Undang Undang Dasar. Ketetapan MPR-RI Undang-Undang

14 potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dasar hukum otonomi daerah adalah sebagai berikut:

1. Undang Undang Dasar.

Undang-undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan adanya pembagian pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah. Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 amandemen kedua tahun 2000 untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus untuk mengatur pemerintahan daerah.

2. Ketetapan MPR-RI

Tap MPR-RI No. XVMPR1998 tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah, yaitu pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan kekuangan pusat dan daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Undang-Undang

Undang-undang No.221999 tentang Pemerintahan Daerah pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi. Hal-hal yang mendasar dalam UU No.221999 adalah mendorong untuk pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Namun, karena dianggap tidak 15 sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk menggantikannya.

C. PENDAPATAN DAERAH

Menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah terdiri atas: 1. Pendapatan Asli Daerah PAD, merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dimana pendapatan daerah tersebut bersumber dari daerah itu sendiri. Pendapatan asli daerah mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan merupakan salah satu komponen pendapatan daerah yang cukup penting. Banyak pemda yang masih mengandalkan sumber pendapatan ini karena jumlah PAD-nya 16 yang kurang mencukupi untuk menutup anggaran belanjanya. Dana perimbangan mencakup: a. Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan angka persentase tertentu didasarkan atas daerah penghasil untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber dana bagi hasil adalah pajak dan sumber daya alam. Pajak sendiri terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, serta Pajak Penghasilan PPh, baik dari Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri maupun dari Pajak Penghasilan PPh pasal 21. Sedangkan dana bagi hasil dari sumber daya alam berasal dari kehutanan, pertambangan gas bumi, serta pertambangan panas bumi. Pembagian dan mekanisme penghitungan dana bagi hasil, baik pajak maupun sumber daya alam diatur dalam UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Dana Perimbangan. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas: 1 Dana bagi hasil dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan sebagai berikut: a 10 sepuluh persen untuk Pemerintah Pusat. 10 sepuluh persen bagian Pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut: 17 1 65 enam puluh lima persen dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota; dan 2 35 tiga puluh lima persen dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapaimelampaui rencana penerimaan sektor tertentu. b 90 sembilan puluh persen untuk Pemerintah Daerah, dengan rincian sebagai berikut: 1 16,2 enam belas koma dua persen untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi; 2 64,8 enam puluh empat koma delapan persen untuk daerah kabupatenkota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupatenkota; dan 3 9 sembilan persen untuk biaya pemungutan. 2 Dana bagi hasil dari Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB. Hasil penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan sebagai berikut: a 20 dua puluh persen bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. b 80 delapan puluh persen untuk Pemerintah Daerah, dengan rincian sebagai berikut: 18 1 16 enam belas persen untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi; dan 2 64 enam puluh empat persen untuk daerah kabupaten dan kota penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupatenkota. 3 Dana bagi hasil dari Pajak Penghasilan PPh orang pribadi dalam negeri dan Pajak Penghasilan PPh pasal 21 dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan sebagai berikut: a 80 delapan puluh persen untuk Pemerintah Pusat b 20 dua puluh persen untuk Pemerintah Daerah. Bagian penerimaan Pemerintah Daerah dibagi antara daerah provinsi dan daerah kabupatenkota dengan imbangan sebagai berikut: 1 40 empat puluh persen untuk Daerah Propinsi 2 60 enam puluh persen untuk Daerah KabupatenKota Tabel 2.1 Pembagian Dana Bagi Hasil Pajak Sumber : Diolah dari berbagai referensi Dana Bagi Hasil Pajak Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Total Penerima -an Pusat Kab Kota Insen- tif Total Penerima- an Daerah Prov. Kab Kota Biaya Pemungu -tan PBB 10 65 35 90 16,2 64,8 9 BPHTB 20 Dibagi dengan porsi yang sama besar - 80 16 64 - PPh 80 - - 20 40 60 - 19 b.Dana Alokasi Umum DAU Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU tersebut dialokasikan untuk provinsi dan kabupatenkota.

c. Dana Alokasi Khusus DAK

Dana Alokasi Khusus DAK merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan pada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional. 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan pendapatan yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer. Hal ini mencakup hibah barang atau uang dan atau jasa, dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan bencana, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupatenkota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

D. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PBB

1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan