Permodalan Hubungan Kerjasama Matriks IE Internal – Eksternal

5. Bagian dapur, mempunyai tugas dalam menyiapkan dan menyediakan konsumsi bagi karyawan PPBT, serta mempunyai tugas dalam pekerjaan rumah sehari – hari seperti mencuci pakaian manajer, menyapu dan membersihkan rumah, halaman kantor dan mes karyawan. Bagian ini juga mempunyai tanggun jawab kepada manajer. 6. Sopir, mempunyai tugas untuk mengantar telur, bibit puyuh dan pakan yang dihasilkan oleh PPBT kepada para pelanggan dan mitra bisnis PPBT. Sopir juga bertanggung jawab langsung kepada manajer. 7. Keamanan, mempunyai tugas untuk menjaga keamanan lokasi peternakan pada malam hari. Keamanan bertanggung jawab untuk mengamankan lokasi peternakan dari tindakan – tindakan yang dapat merugikan PPBT. Bagian keamanan bertanggung jawab langsung kepada manajer. Sistem pelaporan yang dilaksanakan di PPBT yaitu laporan harian yang dibuat oleh anak kandang kepada manajer yang merupakan bentuk tanggung jawab dari anak kandang terhadap manajer. Gaya manajemen yang diterapkan oleh PPBT adalah gaya demokratis yaitu adanya saling keterbukaan diantara bagian – bagian didalam struktur organisasi PPBT. Manajer menerima segala masukan dari para karyawan baik yang bersifat posistif maupun negatif selama masukan tersebut dapat memberikan kemajuan dan perubahan yang baik bagi perusahaan. Jika terdapat permasalahan didalam perusahaan maka perusahaan akan memusyawarahkan dan mencari jalan keluarnya secara bersama - sama. Proses pengendalian dan koordinasi dilakukan setiap satu bulan sekali dimana manajer akan memberikan arahan kepada para karyawan dan para karyawan dapat menyampaikan aspirasi dan keluhannya kepada manajer.

5.6 Permodalan

Dalam melaksanakan aktivitas usahanya Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT menggunakan modal sendiri yaitu yang berasal dari Bapak Prastiyo,Spt sebagai pemilik utama. Hal inilah yang membuat perusahaan tidak memiliki ketergantungan terhadap lembaga keuangan. Namun, karena modal hanya berasal dari pemilik usaha membuat modal yang dimiliki oleh PPBT manjadi terbatas.

5.7 Hubungan Kerjasama

Dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa pihak yaitu : 1. Pemasok, hubungan kerjasama yang terjalin dengan pemasok saat ini terutama dalam penyediaan bahan baku pembuatan pakan. Seperti jagung pipil, konsentrat, dedak, dan bahan tambahan pakan. 2. Peternak mitra, hubungan kerjasama yang terjalin antara PPBT dengan para peternak skala rumah tangga membentuk suatu pola kemitraan. PPBT akan menjual dan menyediakan bibit dan pakan puyuh kepada peternak mitra. Selanjutnya, peternak mitra harus menjual telur yang dihasilkannya kepada PPBT. 3. Pelanggan, hubungan kerjasama yang terbangun dengan pelanggan yaitu berkaitan dengan pemasaran telur puyuh yang dihasilkan. Pelanggan dari PPBT adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang akan menjual kembali telur yang dibeli dari PPBT kepada konsumen akhir. 5.8 Unit Bisnis Perusahaan 5.8.1 Unit Bisnis Budidaya Puyuh Petelur Unit bisnis budidaya puyuh petelur ini merupakan bisnis utama dari PPBT. Perusahaan mampu menghasilkan telur puyuh sebanyak 255.000 butir per bulan. Produksi telur puyuh PPBT akan terus meningkat seiring dengan penambahan jumlah populasi puyuh yang dikelola oleh PPBT. Selain menghasilkan produk utama berupa telur puyuh, unit bisnis ini juga menghasilkan produk sampingan yaitu kotoran puyuh yang dapat dijual sebagai pupuk untuk pertanian. Penjualan produk sampingan berupa kotoran puyuh ini secara langsung akan menghasilkan tambahan pendapatan bagi PPBT.

5.8.2 Unit Bisnis Puyuh Pembibit

Usaha budidaya puyuh pembibit atau pengadaan bibit puyuh petelur dimulai sejak Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT mendapatkan kesulitan untuk mensdapatkan bibit puyuh dari Golden Quail, Slamet Quail Farm di daerah Cikembar Sukabumi dan dari peternakan puyuh di Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dikarenakan terjadinya serangan penyakit di daerah peternakan tersebut. Sehingga pasokan untuk bibit puyuh PPBT menjadi semakin berkurang. Atas dasar pertimbangan bahwa PPBT akan terus membutuhkan bibit puyuh untuk melakukan perluasan usaha maka PPBT mulai melakukan usaha pembibitan sendiri. Sampai saat ini PPBT telah memiliki populasi puyuh pembibit sebanyak 840 ekor dan 9000 ekor Day Old Quail DOQ atau dara siap bertelur. Pada awalnya usaha pembibitan puyuh ini hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Namun, banyaknya permintaan bibit puyuh oleh para peternak skala rumah tangga membuat PPBT semakin serius untuk menekuni usaha ini. Selain itu keberadaan unit usaha puyuh pembibit ini juga merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh PPBT untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemasok dan memperbanyak kemitraan dengan peternak skala rumah tangga yang membutuhkan bibit puyuh dan akhirnya akan menjual telur yang dihasilkannya kepada PPBT.

5.8.3 Unit Bisnis Pakan Ternak

Unit bisnis pakan ternak menghasilkan produk pakan puyuh yang pada awalnya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pakan puyuh PPBT. Namun, berdasarkan pertimbangan bahwa mesin pakan untuk memproduksi pakan puyuh juga bisa digunakan untuk memproduksi pakan ayam petelur, baik ayam ras maupun ayam buras petelur maka PPBT juga memproduksi pakan untuk ayam. Hal ini juga atas pertimbangan adanya permintaan pakan ayam yang datang ke PPBT. Walaupun pada awalnya PPBT hanya memproduksi pakan puyuh untuk kebutuhan pribadi namun kini PPBT juga mulai menjual pakan puyuh yang dihasilkan kepada peternakan puyuh yang ada di daerah Sukabumi dan Bogor. Bahkan keberadaan unit bisnis ini juga menjadi salah satu strategi yang dimanfaatkan pihak PPBT untuk menambah mitra bisnisnya. Hal ini karena pihak PPBT akan mensupplai kebutuhan pakan peternak puyuh dan peternak puyuh yang mendapatkan supplai pakan dari PPBT harus menjual telur yang dihasilkan melalui PPBT. Pakan yang dihasilkan oleh PPBT berupa pakan tepung mash karena puyuh ataupun ayam petelur lebih menyukai pakan yang berbentuk tepung mash. Pakan yang diproduksi oleh PPBT terbuat dari beberapa campuran bahan baku yaitu jagung giling, dedak padi, konsentrat ransum ayam petelur, tepung ikan, dan bahan tambahan pakan feed additive. Teknologi produksi yang digunakan oleh PPBT untuk memproduksi pakan masih menggunakan teknologi sederhana karena belum menggunakan teknologi semi modern seperti penggunaan mesin pengaduk mixer. Tahapan proses produksi pakan pada PPBT dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.9 Strategi Pemasaran Perusahaan

Strategi pemasaran perusahaan merupakan bagian terpenting dalam melakukan kegiatan pemasaran dan sangat berperan dalam menentukan kesuksesan suatu perusahaan. Hal ini karena strategi pemasaran merupakan aturan main yang digunakan perusahaan sepanjang periode yang akan datang. Strategi pemasaran menggambarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan atau sasaran produk atau pasar. Analisis strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT dilakukan dengan menganalisis unsur strategi persaingan dari PPBT dan bauran pemasararan yang dilakukan oleh PPBT.

