Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi

99 tahun 2009, persentase kontribusi BPHTB terhadap pendapatan daerah mengalami penurunan sebesar 0,33 menjadi 10,25. Penurunan kontribusi ini menunjukkan bahwa terbentuknya kota Tangerang Selatan mempengaruhi kontribusi dana bagi hasil BPHTB terhadap dana bagi hasil pajak maupun terhadap pendapatan daerah. Dengan rata-rata kontribusi BPHTB terhadap dana bagi hasil sebesar 41,72. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi BPHTB terhadap dana bagi hasil sangat baik. Sebaliknya, rata-rata kontribusi BPHTB terhadap pendapatan daerah sangat kurang, karena hanya berkontribusi sebesar 9,71. Sehingga, manfaat yang diberikan oleh BPHTB sangat rendah. Hal ini sesuai denga hasil penelitian Lars P. Feld, Gebhard Kirchgassner dan Christoph A. Schaltegger 2010 bahwa secara umum dana bagi hasil pajak kurang berkontribusi hanya berkontribusi sedikit terhadap pendapatan daerah. Hasil penelitian inijuga didukung oleh Rahmadina 2006 bahwa BPHTb kurang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan daerah jika dibandingkan dengan PBB. Akan tetapi, hal ini berbanding terbalik dengan dengan hasil penelitian Masitoh 2007 bahwa PBB dan BPHTB, keduanya berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan daerah.

3. Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi

Dalam tabel di bawah dapat dilihat bahwa kontribusi PPh terhadap dana bagi hasil pajak pada tahun 2005 adalah sebesar 18,47. Pada tahun 2006 kontribusi dana bagi hasil PBB terhadap dana bagi hasil pajak 100 mengalami penurunan sebesar 2,66 menjadi 15,81. Tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1,25 menjadi 17,06. Tabel 4.9 Kontribusi PPh URAIAN 2005 2006 2007 PPh 50,655,253,127 46,584,285,879 60,654,757,051 Dana Bagi Hasil Pajak 274,306,326,382 294,597,429,537 355,485,422,996 Pendapatan Daerah 1,103,857,629,787 1,261,750,836,799 1,663,170,078,672 Kontribusi terhadap Dana Bagi Hasil Pajak 18.47 15.81 17.06 Kontribusi terhadap Pendapatan Daerah 4.59 3.69 3.65 Bersambung ke halaman selanjutnya Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 kontribusi PPh terhadap pendapatan daerah perlahan-lahan menurun. Tahun 2005 sebesar 4,59 lalu pada tahun 2006 menurun 0,90 menjadi 3,69, sedangkan tahun 2007 menurun 0,04 menjadi 3,65. Tabel 4.9 Lanjutan Sumber : Dispenda Daerah Kab. Tangerang Data Diolah URAIAN 2008 2009 PPh 69,333,138,901 74,816,715,941 Dana Bagi Hasil Pajak 428,909,788,720 471,415,704,547 Pendapatan Daerah 1,906,738,614,531 1,920,402,615,206 Kontribusi terhadap Dana Bagi Hasil Pajak 16.16 15.87 Kontribusi terhadap Pendapatan Daerah 3.64 3.90 101 Dalam tabel di atas juga dapat dilihat bahwa kontribusi dana bagi hasil PPh terhadap dana bagi hasil pajak tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0,9 menjadi 16,16. Hal ini disebabkan pada akhir tahun 2008 terjadi pemekaran wilayah di Kabupaten Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan dimana secara langsung maupun tidak langsung hal ini sedikit mempengaruhi kontribusi PPh terhadap dana bagi hasil pajak. Pada tahun 2009, PPh berkontribusi sebesar 15,87 dan mengalami penurunan sebesar 0,29.. Pada tahun 2008, persentase kontribusi PPh terhadap pendapatan daerah hanya mengalami penurunan sebesar 0,01 menjadi 3,64. Jika dilihat pada tahun 2009, maka persentase kontribusi PPh terhadap pendapatan daerah mengalami kenaikan sebesar 0,26 menjadi 3,90. Rata-rata kontribusi PPh terhadap dana bagi hasil pajak sebesar 16,68 yang tergolong kurang dan rata-rata kontribusi PPh terhadap pendapatan daerah sebesar 3,89 yang tergolong sangat kurang. Rata-rata kontribusi PPh terhadap dana bagi hasil pajak dan pendapatan daerah sangat kurang karena pembagian dana bagi hasil PPh sangatlah rendah yaitu hanya sebesar 20. Sehingga, PPh lebih berkontribusi terhadap penerimaan Negara yaitu sebesar 50 Rahmat, 2010:271. Selain itu, pembagian PPh-nya pun hanya berasal dari PPh pasal 25 dan pasal 29 WPOPDN serta PPh pasal 21. Sehingga, manfaat yang diberikan oleh PPh untuk daerah tersebut benar-benar sangat rendah. Hasil 102 ini sesuai dengan penelitian Masitoh 2007 bahwa PPh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan daerah. 103

