasi ini mensyaratkan agar siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan pemikirannya sendiri. Cara ini diharapkan dapat membuat siswa menjadi manusia yang mandiri dan dapat berpikir kreatif. Untuk itu peran guru sebagai pemberi ilmu sudah harus bergeser kepada peran baru yang lebih kondusif bagi siswa menyiapkan diri dalam persaingan global sesuai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam IPA khususnya biologi telah melaju dengan pesatnya hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi yang memungkinkan IPA berkembang dengan pesat. Sehingga menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA. Untuk menyesuaikan perkembangan IPA kreativitas Sumber Daya Manusia SDM merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan SDM adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan Salah satu aspek penting dalam Sistem Pendidikan Nasional SNP adalah kurikulum. Pada tahun pelajaran 20062007 kurikulum yang mulai diterapkan adalah KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 1 Menurut Gagne dan Biggs yang dikutip oleh Tengku Zahara Djaafar pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa sedemikian rupa sehingga berlangsung dengan mudah. 2 Adanya komponen yang berbeda-beda menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacam-macam sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam. Metode pembelajaran biologi yang umum digunakan oleh guru biologi adalah metode konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah. Dalam metode ceramah, guru lebih memfokuskan diri pada upaya pemindahan transformasi pengetahuan kepada siswa tanpa memperhatikan bahwa ketika siswa memasuki kelas, siswa mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Sistem pencernaan pada manusia merupakan salah satu konsep dalam ilmu biologi di SMP. Menurut kurikulum, konsep sistem pencernaan pada manusia dicantumkan dalam pelajaran biologi SMP kelas VIII semester 1. Konsep sistem pencernaan pada manusia meliputi mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Umumnya penyajian pembelajaran pada konsep sistem pencernaan kurang menarik bagi siswa, sehingga siswa merasa sulit untuk memahaminya. Hal ini disebabkan guru masih menggunakan metode konvensional dengan metode ceramah atau disebut juga metode pembelajaran satu arah. Metode ini mengkondisikan siswa hanya sebagai obyek sehingga siswa menjadi pasif dan kurang terangsang aktif belajar secara optimal. Hal ini tentu berpengaruh terhadap 1 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 1. 2 Tengku Zahara Djaafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran, Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UN-Padang, 2001, h. 2. hasil belajar biologi siswa. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang menarik dan efektif agar siswa dengan mudah dapat memahami konsep. Dalam memberikan pembelajaran guru menggunakan metode, dan pendekatan, untuk melayani, mendidik dan mengajar agar sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang mengacu pada teori belajar yang sesuai dengan teori belajar kognitif. Relevansi dari teori ini dalam pengajaran IPA dijabarkan melalui konstruktivisme. Hakikat teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi dengan pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPA dalam meningkatkan kemampuan siswa bekerjasama dengan orang lain sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Penerapan pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia yaitu gotong royong. Anggota masyarakatnya mempunyai kesamaan tujuan dan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Menurut Slavin yang dikutip oleh Prayekti mengemukakan bahwa teknik pembelajaran kooperatif adalah berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan para siswa dapat bekerja di dalam kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi tertentu. 3 Menurut Slavin yang dikutip oleh Muslimin Ibrahim et. al., bahwa teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Dalam pembelajaran koopertif siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif daripada siswa yang bekerja secara individual atau 3 Suprayekti, Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 07 Tahun V, Desember, 2006, h. 89. kompetitif. Sehingga materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama. 4 Proses belajar dengan kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman tentang materi pembelajaran yang tidak dapat diperoleh pada metode ceramah. Nor Azizah Salleh dan Sharan yang dikutip oleh Nor Azizah Shalleh, Siti Rahayah Arifin, dan Musa Daia menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai struktur yang membolehkan interaksi sosial berlaku dan dapat meningkatkan pencapaian, minat kepada sekolah, teman, dan mata pelajaran. Pembelajaran kooperatif ini adalah berasaskan teori perkembangan kognitif, sadar sosial dan behavioris. Teori sadar sosial menekankan kepentingan dinamika kelompok, kemahiran sosial dan berkomunikasi untuk mewujudkan semangat bekerjasama. Teori behaviorisme pula menekankan kepentingan peneguhan kepada satu perlakuan yang positif. Ganjaran diberi kepada pelajar untuk memberikan motivasi kepada peserta didik. Pembelajaran kooperatif melibatkan ganjaran atau hadiah yang membedakannya dengan pembelajaran konvensional. 