5.9.1 Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan perusahaan meliputi tiga aspek yaitu segmentasi pasar, targeting dan positioning. Analisis unsur strategi persaingan Peternakan Puyuh Bintang Tiga adalah sebagai berikut : 1. Segmentasi Telur puyuh termasuk makanan yang digemari oleh berbagai konsumen dan dapat diterima oleh berbagai pasar konsumen. Oleh karena itu kegiatan segmentasi pasar menjadi satu hal yang penting untuk dilakukan agar proses pemasaran dapat berjalan dengan efisien sehingga akan menghasilkan profit yang menguntungkan perusahaan. Segmentasi adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah Rangkuti, 2006. Segmentasi yang dilakukan oleh PPBT yaitu dengan membagi konsumen berdasarkan wilayah geografisnya hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pendistribusian telur. Segmentasi geografis ini akan membagi konsumen dari PPBT menjadi konsumen yang berada di daerah Bogor, Jakarta, Tanggerang, Bekasi dan luar Jabotabek. Selain segmentasi geografis PPBT juga membagi konsumen berdasarkan tingkat penggunaan konsumen yaitu konsumen akhir yang akan mengkonsumsi telur puyuh sendiri, pedagang pengecer reseller yang akan menjual kembali telur yang dibelinya, Bandar pedangan asongan yang akan menjual kembali telur puyuh setelah melakukan proses pengolahan dijual dalam bentuk telur puyuh rebus, home industry yang menjadikan telur puyuh sebagai bahan baku. 2. Targeting Setelah melakukan segmentasi pasar atau membagi pasar kedalam kelompok – kelompok tertentu langkah selanjutnya adalah memilih satu segmen sebagai target pasar dari PPBT. Sebagai langkah awal PPBT memilih target pasar utama yaitu pedagang pengecer reseller dan bandar pedagang asongan yang berada di wilayah Bogor. Pemilihan target pasar ini berdasarkan pertimbangan permintaan pedagang pengecer reseller dan bandar pedagang asongan lebih banyak kuantitasnya dan lebih kontinyu permintaannya jika dibandingkan dengan konsumen akhir atau home industry seperti catering yang permintaannya lebih sedikit dan hanya pada waktu – waktu tertentu saja. Sedangkan pemilihan wilayah Bogor sebagai target pasar awal adalah atas pertimbangan kemudahan dalam proses pendistribusian produk. Selain itu, pemilihan pasar di wilayah Bogor sebagai langkah awal juga dikarenakan produk telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT belum mencukupi jika mengambil target pasar yang lebih luas. Namun, seiring dengan pengembangan usaha yang terus dilakukan untuk jangka panjang PPBT akan membidik wilayah pasar yang lebih luas yaitu wilayah pasar Jabotabek. 3. Positioning Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan Positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen Rangkuti, 2006. Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT menentukan posisi pasar produk telur puyuh yang dihasilkannya sebagai produk telur puyuh yang berkualitas dan bermutu baik. Posisi pasar yang ditetapkan oleh PPBT ini didukung oleh adanya keseragaman bentuk, keselarasan cangkang telur serta besar telur yang dihasilkan oleh perusahaan merata sehingga kualitas telur yang dihasilkan oleh PPBT dapat diklasifikasikan sebagi telur yang berkualitas.

5.9.2 Bauran Pemasaran Perusahaan

Unsur - unsur bauran pemasaran secara garis besar terdiri dari bauran produk Product, harga price, tempat Place dan promosi promotion. Strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT adalah sebagai berikut : 1. Strategi Produk Product Strategi produk mencakup keputusan yang terorganisir tentang bauran produk diantaranya Keragaman produk, kualitas, desain, ciri, merek, kemasan, ukuran pelayanan, garansi, dan imbalan. Amir 2005 mendefinisikan produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka. Jenis produk utama yang dihasilkan oleh PPBT adalah telur puyuh yang dikemas dalam peti kayu dan dus. Mutu dan kualitas produk yang dihasilkan oleh PPBT memiliki kelebihan jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan. Dalam memasarkan produk yang dihasilkannya PPBT menggunakan peti kayu yang berkapasitas 1200 butir dan dus yang berkapasitas 750 butir. Pemilihan penggunaan peti kayu dan dus disesuaikan dengan target pasar dari PPBT yaitu pedagang pengecer reseller dan bandar pedagang asongan sehingga penggunaan peti dan dus ini dirasakan telah sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Strategi Harga Price Harga adalah satu – satunya unsur pemasaran yang menghasilkan pendapatan bagi pemasar. Penetapan harga yang dilakukan oleh PPBT untuk telur puyuh yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan metode Competition Based Pricing dan Cost Based Pricing. Competition Based Pricing adalah penetapan harga yang memperhatikan faktor lingkungan, terutama elemen pesaing. Cost Based Pricing penetapan harga didasarkan kepada berapa jumlah biaya yang sudah dikeluarkan. Dalam menetapkan harga jual PPBT menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing yang ada pasar wilayah Bogor yaitu telur puyuh yang berasal dari daerah Sukabumi, Jawa Tengah,Sleman, Yogyakarta, Solo, Kediri dan Blitar. PPBT menetapkan harga jual telur puyuh sebesar Rp175 per butir dengan margin keuntungan sebesar 20 dari biaya produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu butir telur. Daftar harga pesaing yang berada di wilayah pemasaran PPBT dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Daftar Pesaing di Wilayah Pemasaran PPBT No Nama Pasar Pesaing Harga Rp butir 1 Pasar Anyar Ardi Sukabumi 180 2 Pasar Bogor ArdiSukabumi, Kediri,Blitar Yogyakarta,Sleman, dan Solo 180 220 190 3 Pasar Leuwiliyang Tidak ada pesaing - 4 Pasar Ciawi Tidak ada pesaing - 5 Pasar Warung Jambu Yogyakarta, Sleman dan Solo 180 - 220 6 Pasar Cibinong Yogyakarta, Sleman dan Solo Jawa Timur 185 220 7 Pasar Ciluar Tidak ada persaing - 8 Pasir Angin Tidak ada pesaing - 9 Cirangkong Tidak ada pesaing - Sumber : Data Primer Maret 2009 Berdasarkan data pada Tabel 15 Harga jual yang ditetapkan oleh PPBT kepada target pasar yaitu pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan yaitu Rp. 175 per butir sedangkan harga jual pesaing di pasar berkisar antara Rp.180 – Rp. 220 per butir. Penetapan harga yang lebih rendah dari pesaing ini merupakan salah satu strategi perusahaan dan merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan pasar dengan pesaing terutama untuk merebut pasar telur puyuh dari luar wilayah Bogor. Selain menjual ke pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan PPBT juga menjual kepada konsumen akhir walaupun jumlahnya sangat sedikit. Konsumen akhir yang membeli telur puyuh dari PPBT biasanya merupakan warga yang berada di sekitar lokasi PPBT. Harga untuk konsumen akhir yang membeli telur ke PPBT adalah Rp. 185 per butir penetapan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang ditetapkan kepada pedagang eceran dikarenakan jumlah yang dibeli oleh konsumen akhir sedikit dan permintaannya hanya sewaktu – waktu saja. 3. Strategi Tempat Distribusi Place David 2006 mengungkapkan distribusi merupakan kegiatan yang mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjualan partai besar dan peritel. Dalam proses pendistribusian produk PPBT memilih saluran distribusi langsung dengan mengutamakan pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang berada di wilayah Bogor. Sistem kerjasama yang dilakukan oleh PPBT dalam memasarkan produknya adalah sistem jual putus, dimana kerugian akibat barang yang rusak dan tidak habis terjual menjadi tanggungan pelanggan atau bukan lagi merupakan tanggungan PPBT. Hal ini akan mengurangi resiko kerugian yang mungkin dialami oleh PPBT akibat adanya barang yang tidak laku terjual. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh PPBT adalah dengan cara tunai cash atau tempo. Pembayaran secara tempo biasanya diberikan khusus untuk pelanggan yang benar – benar sudah di percaya dan sudah lama pelanggan loyal. Batas waktu tempo yang diberikan adalah satu hari. Data wilayah distribusi dan banyaknya produk yang dipasarkan oleh PPBT dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Wilayah Pendistribusian Telur Puyuh PPBT No Nama Pasar Banyaknya Banyaknya Persentase per minggu butir per minggu 1 Ciawi 3 peti 3600 4,54 2 Cibinong 5 peti 6000 7,56 3 Pasir Angin 7 peti 8400 10,59 4 Ciluar 4 peti 4800 6,05 5 Bogor 15 peti 18000 22,68 6 Anyar 10 peti 12000 15,12 7 Leuwiliyang 5 peti 6000 7,56 8 Warung Jambu 20 dus 15000 18,90 9 Cirangkong 4 peti 4800 6,05 10 Konsumen Akhir 1 dus 750 0,95 Jumlah 79350 100 Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga diolah, Maret 2009 Berdasarkan data pada Tabel 16 diketahui bahwa 99,5 telur puyuh PPBT dipasarkan ke pedagang pengecer atau bandar asongan. Hal ini karena target pasar dari PPBT adalah pedagang pengecer yang dan bandar pedagang asongan. Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT hanya menjual 0,95 telur kepada konsumen akhir yang berada di sekitar lokasi peternakan. Proses pendistribuasian produk telur puyuh adalah dengan menggunakan mobil pick up. Pemilihan mobil Pick up didasarkan atas pertimbangan memiliki daya angkut besar sehingga lebih efektif dan efisien serta dapat menghemat biaya transportasi. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh PPBT adalah pemasaran langsung dimana telur puyuh yang dihasilkan dijual langsung kepada pedagang pengecer yang ada di pasar tanpa melalui perantara atau tengkulak. Penggambaran saluran distribusi PPBT dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Saluran Distribusi Telur Puyuh PPBT Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga diolah, Maret 2009 PPBT Pedagang Pengecer di Pasar Wr. Jambu 18,90 Pedagang Pengecer Telur di Pasar Leuwiliyang 7,56 Pedagang Pengecer Telur di Pasar Anyar 15,12 Pedagang Pengecer Telur di Pasar Bogor 22,68 Pedagang Pengecer Telur di Pasar Ciluar 6,05 Konsumen Akhir 100 Bandar Pedagang Asongan Pasir Angin 10,59 Pedagang Pengecer Telur di Pasar Cibinong 7,56 Pedagang Pengecer Telur di Pasar Ciawi 4,54 Pedagang Pengecer di Cirangkong 6,05 0,95 4. Strategi Promosi Promotion Promosi merupakan kegiatan perusahaan dalam mengkomunikasikan produk yang dijualnya kepada pelanggan. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PPBT hanya dilakukan dengan menggunakan promosi langsung ke pelanggan di wilayah Bogor. Hal ini dikarenakan kapasitas telur yang dihasilkan oleh PPBT selama ini hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang telah menjadi pelanggan PPBT. Selain kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh pedagang yang pernah membeli telur puyuh ke PPBT sangat membantu proses pemasaran PPBT. Sampai saat ini PPBT belum pernah melakukan promosi dengan menggunakan media cetak ataupun elektronik, namun dengan semakin berkembangnya usaha dan didukung dengan adanya sistem kemitraan yang dibangun oleh PPBT sebaiknya PPBT mulai memikirkan kegiatan promosi. VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi , penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Analisis lingkungan internal Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari PPBT. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PPBT digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan. Berikut ini akan dibahas faktor – faktor internal dari PPBT.

6.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

Peternakan Puyuh Bintang Tiga Mempunyai satu orang manajer yang sekaligus sebagai pemilik peternakan dan delapan orang karyawan yang berasal dari lingkungan sekitar lokasi peternakan yaitu Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang. Selain itu, PPBT juga merekrut seorang karyawan tetap yang berasal dari Kabupaten Sukabumi, hal ini atas dasar pertimbangan bahwa ia telah mempunyai kemampuan dan pengalaman dalam pemeliharan puyuh karena selama 10 tahun telah bekerja di Golden Quail. Keterampilan dan pengalaman kerja karyawan menjadi suatu hal yang sangat penting dikarenakan dalam proses pembudidayaan puyuh diperlukan pengetahuan dan ketelitian agar proses budidaya dapat berjalan dengan lancar. Data karyawan PPBT dapat dilihat pada Tabel 17. Hari kerja karyawan di PPBT adalah tujuh hari kerja atau dengan kata lain karyawan bekerja setiap hari dalam satu minggu. Hal ini dikarenakan proses produksi dan pemeliharaan puyuh berlangsung setiap hari. Kegiatan operasional perusahaan dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Waktu istirahat untuk karyawan selama satu jam yaitu pada pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Sehingga dalam satu hari karyawan hanya bekerja selama delapan jam. Jika karyawan bekerja lebih dari waktu kerja yang telah ditetapkan maka mendapatkan uang lembur sebesar Rp. 5.000 per jam atau jika dalam satu hari penuh karyawan diminta untuk bekerja ekstra maka pihak manajemen akan memberikan uang lembur sebesar Rp. 20.000 per hari. Pemberian uang lembur ini merupakan salah satu kegiatan pemberian motivasi yang dilakukan oleh pihak PPBT untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Tabel 17. Data Karyawan PPBT No Nama karyawan Bagian Alamat Usia Thn Tingkat Pendidika n Masa Kerja bln Gaji Rp per bulan 1 Prastiyo,Spt Manajer dan Pemilik Mega Mendung 37 Sarjana 18 _ 2 Yudi Wahyudin Anak Kandang DOQ Cikembar - Sukabumi 33 SMP 18 900.000 3 Suhendar Anak Kandang Desa Situ Ilir 26 SMU 7 500.000 4 Noviyanto Anak Kandang Desa Situ Ilir 25 SMP 4 500.000 5 Ahmad Rifai Anak Kandang Desa Situ Ilir 24 SMP 9 500.000 6 Samsudin Produksi Pakan Desa Situ Ilir 39 SMP 11 600.000 7 Makmur Sarana Produksi dan Peralatan Desa Situ Ilir 58 SR 18 600.000 8 Agus Sopir Gunung Bunder 48 SD 10 500.000 9 Marfuah Dapur Desa Situ Ilir 51 MI 18 350.000 10 Aben Keamanan Desa Situ Ilir 35 SMP 1 400.000 Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga 2009 Selain mendapatkan uang lembur jika bekerja diluar jam kerja, pihak manajemen juga memberikan bonus pada hari raya atau Tunjangan Hari Raya THR. Besarnya THR yang diberikan kepada para karyawan adalah sama dengan satu bulan gaji. Hal ini dilakukan agar loyalitas karyawan terhadap perusahaan tetap terjaga dan sebagai bentuk perhatian pihak perusahaan terhadap para karyawan yang telah membantu kegiatan operasional perusahaan. Penentuan besarnya gaji yang diterima oleh setiap karyawan didasarkan pada pengalaman, keterampilan,tugas dan tanggung jawab serta lamanya bekerja. Semakin lama bekerja, semakin terampil dan semakin berat tugas yang menjadi tanggung jawabnya maka seorang karyawan akan mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang baru bekerja dan belum berpengalaman. Sehingga, besarnya gaji karyawan yang ada di PPBT berbeda – beda. Tujuan dari perbedaan gaji ini adalah sebagai bentuk penghargaan kepada karyawan yang telah lama bekerja pada PPBT dan sebagai pemacu bagi karyawan yang masih baru untuk terus meningkatkan keterampilannya. Perbedaan sistem pemberian gaji hanya pada karyawan bagian dapur yaitu Ibu Marfuah yang hanya mendapatkan gaji sebesar Rp. 350.000 dengan sistem kenaikan gaji sebesar Rp. 25.000 per tiga bulan. Hal ini sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawab dari bagian dapur yaitu hanya menyediakan konsumsi bagi para karyawan dan membersihkan bangunan kantor dan mess karyawan. Gaji yang diterima oleh karyawan PPBT jika dibandingkan dengan gaji karyawan peternakan puyuh yang ada di Sukabumi lebih tinggi atau lebih mahal. Karyawan peternakan puyuh sukabumi mendapatkan gaji sebesar Rp. 400.000 per bulan sedangkan karyawan PPBT mendapatkan gaji minimal Rp. 500.000 per bulan. Namun, jika dibandingkan dengan Upah Minimun Regional Kabupaten Bogor sebagian besar gaji karyawan PPBT masih lebih rendah seperti terlihat pada Tabel 18. Tabel 18. Upah Minimun Regional Kabupaten Bogor Upah Minimum Regional Tahun 2007 2008 Upah Minimum Regional Rp. 800,800 873,231 Sumber :Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan 2009 2 Para karyawan PPBT juga mendapatkan jatah makan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari. Hal ini bertujuan agar para karyawan PPBT tidak meninggalkan lokasi peternakan ketika jam istirahat. Para karyawan juga mendapatkan jatah libur selama dua hari selama satu bulan. Sistem pengambilan 2 http:regionalinvestment.comsipididekonomiumrd.php?ia=3201is=45 jatah libur ini adalah secara bergiliran, agar tetap ada karyawan yang bertugas merawat puyuh. Jika karyawan melakukan bolos kerja atau libur lebih dari jatah waktu yang diberikan, pihak PPBT akan memberikan hukuman berupa pemotongan gaji sebesar Rp. 25.000 per hari. Hukuman ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dari para karyawan PPBT. Kegiatan pengorganisasian karyawan telah dilakukan oleh PPBT sejak awal berdiri. Hal ini terlihat dengan sudah adanya pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas kepada para karyawan. Walaupun terkadang para karyawan juga melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya, Namun, hal ini dilakukan jika pekerjaan utamanya telah selesai dikerjakan. Sehingga para karyawan PPBT telah mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, kewajiban dan tanggung jawab utamanya masing – masing. Dalam melaksanakan kegiatan koordiasi manajer selalu bersifat kekeluargaan, dimana manajer selalu menerima semua masukan baik yang bersifat positif maupun negatif dari semua karyawan selama hal tersebut dapat memberikan perubahan dan kemajuan bagi PPBT. Begitupun jika terjadi permasalahan di PPBT manajer akan melibatkan karyawan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga karyawan akan semakin loyal terhadap perusahaan. Perekrutan karyawan baru yang dilakukan oleh PPBT biasanya berdasarkan atas rekomendasi dari pekerja dan berasal dari daerah di sekitar lokasi peternakan. Dalam merekrut karyawan pihak PPBT tidak melihat dari tingkat pendidikan. Hal utama yang diperhatikan oleh pihak PPBT adalah keuletan, kerajinan dan semangat kerja karyawan. Karyawan baru diberikan pelatihan selama dua hari untuk mengetahui apa yang menjadi tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya. Pelatihan bagi karyawan baru terutama bagian anak kandang biasanya diberikan oleh karyawan lama yang telah berpengalaman dalam proses pemeliharaan puyuh. Setelah diberikan pelatihan selanjutnya karyawan baru dapat mengerjakan pekerjaannya sendiri dan tetap mendapatkan pengawasan dari manajer dan karyawan senior. Namun, sampai saat ini keterampilan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga masih rendah hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan mengenai proses budidaya puyuh. Selain karyawan tetap, PPBT juga mempekerjakan karyawan lepas jika sedang melakukan kegiatan pembangunan bangunan kandang. Karyawan lepas yang bekerja di PPBT akan mendapatkan bayaran dengan sistem harian yaitu sebesar Rp. 30.000 – Rp. 40.000 per hari. Proses pengendalian yang dilakukan oleh PPBT dilakukan setiap hari oleh manajer. Manajer akan menerima laporan harian dari setiap bagian. Hal ini dilakukan agar semua aktivitas yang terjadi di PPBT dapat terkontrol oleh manajer. Sehingga jika terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dapat segera diselesaikan dan tidak menimbulkan masalah yang berlarut – larut.

6.1.2 Pemasaran

Proses pemasaran produk yang dihasilkan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga selama ini dilakukan dengan mendatangi langsung calon pembeli ke pasar – pasar dan mempromosikan produk yang dihasilkan oleh PPBT. Jika pelanggan tertarik untuk membeli produk PPBT proses pemesanan dilakukan dengan menggunakan media handphone atau pembeli yang datang langsung ke PPBT. Proses pemesanan seperti ini dapat berkembang karena telah terjalin kepercayaan antara PPBT dengan pelanggan. Dalam memasarkan produk yang dihasilkan PPBT menggunakan peti berkapasitas 1.200 butir dan dus berkapasitas 750 butir. PPBT belum memberikan merek pada peti atau kardus yang digunakan untuk memasarkan produk telur puyuh yang dihasilkan. Tidak adanya merek pada peti dan dus yang digunakan oleh PPBT untuk memasarkan produk menjadikan identitas dari produk yang dihasilkan tidak terlihat. Padahal pemberian nama merek atau cap pada suatu produk merupakan hal yang penting sebagai media penanaman brand image yang positif bagi konsumen. Jika brand equity ini bisa dikelola dengan baik, perusahaan akan mendapatkan dua hal. Pertama, para konsumen akan menerima nilai produknya. Mereka dapat merasakan semua manfaat yang diperoleh dari produk yang mereka beli dan merasa puas karena produk itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua, perusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek,yaitu peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing, dan efisiensi serta efektivitas kerja khususnya pada program pemasaran. Tidak adanya merek pada kemasan membuat produk yang dihasilkan oleh PPBT tidak memiliki perbedaan dengan produk yang dihasilkan oleh pesaing atau tidak memiliki identitas sendiri yang dapat menjamin kualitas dari produk yang dipasarkan. Selain itu, pemberian merek juga bermanfaat sebagai salah satu media promosi untuk memperkenalkan PPBT kepada para pelanggan khususnya calon pelanggan baru. Selama ini pihak PPBT belum melakukan kegiatan promosi secara langsung. Promosi hanya terjadi dari mulut ke mulut pelanggan yang pernah membeli produk kepada PPBT. Hal ini yang menyebabkan wilayah pemasaran dari PPBT masih terbatas yaitu hanya di wilayah Bogor. Peternakan Puyuh Bintang Tiga menggunakan saluran distribusi langsung yaitu dengan memasarkan produk yang dihasilkan langsung kepada pasar sasaran yaitu pedagang eceran atau bandar pedagang asongan. Pendeknya saluran distribusi yang dipilih oleh PPBT membuat proses pemasaran menjadi lebih efisien. Pemilihan saluran distribusi ini juga didasarkan atas pertimbangan PPBT telah memiliki sarana transportasi sendiri yaitu berupa mobil pick-up sehingga akan sangat memudahkan dalam proses pemasaran produk. Selain itu,lokasi produksi yang dekat dengan wilayah pemasaran merupakan suatu keunggulan yang dimiliki oleh PPBT karena dapat menghemat biaya distribusi produk ke pasar sasaran. Penetapan harga yang dilakukan oleh PPBT yaitu dengan menggunakan metode Competition Based Pricing. PPBT menetapkan harga jual produk telur puyuh yang dihasilkan dibawah dari harga pesaing. Harga yang ditetapkan oleh PPBT yaitu Rp. 175 per butir Sedangkan harga yang ditetapkan oleh pesaing di pasar wilayah Bogor yaitu berkisar antara Rp.180 – Rp.220 per butir. Daftar harga pesaing yang ada di wilayah pemasaran dari PPBT dapat dilihat pada Tabel 15. Penetapan harga yang lebih murah dari pesaing ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh PPBT untuk mendapatkan keunggulan bersaing di pasar sasaran.

6.1.3 Keuangan dan Akuntansi

Permodalan dari PPBT yaitu berasal dari pemilik PPBT Bapak Prastiyo,Spt. PPBT belum pernah melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan manapun, sehingga PPBT tidak memiliki ketergantungan kepada lembaga keuangan. Seluruh kebutuhan modal yang perlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha PPBT berasal dari modal pribadi Bapak Prastiyo,Spt. Karena modal yang digunakan hanya berasal dari modal pribadi membuat modal yang dimiliki menjadi terbatas dan menghambat kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan. PPBT telah melakukan pencatatan keuangan yang cukup rapi yang dilakukan oleh manajer. Pencatatan keuangan ini akan sangat berguna untuk mendukung kesuksesan dan perkembangan usaha dari PPBT.

6.1.4 Produksi

Proses produksi pada PPBT dimulai dari puyuh yang siap bertelur Pullet yang berumur 35 – 45 hari hingga tidak lagi produktif apkir yaitu saat berumur 18 bulan. Alur proses pemeliharaan yang terjadi pada masa produksi dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Alur Proses Pemeliharaan pada PPBT Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga 2009 Persiapan Kandang Panen dan pasca panen Pengafkiran Proses Budidaya Puyuh Petelur Pemberian pakan dan minum Pengendalian dan pencegahan penyakit : 1. Sanitasi kandang 2. Vaksinasi 3. Pemberian vitamin dan obat - obatan Proses pemeliharaan dimulai dengan proses persiapan kandang yaitu kandang dilakukan fumigasi dengan penyemprotan disinfektan untuk mematikan virus dan bakteri yang ada di dalam maupun disekitar kandang. Disinfektan yang digunakan adalah biodes dan septoid dengan komposisi yang telah ditentukan. Dosis yang digunakan dalam kegiatan fumigasi adalah satu tutup cairan septoid ditambahkan dengan satu tutup cairan biodes untuk setiap 10 liter air. Setelah kandang steril, dilakukan persiapan pakan dan air minum yang telah dicampurkan dengan vitamin. Setelah kandang, pakan dan air minum siap bibit puyuh yang siap bertelur pullet akan diletakkan didalam sangkar yang telah dipersiapkan. Satu lantai atau tingkat sangkar berukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm dan tinggi 20 cm berisi 40 ekor puyuh . Sehingga dalam satu kandang yang terdapat lima tingkat berisi 200 ekor puyuh. Pemeliharaan puyuh petelur pada masa produksi yang dilakukan setiap hari secara rutin adalah memberi minum dan membersihkan kandang yaitu menyapu dan mengepel kandang. Pemberian pakan dilakukan dua hari sekali. Pakan yang diberikan berupa ransum yang terdiri dari campuran jagung giling, dedak, konsentrat ayam petelur, bahan tambahan. Jumlah pakan yang diberikan rata – rata adalah sebanyak 40 gram per ekor per dua hari. Proses kegiatan pemeliharaan puyuh petelur setiap hari dapat dilihat pada Lampiran 5. Gambar 12. Proses Pengambilan Telur hingga Siap Dipasarkan Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga 2009 Proses pemanenan atau pengambilan telur meliputi kegiatan penyiapan baki tempat panen yang berkapasitas 100 butir, pengambilan telur dengan menggunakan baki tersebut, penyortiran telur dan selanjutnya dilakukan kegiatan pengemasan telur dengan menggunakan peti yang berkapasitas 1.200 butir dan dus yang berkapasitas 750 butir telur. Tahap terakhir yaitu proses pendistribusian Penyiapan Baki Tempat Telur Pengambilan Telur Penyortiran Telur Pengemasan Telur ke Peti Kayu dan Dus Pendistribusian Telur ke Pasar Sasaran telur ke pasar sasaran. Alur proses Pengambilan telur hingga siap dipasarkan dapat dilihat pada Gambar 12. Dalam kegiatan pemeliharaan puyuh petelur, kegiatan lain yang tidak kalah penting adalah program kesehatan untuk menjaga agar puyuh terhindar dari penyakit. Program kesehatan yang dilakukan meliputi pemberian vitamin yang dilakukan setiap minggu selama tiga hari berturut – turut, pemberian obat untuk penyakit snot yang dilakukan setiap bulan dimana waktu pemberian berselangan dengan pemberian obat pencernaan dan vaksinasi Newcastle Desease ND yang dilakukan setiap dua bulan sekali. Program kesehatan yang dilakukan PPBT dalam pemeliharaan puyuh petelur dapat dilihat pada Tabel 19 . Tabel 19. Program Kesehatan Puyuh Petelur di PPBT No Jenis Kegiatan Waktu Keterangan 1 Pemberian Vitamin Setiap minggu Selama tiga hari berturut - turut 2 Pemberian obat untuk penyakit snot Setiap bulan Berselang dengan pemberian obat pencernaan 3 Pemberian obat untuk saluran pencernaan Setiap bulan Berselang dengan pemberian obat snot 4 Vaksinasi Newcastle Desease ND Setiap dua bulan - Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT, Tahun 2009 Kapasitas produksi dari PPBT saat ini adalah rata – rata sekitar 63.750 butir per minggu. Kapasitas produksi saat ini masih dianggap kurang memenuhi kebutuhan pasar. oleh karena itu, PPBT terus melakukan pengembangan usaha dengan menambah jumlah kandang dan populasi puyuh yang dipeliharanya. Selain, menambah jumlah kandang, PPBT juga menjalin kemitraan dengan peternak puyuh yang berada didaerah Cibungbulang, Sukabumi, dan Lido. Banyaknya telur yang berasal dari peternak mitra PPBT dan menambah produk yang harus dipasarkan oleh PPBT dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan data dari Tabel 20 diketahui bahwa total telur yang dihasilkan oleh peternak mitra sebanyak 63.600 per minggu. Sehingga total telur yang harus dipasarkan oleh PPBT sebanyak 127.350 butir atau sekitar 106 peti per minggu. Sistem kemitraan yang dibangun oleh PPBT saat ini sangat efektif untuk memenuhi permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi PPBT sendiri. Namun, kurangnya kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra justru menimbulkan kerugian bagi PPBT. Hal ini dikarenakan peternak mitra tidak melakukan sortasi berdasarkan strandar produk yang ditetapkan oleh PPBT sehingga seringkali telur telah mengalami kerusakan saat sampai di PPBT. Tabel 20. Banyaknya Telur yang dihasilkan Oleh Peternak Mitra PPBT N o Peterna k Mitra Alamat Jumlah Telur butir Per Minggu Jumlah pakan yang disupplai oleh PPBT Kg per minggu 1 Anin Jampang Selatan, Sukabumi 5.000 450 2 Edi Jampang Selatan, Sukabumi 9.000 350 3 Obay Jampang Selatan, Sukabumi 4800 200 4 Mamat Jampang Selatan, Sukabumi 13.000 Produksi pakan sendiri 5 Asep Lido 15.000 Produksi pakan sendiri 6 Jazuli Cibungbulang 16.800 600 Jumlah 63.600 1600 Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga 2009 Kualitas dan mutu telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT, jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan, dan cangkang telur yang tebal sehingga tidak mudah pecah dan memudahkan dalam proses pemasaran produk. Selain itu, jarak pemasaran yang dekat dengan pasar menbuat telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT lebih cepat diterima oleh konsumen jika dibandingkan dengan telur puyuh yang berasal dari Sukabumi, Jawa Tengah ataupun Jawa Timur.

6.1.5 Penelitian dan Pengembangan

Peternakan Puyuh Bintang Tiga belum memiliki bagian khusus yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh PPBT masih dipegang dan dilakukan oleh manajer. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh manajer ditunjang oleh latar belakang pendidikan manajer yaitu sarjana peternakan IPB. Dengan latar belakangnya ini manajer dibantu oleh para karyawannya terus melakukan kegiatan pengembangan usaha.

6.1.6 Sistem Informasi Manajemen

Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT belum membutuhkan sistem informasi manajemen. Hal ini dikarenakan informasi di PPBT dapat mengalir tanpa melalui hirarki perusahaan. Informasi dapat berasal dari manajer dan langsung disampaikan kepada seluruh pekerja ataupun melalui salah seorang pekerja untuk disampaikan kepada pekerja lainnya. Selain itu, informasi juga dapat berasal dari pekerja hal ini dikarenakan manajemen yang digunakan di PPBT adalah gaya demokratis dimana terdapat keterbukaan diantara bagian – bagian di dalam organisasi. Belum terstrukturnya sistem informasi manajemen di PPBT dikarenakan jumlah pekerja yang dimiliki oleh PPBT masih sedikit sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat dan efektif kepada seluruh bagian di dalam organisasi. Untuk itulah PPBT merasa belum membutuhkan suatu sistem atau alat pengelolaan informasi yang canggih, karena hal ini justru akan meningkatkan pengeluran perusahaan sementara manfaat yang diterima oleh perusahaan sangat kecil.

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

Analisis lingkungan eksternal Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT merupakan analisis terhadap lingkungan yang berada di luar perusahaan. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui peluang yang dapat dimafaatkan oleh PPBT dan ancaman yang dapat menghambat kemajuan dari PPBT. Berikut akan dibahas faktor – faktor eksternal dari PPBT yang mungkin dapat menjadi peluang atau ancaman bagi PPBT

6.2.1 Kekuatan Ekonomi

Konsumsi telur puyuh yang terus mengalami peningkatan merupakan suatu indikasi bahwa telur puyuh semakin diminati oleh masyarakat. Adapun data mengenai Konsumsi Rata – Rata Per Kapita Seminggu Untuk Telur Puyuh menurut Golongan Pengeluaran Per kapita Sebulan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rata – rata konsumsi telur puyuh untuk rata – rata pengeluaran perkapita mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi telur puyuh ini merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT untuk terus mengembangkan usahanya dan meningkatkan jumlah penjualan telur puyuh yang dihasilkan. Selain itu meningkatnya PDB masyarakat juga merupakan indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat atau semakin membaik. Peningkatan pertumbuhan ekomonomi ini dapat mengambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh masayarakat yang akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi masyarakat mengalami peningkatan dan merupakan indikasi bahwa tingkat kesejahteraaan masyarakat juga semakin meningkat. Data mengenai Produk Domestik Bruto provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang menjadi target wilayah pemasaran dari PPBT dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Provinsi Rupiah Provinsi Tahun 2004 2005 2006 2007 DKI Jakarta 31.719.350 33.221.434 34.797.062 36.629.774 Jawa Barat 5.705.535 6.005.602 6.274.478 6.591.627 Banten 6.001.802 6.435.722 6.650.331 6.902.711 Sumber : BPS 2008 Pada Tabel 21 dapat terlihat bahwa PDB Per Kapita atas dasar harga konstan masyarakat DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten mengalami peningkatan setiap tahunnya hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah pasar yang menjadi target pasar jangka panjang perusahaan.

6.2.2 Kekuatan sosial, budaya,demografi,dan lingkungan

Kondisi sosial dan budaya yang menentukan permintaan serta pertumbuhan permintaan terhadap telur puyuh antara lain adalah tren gaya hidup seseorang. Dewasa ini, gaya hidup masyarakat Indonesia semakin peduli terhadap kesehatan. healty lifestyle masuk melalui tren yang kemudian perlahan-lahan berubah menjadi sebuah gaya hidup yang lebih baik di masyarakat 3 . Adanya tren gaya hidup sehat ini ditandai dengan semakin bijaksananya masyarakat dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan mereka. Konsumsi pangan yang sesuai 3 http:www.kabarindonesia.com dengan tren gaya hidup masyarakat sejalan dengan pencapaian Pola Pangan Harapan PPH masyarakat Tabel 22. Tabel 22. Komposisi Energi,Bobot dan skor pangan dalam Pola Pangan Harapan Kelompok Pangan Energi kkal Energi Bobot Skor Pangan Padi - padian 1000 50,0 0,5 25,0 Umbi-umbian 120 6,0 0,5 2,5 Pangan Hewani 240 12,0 2,0 24,0 Minyak dan Lemak 200 10,0 0,5 5,0 Buah dan biji berminyak 60 3,0 0,5 1,0 Kacang-kacangan 100 5,0 2,0 10,0 Gula 100 5,0 0,5 2,5 sayur dan buah 120 6,0 5,0 30,0 Lain-lain 60 3,0 0,0 0,0 Total 2000 100 100,0 Sumber : Deptan 2001 Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa salah satu kelompok pangan yang menunjang tercapainya Pola Pangan Harapan Pangan Masyarakat adalah pangan hewani. Telur puyuh merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi masyarakat. Telur puyuh adalah produk yang mengandung protein yang tinggi dan kadar lemak sangat cocok untuk mendukung tren gaya hidup sehat masyarakat dan mendukung tercapainya Pola Pangan Harapan masyarakat. Kandungan lemak yang rendah ini sangat cocok untuk diet kolesterol karena dapat menghidari penimbunan lemak di jantung, sementara kebutuhan akan protein akan tetap terpenuhi. Informasi mengenai kandungan gizi telur puyuh dapat dilihat pada Tabel 2. Populasi jumlah penduduk DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang merupakan wilayah pemasaran PPBT selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah Penduduk dalam Ribu menurut Provinsi Provinsi Tahun 2000 2005 2007 2008 DKI Jakarta 8.361,0 8.892,3 9.064,6 9.146,2 Jawa Barat 35.724,0 39.150,6 40.329,1 40.918,3 Banten 8.098,1 9.071,1 9.423,4 9.602,4 Sumber : BPS, 2008 Jumlah populasi yang semakin besar, membutuhkan pasokan pangan hewani yang juga menjadi semakin besar. Salah satu pasokan pangan hewani masyarakat dapat dipenuhi oleh konsumsi telur, salah satunya adalah telur puyuh. Meningkatnya jumlah penduduk akan sangat berimplikasi kepada peningkatan akan produk peternakan seperti telur puyuh. Terjadinya pemanasan global global warming sebagai efek rumah kaca di dunia dewasa ini yang mengakibatkan perubahan cuaca yang semakin tidak menentu akan sangat mempengaruhi produktivitas puyuh. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan unggas yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang akan mengakibatkan puyuh mudah mengalami stres. Jika puyuh mengalami stres akan berakibat pada penurunan produktivitas telur yang akan dihasilkan. Sehingga perubahan cuaca yang tidak menentu merupakan suatu ancaman bagi PPBT. Selain itu merebaknya beberapa jenis penyakit seperti Flu burung, tetelo dan beberapa jenis penyakit yang menyerang ternak puyuh juga merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kerugian bagi PPBT. Akbibat serangan penyakit tetelo Newcastle Disease pada bulan Desember 2007, PPBT mengalami kerugian yang sangat besar, akibat penyakit ini ternak puyuh yang dikelola oleh PPBT mati secara bertahap sampai akhirnya seluruh ternak puyuh habis terserang penyakit ini. Sehingga pada awal tahun 2008 PPBT kembali memulai usahanya dari awal setelah melakukan sterilisasi dan penyemprotan kandang untuk membunuh virus – virus penyakit. Selain itu, situasi keamanan lingkungan sekitar merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha perusahaan. Hal ini dikarenakan situasi keamanan sekitar peternakan merupakan situasi yang diharapkan mampu mendukung situasi yang kondusif seperti lingkungan yang tidak terlalu bising, frekuensi lalu lalang orang yang tidak terlalu tinggi, dan keamanan lain terkait aset perusahaan seperti keamanan dari pencurian.

6.2.3 Kekuatan politik, hukum, dan pemerintahan

Kondisi politik, hukum serta peranan pemerintah dapat mempengaruhi lingkungan eksternal dari perusahaan yaitu melalui kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak BBM pada tanggal 15 januari 2009 untuk jenis premium dari Rp. 5000 per liter menjadi Rp.4500 per liter setelah sebelumnya pemerintah telah menurunkan sebanyak dua kali penurunan Tabel 24, berdampak kepada penurunan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Tabel 24. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 No Terhitung Mulai Tanggal Harga BBM Rpliter Premium Minyak Tanah Minyak Solar 1 24052008 6.000 2.500 5.500 2 01062008 6.000 2.500 5.500 3 15062008 6.000 2.500 5.500 4 01082008 6.000 2.500 5.500 5 15082008 6.000 2.500 5.500 6 01092008 6.000 2.500 5.500 7 15092008 6.000 2.500 5.500 8 01102008 6.000 2.500 5.500 9 15102008 6.000 2.500 5.500 10 01112008 6.000 2.500 5.500 11 15112008 6.000 2.500 5.500 12 01122008 5.500 2.500 5.500 13 15122008 5.000 2.500 4.800 14 01012009 5.000 2.500 4.800 15 15012009 4.500 2.500 4.500 16 01022009 4.500 2.500 4.500 17 15022009 4.500 2.500 4.500 Sumber : PT. Pertamina 2009 Pada Tabel 24 terlihat bahwa harga premium yang menjadi bahan bakar mobil yang digunakan sebagai alat transportasi bagi kegiatan opersaional perusahaan mengalami penurunan harga menjadi Rp.4500. Penuruan harga premium ini berdampak kepada berkurangnya biaya distribusi telur yang selama ini menggunakan kendaraan bermotor yaitu mobil pick up. Selain itu, turunnya harga premium juga berdampak kepada penurunan harga bahan baku pakan yang digunakan oleh PPBT sehingga akan menghemat biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

6.2.4 Kekuatan Teknologi

Perkembangan teknologi saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Perkembangan teknologi di bidang peternakan cukup pesat. Perkembangan teknologi ini terlihat dengan ditemukannya teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas sektor peternakan. Perkembangan teknologi biasanya terlihat dari semakin modern alat – alat yang digunakan oleh peternakan sehingga akan sangat membuat proses produksi menjadi semakin efisien dan efektif. Selain kemajuan teknologi yang terjadi pada proses produksi, perkembangan teknologi dalam bidang informasi dan telekomunikasi juga sangat membantu perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan pihak – pihak di luar perusahaan baik dengan pelanggan, pemasok ataupun pihak – pihak lain yang memiliki kepentingan.

6.2.5 Kekuatan Kompetitif

Analisis lingkungan kompetitif atau analisis lingkungan industri lingkungan mikro Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT dilakukan berdasarkan konsep Model Lima Kekuatan Porter Porter’s Five Forces model. Analisis lingkungan kompetitif PPBT dilakukan dengan menganalisis lima kekuatan atau faktor yang mempengaruhi lingkungan kompetitif PPBT. Berikut akan dibahas lima kekuatan yang mempengaruhi lingkungan industri PPBT.

6.2.5.1 Persaingan Antar Perusahaan Sejenis

Persaingan selalu terjadi pada setiap kegiatan usaha. Persaingan antar perusahaan sejenis yang terjadi yaitu dengan petenakan puyuh lainnya terjadi dipasar yaitu dengan peternakan puyuh yang berada di Sukabumi, Jawa Tengah, dan Jawa timur. Persaingan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu dalam pemasaran produk. Banyaknya telur puyuh yang berasal dari Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masuk ke pasar di wilayah Bogor menjadikan tingkat persaingan yang terjadi di pasar menjadi semakin tinggi. Tingkat persaingan yang terjadi yaitu pada tingkat harga, kualitas dan kuantitas yang ditawarkan kepada pelanggan. Daftar pesaing di wilayah pemasaran PPBT dapat dilihat pada Tabel 15. Kuantitas produk telur puyuh yang dihasilkan oleh pesaing mudah didapat di beberapa pasar di wilayah pemasaran PPBT dan ketesediaannya kontiyu. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan oleh pesaing seperti pesaing dari Jawa Tengah berasal dari kelompok peternak sehingga produk yang dihasilkan lebih banyak begitupun dengan pesaing yang berasal dari daerah Jawa Timur. Sedangkan pesaing yang berasal dari Sukabumi dan menjadi pesaing utama PPBT yaitu Peternakan Ardi mempunyai jumlah populasi ternak yang lebih banyak dari PPBT sehingga dapat mensupplai produk secara kontinyu dari segi kuantitas.

6.2.5.2 Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Industri peternakan puyuh merupakan industri yang memiliki hambatan masuk barrier to entry yang rendah atau kecil. Hal ini dikarenakan peternakan puyuh dapat dilakukan dengan skala usaha rumah tangga hingga skala besar. Selain itu modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha peternakan puyuh tidak terlalu besar karena peternakan puyuh tidak membutuhkan lahan yang lebih sempit jika dibandingkan dengan peternakan ayam ras ataupun itik. Selain itu, puyuh dipelihara di dalam kurung atau sangkar yang memiliki lima tingkat. Satu tingkat berukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm dan tinggi 20 cm untuk 40 ekor puyuh . Sistem sangkar ini akan menghemat luas lahan yang dibutuhkan untuk kandang puyuh. Sehingga peternakan puyuh dapat dikelola sebagai usaha sampingan hingga usaha berskala besar. Masih besarnya permintaan telur puyuh di pasar juga menjadi daya tarik yang besar bagi pengusaha untuk memulai usaha peternakan puyuh petelur. Rendahnya hambatan masuk bagi pendatang baru akan semakin menambah tingginya persaingan di pasar. Semakin menariknya industri peternakan puyuh ini terlihat dari semakin banyaknya permintaan bibit puyuh yang datang ke PPBT. Namun, hal ini juga dapat dimanfaatkan oleh PPBT dengan menjalin kemitraan dengan para peternak yang ingin membuka peternakan puyuh baru.

6.2.5.3 Ancaman Produk atau Jasa Pengganti

Ciri suatu produk adalah produk substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan untuk biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk – produk yang memiliki fungsi yang sama dengan telur puyuh yaitu sebagai sumber protein. Jumlah permintaan untuk berbagai jenis telur yang berfungsi sebagai sumber protein dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Konsumsi Rata – Rata Per Minggu untuk Jenis Telur Berdasarkan Pengeluaran Rata – Rata Per kapita Sebulan Jenis Telur konsumsi rata - rata perkapita seminggu Tahun 2006 Tahun 2007 Telur Ayam Ras broiler egg Kg 0,097 0,117 Telur Itik itik manila Duck egg Butir 0,057 0,058 Telur Puyuh Quail egg butir 0,07 0,088 Sumber : BPS 2007- 2008 Berdasarkan data pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa meningkatnya jumlah permintaan telur puyuh tidak mempengaruhi atau menyebabkan penurunan permintaan untuk telur ayam ras dan telur itik. Hal ini menunjukkan bahwa telur puyuh sampai saat ini belum memiliki produk substitusi dekat. Hal ini dikarenakan telur puyuh memiliki pasar yang berbeda dengan telur ayam ras, ataupun telur itik. Pasar telur puyuh yang ada saat ini adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan. Selain itu, telur puyuh juga lebih banyak dikonsumsi sebagai makanan ringan di perjalanan sehingga banyak ditemui pedagang asongan yang menjual telur puyuh di terminal, pinggir jalan, di dalam bus, kereta api ataupun ditempat – tempat umum. Sedangkan telur ayam atau telur itik lebih banyak dikonsumsi sebagai lauk pauk. Oleh karena itu, sampai saat ini dapat dikatakan belum terdapat produk substitusi yang dapat mengancam keberlangsungan usaha dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga.

6.2.5.4 Kekuatan Tawar – menawar Pemasok

Pemasok merupakan pihak atau lembaga yang dibutuhkan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga dalam penyediaan bahan baku untuk keberlangsungan kegiatan produksi. Saat ini, kebutuhan pemasok PPBT adalah untuk mendukung kegiatan unit usaha pakan. Perusahaan membutuhkan ketersediaan bahan baku yang kontiyu dan sesuai dengan standar untuk menghasilkan produk pakan puyuh yang berkualitas yang akan mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. Daftar pemasok bahan baku pakan dari PPBT dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Daftar Pemasok Bahan Baku Pakan PPBT o No Jenis Produk Pemasok Harga Rpkg Jagung Pipil kelompok tani di wilayah Jampang Tengah dan Kelompok Tani di Wilayah Bogor Barat 2600 2 Konsentrat Ciawi Pak Maman dan Pak Asep 4900 3 Dedak Pengilingan padi di wilayah Cibungbulang 1200 4 Bahan tambahan Pakan PT. Bina San Prima Bogor 10000 Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga Maret, 2009 Pada Tabel 26 dapat diketahui pemasok yang selama ini secara rutin memenuhi kebutuhan bahan baku pemasok. Namun, banyaknya alternatif pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku PPBT membuat kekuatan tawar menawar pemasok menjadi kecil. Perusahaan menjadi tidak terlalu bergantung pada satu pemasok dikarenakan banyaknya jumlah pemasok yang ada. Data mengenai jumlah produksi jaging pipil yang menjadi salah satu bahan baku pakan dapat dilihat pada tabel 27. Tabel 27. Produksi Jagung Pipilan Kering di Jawa Barat No Tahun Produksi Jagung pipil kering 1 2007 577.513 2 2008 640.647 3 2009 641.880 Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat 2009 4 Berdasarkan data pada Tabel 27 menunjukkan jumlah produksi jagung pipilan di Jawa Barat terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah produsen jagung pipil juga menjadi semakin banyak. Banyaknya alternatif pilihan pemasok yang ada membuat pemasok PPBT saat ini tidak memiliki ketergantungan terhadap pemasok karena banyaknya alternatif pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku PPBT. Selain itu, pemasok tidak dapat dengan mudah menaikkan harga karena perusahaan akan mudah untuk berganti pemasok. Selain pemasok untuk bahan baku pakan, PPBT juga membutuhkan pasokan sekam yang dibutuhkan dalam proses pengemasan telur agar mengurangi 4 http:jabar.bps.go.idDownload_filespr0309atap.pdfv tanggal 9 juni 2009-06-01 resiko kerusakan telur pada saat proses distribusi. Pasokan sekam PPBT selama ini didapat dari penggilingan padi yang banyak terdapat di wilayah sekitar lokasi peternakan dengan harga Rp. 2000 per karung. Banyaknya penggilingan padi yang dapat memasok sekam kepada PPBT membuat PPBT tidak bergantung kepada satu pemasok dan kekuatan tawar menawar pemasok menjadi rendah. Pemasok sekam tidak dapat dengan mudah menaikkan harga karena perusahaan memiliki alternatif pemasok dan dapat mudah berpindah pemasok.

6.2.5.5 Kekuatan Tawar – menawar Pembeli konsumen

Peternakan Puyuh Bintang Tiga memilih target pasar yaitu pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan. Sehingga pembeli atau konsumen utama dari PPBT adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang akan menjual kembali telur puyuh yang dibelinya kepada konsumen akhir. PPBT merupakan peternakan puyuh skala besar satu – satunya yang terdapat di wilayah Bogor. Produsen puyuh lainnya yang masuk ke wilayah Bogor adalah peternakan puyuh wilayah Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, untuk beberapa wilayah pemasaran seperti pasar lewiliyang, Ciluar, Ciawi, Pasir Angin dan Cirangkong hanya mendapatkan supplai telur puyuh dari PPBT membuat pembeli memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap PPBT. Namun, untuk wilayah Pasar Anyar, Pasar Bogor, Pasar Warung Jambu dan Pasar Cibinong adanya produsen telur puyuh dari luar wilayah bogor memberikan alternatif pilihan bagi pembeli. Strategi harga yang ditetapkan oleh PPBT dengan menetapkan harga yang lebih rendah dari harga pesaing membuat PPBT memiliki keunggulan dibandingkan pesaing lainnya. Harga yang lebih murah ini juga yang menjadikan pembeli menjadi loyal kepada PPBT selain itu kualitas telur yang baik juga menjadikan pembeli yang telah membeli produk telur dari PPBT menjadi enggan untuk berpindah. Selain itu, belum banyaknya peternak puyuh di wilayah Bogor menjadikan pembeli memiliki sedikit pilihan produsen dengan tingkat harga yang sama dengan PPBT.

6.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Identifikasi terhadap lingkungan internal pemasaran perusahaan dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam proses pemasaran telur puyuh yang dihasilkan. Indentifikasi dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner dengan pihak manajemen perusahaan dan mitra usaha yang juga merupakan salah satu pendiri dari PPBT. Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal maka diperoleh faktor – faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan adalah sebagai berikut :