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Dana bagi hasil pajak yang potensial adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB yaitu sebesar 14,52 dan Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang sebesar 11,17 karena memiliki rata-rata tingkat pertumbuhan yang tinggi sedangkan dana bagi hasil pajak yang tidak potensial adalah Pajak Penghasilan PPh orang pribadi yaitu sebesar 8,88. 2. Pajak yang tergolong berkontribusi baik terhadap dana bagi hasil pajak adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB sebesar 41,72 dan Pajak Bumi dan Bangunan PBB sebesar 41,61. Sedangkan Pajak Penghasilan PPh orang pribadi kurang berkontribusi terhadap dana bagi hasil pajak karena hanya berkontribusi sebesar 16,68. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa dana bagi hasil pajak sangat kurang berkontribusi terhadap pendapatan daerah karena hanya berkontribusi di bawah 10. 3. Rata-rata tingkat efektivitas yang paling tinggi adalah penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB yaitu sebesar 137,95, berbeda 2,08 dengan tingkat efektivitas PBB yang sebesar 135,87. Sedangkan rata-rata tingkat efektivitas yang paling rendah adalah Pajak Penghasilan PPh orang pribadi. Dimana tingkat efektivitas BPHTB, PBB, maupun PPh orang pribadi berada pada kategori sangat efektif. Hal ini 104 berarti walaupun Kota Tangerang Selatan terbentuk dan adanya masa peralihan BPKD menjadi Dipenda, tingkat efektivitas penerimaan BPHTB, PBB, maupun PPh orang pribadi tidak berpengaruh karena masih termasuk dalam kriteria sangat efektif.

B. Implikasi

1. Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang sebaiknya melakukan evaluasi setiap periode agar dapat meningkatkan jumlah penerimaan dana bagi hasil pajak dengan cara melihat data-data atau informasi mengenai seberapa besar tingkat efektifitas, kontribusi dan tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi. Diharapkan datainformasi tersebut bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi efektivitas penggalian sumber-sumber objek pajak untuk periode berikutnya. 2. Sebagian besar penurunan yang terjadi, baik itu pada tingkat pertumbuhan, kontribusi, maupun tingkat efektivitas, dipengaruhi oleh terjadinya pemecahan wilayah di Kabupaten Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan serta masa peralihan BPKD menjadi Dipenda. Sehingga, pemerintah daerah seharusnya berusaha lebih giat lagi untuk mengoptimalkan sumber-sumber dana bagi hasil pajak dengan melihat tingkat efektivitas pemerintah daerah bisa melihat dana bagi hasil pajak mana yang sudah potensial dan mana yang belum. 105

C. Saran

1. Daerah harus mampu mengidentifikasi komponen dana bagi hasil pajak manakah yang memberikan kontribusi positif dan masih berpotensi untuk ditingkatkan. 2. Keterlibatan yang penuh dari pemerintah daerah Kabupaten Tangerang, khususnya Dinas Pendapatan Daerah, dalam perencanaan ataupun penentuan potensi, target dan besarnya realisasi PBB, BPHTB, PPh Orang Pribadi agar perencanaan dan penentuan target bisa tepat. 3. Dalam usaha meningkatkan penerimaan PBB dan BPHTB dapat dilakukan dengan usaha ekstensifikasi, mengingat potensi PBB dan BPHTB masih sangat luas. 4. Memberikan pembinaan dan pengetahuan yang luas kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya membayar pajak bagi mereka. 5. Undang-undang tentang otonomi daerah diperbaharui agar pembentukan daerah otonom lebih dibatasi. Sehingga, suatu daerah tidak semudah itu dalam membentuk suatu daerah otonomi ataupun melakukan pemekaran wilayah. 6. Pemerintah daerah meningkatkan penerimaan daerah dari hasil non pajak dan mengoptimalkan sumber-sumber non pajak. Sehingga, diharapkan penelitian berikutnya bisa memetakan sumber-sumber penerimaan non pajak serta dapat mengetahui tingkat pertumbuhan, kontribusi, dan efektivitas sumber-sumber non pajak tersebut bagi penerimaan daerah. 106 7. Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang sebaiknya memperbaharui data- data PBB yang dimiliki sesuai dengan sertifikat tanah yang dimiliki oleh masing-masing wajib pajak. 8. Pemerintah daerah melakukan penagihan PBB kepada wajib pajak-wajib pajak yang menunggak agar penerimaan dana bagi hasil PBB meningkat. 9. Pembuatan KTP untuk para pendatang yang berasal dari luar wilayah Kabupaten Tangerang, baik itu dalam bentuk KTP sementara maupun KTP tetap. Agar sistem administrasi penduduk yang tercatat di pemerintah daerah Kabupaten Tangerang lebih akurat. Sehingga, jumlah penduduk wajib pajak yang bekerja di daerah tersebut dapat diketahui dan penerimaan dana bagi hasil PPh juga bisa ditingkatkan. 107 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007. Anonim, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Anonim, Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Anonim, Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2000. Anonim, Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Anonim, Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000. Dwirandra. Efektivitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonom KabupatenKota di Propinsi Bali Tahun 2002-2006. Bali : Universitas Udayana. 2008. Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis. Yogyakarta : Andi Offset. 2009. Ekowati, Lia, Ida Nurhayati dan Nedsal Sixpria. PBB Sebagai Salah Satu Sumber Dana dalam Pembangunan Daera Kota Depok. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 2 Nomor 1. 2003. Feld, Lars P, Gebhard Kirchgassner, dan Christoph A. Schaltegger. Decentralized Taxation and The size of Government : Evidence from Swiss State and Local Governments. Southern Economic Journal. 2010. Hari Adi, Priyo dan Wahyuni. Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi Dana Bagi Hasil terhadap Pendapatan Daerah. The 3 rd National Conference UKWMS Suarabaya. 2009. 108 Mardiasmo. Perpajakan : Edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Andi Offset. 2009. Muluk, MR Khairul. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang : Bayu Media Publishing. 2007. Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra dan Maulidah Rahmawati. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat. 2009. Pujiati, Amin. Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang. 2008. Rachmat. Akuntansi Pemerintahan. Bandung : Pustaka Setia. 2010. Rahmadina. Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB terhadap Pendapatan Daerah Studi Kasus di Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Utara . FEIS UIN Jakarta. 2006. Resmi, Siti. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat. 2008. Rozaki, Deki. Dampak Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2001 tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tegal. FEIS UIN Jakarta. 2007. Sari, Yulia Anggara. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung. Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 Nomor 2. 2010. Sekaran, Uma. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat. 2009. Simanjuntak, Timbul Hamonangan. Kepatuhan Pajak Tax Compliance dan Bagi Hasil Pajak dalam Perekonomian di Jawa Timur. JESP Volume 1 Nomor 2. 2009. Suandy, Erly. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat. 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. 2009. Tri, Masitoh Yulianti. Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21, Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB terhadap Penerimaan Daerah Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor. FEIS UIN Jakarta. 2007. Udjianto, Didit Welly. Analisis Dana Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah 2003-2005. Jurnal Eksekutif Volume 5 Edisi 3. 2008. 109 Waluyo, Joko. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antardaerah di Indonesia. Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional Veteran. 2007. Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. 2008. Widjaja, HAW. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia dalam Rangka Sosialisasi UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2008. 1 ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN, DAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KABUPATEN TANGERANG PERIODE 2005-2009 Leni Amalia Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email : leniigopeyahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pertumbuhan, kontribusi, dan tingkat efektivitas PBB, BPHTB, dan PPh Orang Pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pejabat yang terkait, yaitu Dinas Pendapatan Daerah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen yang ada pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang selama periode tahun 2005 s.d 2009. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dana bagi hasil pajak tergolong sangat efektif dan tingkat pertumbuhan yang potensial adalah BPHTB dan PBB sedangkan PPh OP tidak potensial. Selain itu, pajak yang berkontribusi baik terhadap dana bagi hasil pajak adalah PBB dan BPHTB sedangkan PPh OP kurang berkontribusi. Dan dana bagi hasil pajak sangat kurang berkontribusi terhadap pendapatan daerah. Kata kunci: PBB, BPHTB, PPh Orang Pribadi, Kabupaten Tangerang

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR

BELAKANG PENELITIAN Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber- sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Hal ini mengacu pada UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat antara 2 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pemerataan antardaerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Tujuan pokok perimbangan keuangan adalah memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem pembiayaan daerah secara proporsional, adil, rasional, dan transparan, mewujudkan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah, menjadi acuan dalam alokasi penerimaan daerah dan menjadi pedoman pokok keuangan daerah HAW Widjaja, 2009:75. Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik MR Khairul Muluk, 2007:33. Dana perimbangan transferred income dapat dibedakan menjadi Dana Bagi Hasil Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dan Pajak Penghasilan pasal 21, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam SDA, Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK. Berbagai penelitian empiris yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah yang berasal dari pusat tersebut sangat dominan dalam pendapatan daerah. Hal ini membuat pemerintah daerah menjadi sangat tergantung pada Pemerintah Pusat serta mengakibatkan tidak adanya usaha produktif yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerahnya melalui pajak daerah maupun retribusi daerah. Selain itu, semua ladang pajak yang paling memuaskan juga berada dalam tangan pemerintah pusat. Sehingga salah satu cara untuk mengatasinya, yaitu dengan memberikan pemerintah daerah bagian dari hasil pajak nasional. Akan tetapi, pemerintah daerah juga harus membantu pemerintah pusat untuk menghimpun penerimaan pajak nasional dengan cara menyediakan bahan keterangan mengenai wajib pajak daerah. Dengan demikian, hal ini diharapkan dapat membantu pemerintah pusat dalam meningkatkan penerimaan pajak nasional. 3 Bagi daerah, penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak dan penerimaan Dana Bagi Hasil SDA merupakan sumber penerimaan yang pada dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil. Jika pemerintah daerah dapat mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan sumber daya alam yang dimiliki, maka transfer DBH yang diterima pun cenderung akan semakin besar. Akan tetapi, pembagian sumber keuangan yang berasal dari dana perimbangan sektor SDA hanya memberikan keuntungan kepada Provinsi maupun Kabupaten penghasil SDA. Daerah yang memiliki SDA terkadang juga memiliki struktur perekonomian yang telah tertata dengan baik. Sehingga, potensi pajak pun dapat dioptimalkan dan daerah tersebut akan mendapatkan dana bagi hasil yang banyak, baik itu dari sisi SDA maupun pajak. Adapun daerah-daerah lainnya yang tidak memiliki kekayaan alam yang besar, praktis hanya mengandalkan dana perimbangan dari sektor pajak saja. Sehingga, daerah tersebut harus mengoptimalkan penerimaan pajak nasional, agar bisa mendapatkan dana bagi hasil pajak yang tinggi. Akhirnya mulai tahun anggaran 2001, berdasarkan UU PPh No 17 tahun 2000, daerah memperoleh bagi hasil dari Pajak Penghasilan PPh orang pribadi personal income tax, yaitu PPh karyawan pasal 21 serta PPh pasal 25 dan 29 orang pribadi. Ditetapkannya PPh perorangan sebagai objek bagi hasil dimaksudkan sebagai kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah yang tidak memiliki SDA tetapi memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negaraAPBN HAW Widjaja, 2009:216. Dana bagi hasil yang diberikan oleh pusat akan dibagikan secara merata kepada setiap pemerintahan daerah. Selain itu, pemerintah pusat juga akan memberikan insentif kepada Daerah KabupatenKota yang realisasi penerimaan pajak pada tahun anggaran sebelumnya melampaui rencana penerimaan yang telah ditetapkan. Hal ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan bahwa semakin banyak suatu wilayah menerima pendapatan pajak nasional, terutama penerimaan PBB, BPHTB, PPh pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta PPh pasal 21, maka akan semakin besar pula dana bagi hasil pajak yang akan diberikan atau didapat oleh wilayah tersebut. Adanya undang- undang tersebut membuat pemerintah daerah, khususnya bagi daerah yang memiliki SDA rendah, berlomba-lomba dan berusaha untuk mengoptimalkan penerimaan pajak nasional yang ada di wilayah kekuasaan mereka untuk 4 mendapatkan penerimaan dana bagi hasil pajak yang besar. Hal inilah yang membuat beberapa orang tertarik untuk meneliti mengenai dana bagi hasil pajak tersebut. Misalnya saja, penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadina 2006 yang menganalisis pengaruh penerimaan Pajak Bumi Bangunan PBB dan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan BPHTB terhadap pendapatan daerah di Jakarta Utara. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan PBB berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan daerah sedangkan penerimaan BPHTB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan daerah. Penelitian Masitoh 2007, analisis pengaruh penerimaan Pajak Bumi Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan BPHTB dan Pajak Penghasilan PPh pasal 21 terhadap penerimaan daerah di Bogor, disimpulkan bahwa penerimaan PBB dan BPHTB mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan daerah sedangkan PPh 21 tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian Wahyuni dan Priyo Hari Adi 2009, analisis pertumbuhan dan kontribusi dana bagi hasil terhadap pendapatan daerah, disimpulkan bahwa DBH Pajak mengalami pertumbuhan positif, sedangkan DBH SDA mengalami pertumbuhan negatif. Selain itu, DBH pajak juga berkontribusi di atas rata-rata kontribusi sedangkan DBH SDA berada di bawah rata-rata secara keseluruhan. Penelitian yang dilakukan Timbul Hamonangan Simanjuntak 2009, analisis kepatuhan pajak dan bagi hasil pajak dalam perekonomian di Jawa Timur, disimpulkan bahwa dana bagi hasil pajak selalu mengalami peningkatan tiap tahun dan sebagian besar daerah di Jawa Timur memiliki tingkat kepatuhan pajak yang rendah yang berdampak pada perolehan dana bagi hasil pajak. Penelitian yang dilakukan Lia Ekowati, Ida Nurhayati dan Nedsal Sixpria 2003, PBB sebagai salah satu sumber dana dalam pembangunan daerah Kota Depok, disimpulkan bahwa PBB semakin efektif sejak Kota Depok terpisah dari Kota Bogor dan PBB telah cukup memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah Kota Depok. Melalui penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan menganalisis mengenai tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009. Hal yang membedakan peneliti dengan beberapa peneliti di atas adalah peneliti menganalisis mengenai tingkat pertumbuhan masing-masing bagian dari dana bagi hasil pajak, 5 seperti PBB, BPHTB, serta PPh Orang Pribadi, pada Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi penulis dengan judul “Analisis Tingkat Pertumbuhan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kabupaten Tangerang Periode 2005- 2009 ”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009? 2. Bagaimana kontribusi pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009? 3. Bagaimana tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian terhadap permasalahan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009. 2. Untuk menganalisis kontribusi pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009. 3. Untuk menganalisis tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi pada Kabupaten Tangerang periode 2005-2009.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik secara langsung 6 maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi dinas pendapatan daerah kabupaten Tangerang dalam meningkatkan jumlah penerimaan dana bagi hasil pajak, memberikan informasi seberapa besar tingkat efektifitas, kontribusi dan tingkat pertumbuhan pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi, serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi efektivitas penggalian sumber-sumber objek pajak untuk setiap periode. 2. Bagi Peneliti a. Diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dana bagi hasil pajak, khususnya mengenai pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB dan pajak penghasilan PPh orang pribadi. b. Sebagai aplikasi teori yang telah didapatkan penulis selama menempuh perkuliahan, khususnya mengenai PBB, BPHTB, PPh pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta PPh pasal 21. c. Penelitian ini merupakan media untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian sekaligus mendalami berbagai teori yang berkaitan dengan perpajakan, khususnya mengenai PBB, BPHTB, PPh pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta PPh pasal 21. 3. Bagi Kalangan Umum atau Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi beberapa penelitian dengan objek penelitian yang sejenis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat memberikan gambaran kepada para pembaca mengenai dana bagi hasil pajak.

BAB II PEMBAHASAN

A. PAJAK 1. Pengertian Pajak

Para ahli perpajakan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri telah memberikan definisi pajak menurut versi masing-masing. Walaupun banyak pendapat mengenai pengertian pajak, tetapi pada dasarnya mempunyai banyak persamaan secara substansinya. Beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: 7

a. Menurut P. J. A. Adriani

“Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

b. Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

c. Menurut Rochmat Soemitro

“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

d. Menurut N. J. Feldmann

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum.” Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut: a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. f. Pajak peralihan kekayaan dari orangbadan ke Pemerintah. 8 g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2. Fungsi Pajak