5 Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua di antaranya yaitu Group Investigation GI dan Student Team-Achievement Divisions STAD. Dalam pembelajaran kooperatif baik GI maupun STAD dibagi menjadi beberapa kelompok, dan siswa diharapkan untuk aktif, saling menghargai, saling membantu di dalam kelompok untuk memecahkan masalah bersama- sama. Pada model pembelajaran kooperatif teknik STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Sedangkan kelompok GI, siswa dibagi ke dalam 5-6 yang dibentuk berdasarkan kesamaan minat atau perkawanan. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai 4 Muslimin Ibrahim, et. al., Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: UNESA-University Press, 2000, h. 16. 5 Nor Azizah Salleh, Siti Rahayah Arifin, Musa Daia, Penerapan Nilai Murni Melalui Pembelajaran-Kooperatif dalam Sains, Jurnal Pendidikan No. 27 2001, h. 48-49. kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin kelompoknya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. 6 Model pembelajaran STAD sesuai dengan pendidikan IPA, oleh karena itu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses IPA, keterampilan IPA, sikap ilmiah, sikap demokratis dan penerapannya pada dunia nyata. Motivasi dalam pembelajaran STAD adalah menganjurkan bahwa hadiah dapat menciptakan anak lebih giat lagi dalam belajar dan berprestasi. Dalam model pembelajaran teknik GI diketahui kemampuan berpikir siswa tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Slavin yang menyatakan bahwa proses pembelajaran kooperatif teknik GI terjadi peningkatan kemampuan untuk melakukan analisis dan sintesis terhadap segala informasi sehingga penguasaan akan materi lebih baik. Kelebihan model kooperatif teknik GI dalam meningkatkan hasil belajar diutarakan oleh Lord. 7 Model pembelajaran kooperatif teknik GI dikembangkan oleh Thelan dan Sharan, dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerja sama dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif teknik GI memiliki tujuan pada pencapaian kognitif informasi akademik yang tinggi dengan berketerampilan inkuiri. Proses pembelajaran GI merangsang siswa untuk berkemampuan menganalisis dan mensintesis segala informasi sehingga materi akan terkuasai lebih baik. Pada pencapaian proses, kegiatan pembelajaran GI siswa dituntut memilih topik berdasarkan masalah yang ditetapkan oleh guru. Oleh karena itu, agar proses pengajaran dapat bermakna dengan adanya interaksi kerjasama sesuai dengan tujuan yang direncanakan, maka guru perlu mempertimbangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Dengan demikian 6 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Terj. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice London: Allymand Bacon, 2005 oleh Nurulita, Bandung: Nusa Media, 2009, Cet. Ke-IV h. 12. 7 Raharjo, The Effects of Group Investigation and Problem Based Learning Model to The Student Thinking Ability of Junior High School in Sidoarjo: Proceeding The Second International Seminar on Science Education Current Issues on Research and Teaching in Science Education, ISBN: 978-979-98546-4-2, 2008. h. 473. siswa dapat memecahkan masalah dengan kegiatan yang dipilih sendiri, pembelajaran akan lebih hidup, siswa aktif, dan hasilnya lebih bermakna. Maka peneliti perlu mencari strategi yang paling efektif dengan memilih judul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajarkan Melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Student Team Achievement Divisions STAD dan Teknik Group Investigation GI”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) DENGAN STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) MELALUI METODE EKSPERIMEN

0 7 52

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT Perbandingan Pembelajaran Group Investigation (GI) Dan Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Biologi Peserta Didik Kela

0 2 16

Antara Siswa yang Diajarkan Melalui Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Group Investigation (GI) Di SMP Negeri 6 Lilirilau

0 1 178