Bukan Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

24 Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, berserta bangunan diatasnya, sebagaimana dalam Undang- Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lainnya. Subjek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah danatau bangunan.

2. Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB

Objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Hak atas tanah dapat meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, serta hak pengelolaan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan meliputi: a. Pemindahan hak karena jual beli, tukar-menukar, hibah, wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah. b.Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak dan di luar pelepasan hak

3. Bukan Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB

Objek-objek yang bukan termasuk objek bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB adalah sebagai berikut: a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 25 b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum. c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut. d. Orang pribadi atau badan atau karena konversi hak dan perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama. e. Orang pribadi atau badan karena wakaf. f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

4. Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

BPHTB Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak NPOP. Nilai Perolehan Objek Pajak dalam hal: a. Jual beli adalah harga transaksi. b. Tukar-menukar, Hibah, hibah wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak, pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah adalah nilai pasar. 26 c. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang. Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak NPOP, dalam hal a sampai dengan c, tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah NJOP PBB. Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB adalah sebagai berikut: a. Pengenaan BPHTB karena waris dan hibah wasiat BPHTB yang terutang atas perolehan hak karena waris dan hibah wasiat adalah sebesar 50 dari BPHTB yang seharusnya terutang. b. Pengenaan BPHTB karena pemberian hak pengelolaan. Besarnya BPHTB karena pemberian hak pengelolaan adalah sebagai berikut: 1 0 dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam hal penerima Hak Pengelolaan adalah Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah KabupatenKota, Lembaga Pemerintah lainnya, dan Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional Perum Perumnas 2 50 dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam hal penerima Hak Pengelolaan selain dimaksud diatas. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak NPOPTKP ditetapkan secara regional paling banyak : 27 a. Rp 49.000.000,00 dalam hal perolehan hak Rumah Sederhana Sehat RSH dan Rumah Susun Sederhana. b. Rp 10.000.000,00 dalam hal perolehan hak baru melalui program pemerintah yang diterima pelaku usaha kecil atau mikro dalam rangka program peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminan kredit bagi usaha mikro dan kecil. c. Rp 300.000.000,00 dalam hal perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah termasuk istrisuami. d. Paling banyak Rp 60.000.000,00 dalam hal selain a, b dan c. Rumus bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB secara matematis adalah sebagai berikut:

F. PAJAK PENGHASILAN PPh PASAL 25

1. Pengertian Pajak Penghasilan PPh Pasal 25