6.3.1 Kekuatan

Variabel – variabel kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu : a. Kualitas Produk Kualitas dan mutu telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT memiliki kualitas yang baik, jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan, dan cangkang telur yang tebal sehingga tidak mudah pecah dan memudahkan dalam proses pemasaran produk. Selain itu, jarak pemasaran yang dekat dengan pasar membuat telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT lebih cepat diterima oleh konsumen jika dibandingkan dengan telur puyuh yang berasal dari Sukabumi, Jawa Tengah ataupun Jawa Timur. Kualitas telur puyuh yang baik merupakan suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT dalam proses pemasaran. b. Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran Lokasi Produksi yang terletak di di Jalan KH Abdul Hamid Km 3 Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Merupakan suatu kekuatan bagi PPBT hal ini karena lokasi produksi merupakan lokasi yang dinilai sangat menguntungkan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Selain itu, lokasi produksi yang dekat dengan lokasi pemasaran atau wilayah pasar sasaran memberikan suatu keuntungan dalam proses pendistribusian yang menjadi lebih cepat sehingga telur yang diterima oleh konsumen masih dalam kondisi yang baik atau tidak rusak akibat terlalu lama di perjalanan menuju pasar. c. Harga Jual Produk yang lebih murah Harga jual produk yang ditetapkan oleh PPBT yaitu Rp. 175 per butir sedangkan harga yang ditetapkan oleh pesaing di pasar wilayah Bogor yaitu berkisar antara Rp.180 – Rp.200 per butir. Penetapan harga yang lebih murah dari pesaing ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh PPBT untuk mendapatkan keunggulan bersaing di pasar sasaran. Startegi harga yang lebih murah dari pesaing menjadi suatu kekuatan bagi PPBT untuk meraih lebih banyak pelanggan. d. Saluran Distribusi Saluran distribusi yang digunakan oleh PPBT adalah saluran distribusi langsung dimana telur puyuh yang dihasilkan dipasarkan secara langsung oleh PPBT kepada konsumen yaitu pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan tanpa melalui perantara atau tengkulak. Pemilihan saluran distribusi langsung ini merupakan kekuatan bagi PPBT karena PPBT akan mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan jika melalui perantara atau tengkulak yang cenderung menetapkan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Selain itu, pendeknya jalur distribusi yang dipilih oleh PPBT membuat proses pemasaran dari PPBT menjadi lebih efisien. Saluran distribusi langsung yang dipilih juga bertujuan agar perusahaan tidak bergantung kepada perantara ataupun tengkulak. Saluran distribusi yang digunakan oleh PPBT menjadi suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung kegiatan pemasaran PPBT. e. Pelayanan dan loyalitas pelanggan Pelayanan pelanggan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan hal ini karena pelayanan yang baik akan dapat menghasilkan loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan. Dengan adanya loyalitas dari pelanggan akan menjamin adanya pasar bagi produk yang dihasilkan. Pelayanan konsumen yang dilakukan oleh PPBT merupakan satu kekuatan yang dimiliki oleh PPBT. PPBT selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan yaitu dengan cara memenuhi permintaan pelanggan secara tepat waktu, mengirim barang sesuai dengan permintaan pelanggan, kontinyu dalam mengirimkan barang dan PPBT selalu bersedia menerima keluhan dan masukan dari pelanggan sehingga PPBT dapat mengetahui keinginan pelanggan dan dapat memperbaiki kualitas pelayanannya. Selain itu, penetapan harga yang lebih murah dan kualitas yang lebih baik dari pesaing merupakan salah satu faktor yang menghasilkan loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan PPBT dapat terlihat dari frekuensi pemesanan kembali pelanggan yang dimiliki oleh PPBT. Selain itu, loyalitas pelanggan juga dapat menjadi suatu alat promosi untuk menarik pelanggan baru. Banyaknya konsumen yang datang ke PPBT karena adanya informasi dari pelanggan tetap PPBT merupakan salah satu bukti dari adanya loyalitas pelanggan PPBT. Loyalitas pelanggan ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh PPBT. Data pelangaan PPBT dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Daftar Pelanggan PPBT No Nama Konsumen Wilayah Pasar Jumlah Permintaan per minggu Lamanya menjadi pelanggan bulan 1 Rohayong Pasar Anyar 10 peti 16 2 Darsih Pasar Anyar 4 peti 16 3 Sugeng Warung Jambu 20 dus 12 4 Beri Ciluar 10 peti 6 5 Murodadi Cibinong 15 peti 12 6 H. Kodir Ciawi 10 peti 16 7 Iwong Pasir Angin 7 peti 18 8 Odi Lewiliyang 15 peti 18 9 Anton Pasar Bogor 15 peti 6 10 Darti Pasar Bogor 10 peti 18 11 Iwan Cirangkong 5 peti 18 Sumber : PPBT April, 2009 Berdasarkan data pada Tabel 28 dapat terlihat bahwa pelanggan yang saat ini dimiliki semuanya telah menjadi pelanggan PPBT lebih dari enam bulan dengan rata – rata pemesanan sebanyak dua kali dalam satu minggu. Bahkan terdapat tujuh pelanggan yang merupakan pedagang pengecer atau agen telur yang telah menjadi pelanggan sejak PPBT berdiri. Walaupun PPBT sempat tidak berproduksi pada akhir tahun 2007 akibat terserang virus Tetelo Newcastle Disease tetapi pelanggan tersebut tetap setia terhadap produk yang dihasilkan oleh PPBT. Terjadinya pemesanan ulang konsumen sebanyak minimal 48 kali pemesanan terhadap produk yang dihasilkan oleh PPBT menunjukkan adanya loyalitas pelanggan. Sehingga dapat dikatakan pelayanan dan loyalitas pelanggan merupakan kekuatan yang dimiliki oleh PPBT.

6.3.2 Kelemahan

Variabel –variabel kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu : a. Kurangnya kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra Peternakan Puyuh Bintang Tiga saat ini melakukan sistem kemitraan dengan beberapa peternak puyuh yang terdapat di Cibungbulang, Lido dan Sukabumi. Peternak yang menjadi mitra dari PPBT akan menjual telur yang dihasilkan kepada PPBT untuk dipasarkan kembali oleh pihak PPBT. Sistem kerjasama ini pada awalnya merupakan kekuatan yang dimiliki oleh PPBT karena dapat menambah jumlah kapasitas telur puyuh yang dapat dijual. Namun, saat ini keberadaan mitra terutama mitra yang berasal dari daerah Sukabumi dan Lido menjadi suatu kelemahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi PPBT. Faktor yang menyebabkan sistem kemitraan menjadi suatu kelemahan terjadi karena adanya penurunan kualitas telur yang dihasilkan oleh peternak mitra. Banyaknya telur yang pecah dan busuk ketika sampai ke PPBT menjadi suatu kerugian yang harus ditangung oleh perusahaan. Penurunan kualitas telur yang dihasilkan oleh peternak mitra ini juga dikhawatirkan akan menimbulkan kekecewaan konsumen yang pada akhirnya dapat menghilangkan kepercayaan konsumen kepada PPBT. Oleh karena itu, PPBT harus melakukan penyortiran ulang terhadap telur yang berasal dari peternak mitra untuk menghindari adanya telur yang retak dan busuk yang sampai ke konsumen. Sehingga dapat disimpulkan sistem kemitraan dengan peternak saat ini menjadi suatu kelemahan yang dimiliki oleh PPBT. b. Keterampilan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Keterampilan dari karyawan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam proses produksi telur. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan unggas yang mudah stress sehingga membutuhkan proses pemeliharaan yang tepat dan keterampilan dari karyawan. Keterampilan karyawan yang dimiliki oleh PPBT saat ini masih kurang, hal ini dikarenakan rata – rata karyawan PPBT belum memiliki pengalaman dalam proses budidaya puyuh petelur. Belum adanya pengalaman yang dimiliki oleh pekerja terutama bagian kandang membuat keterampilan yang dimilikinya menjadi kurang sehingga karyawan PPBT masih terus membutuhkan pelatihan dan pengawasan oleh karyawan yang telah memiliki pengalaman dan lebih lama bekerja. Saat ini, PPBT hanya memiliki satu orang karyawan yang memiliki pengalaman selama sepuluh tahun dalam budidaya puyuh petelur sehingga hanya satu orang yang mengerti proses budidaya puyuh petelur dan dapat membimbing karyawan yang lain. Masih rendahnya keterampilan SDM yang dimiliki oleh PPBT merupakan suatu kelemahan yang harus diatasi oleh perusahaan. c. Manajemen Perusahaan untuk Mendukung Kegiatan Pemasaran Manajemen perusahaan akan sangat mendukung kemajuan suatu perusahaan. Semua kegiatan manajemen PPBT berada dibawah pengawasan manajer yang sekaligus pemilik dari PPBT. Begitupun dengan manajemen pemasaran yang dikelola sepenuhnya oleh manajer. Aktivitas manajemen yang seluruhnya dilaksanakan oleh manajer ini merupakan suatu kelemahan bagi perusahaan karena akan membuat pekerjaan manajer menjadi terlalu berat dan tidak fokus. Selain itu, PPBT belum memiliki orang yang secara khusus menangani pemasaran menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat kegiatan pemasaran. d. Modal Usaha Modal usaha dari PPBT hanya berasal dari pemilik usaha yaitu Bapak Prastiyo,Spt. Hal ini membuat modal usaha yang dimiliki oleh PPBT menjadi terbatas. Keterbatasan modal usaha ini merupakan suatu kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan karena dapat menghambat perkembangan dan kemajuan dari perusahaan. e. Kapasitas Produksi Terbatasnya jumlah kandang yang dimiliki oleh PPBT saat ini membuat kapastitas produk yang dihasilkan menjadi terbatas. Keterbatasan kapasitas produksi ini merupakan suatu kelemahan bagi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen. Namun, dengan melihat banyaknya permintaan konsumen membuat pihak PPBT sampai akhir athun 2009 akan menambah satu kandang besar yang berkapasitas 12.000 ekor puyuh petelur untuk menambah kapasitas produk yang dihasilkan oleh PPBT. f. Belum adanya merek pada kemasan produk Telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT dipasarkan dalam peti kayu yang berkapasitas 1.200 ekor telur dan dus yang kapasitas 750 butir telur. Belum terdapatnya merek pada kemasan produk menjadi suatu kelemahan bagi perusahaan. Dengan tidak adanya merek pada kemasan menjadikan telur puyuh yang dipasarkan tidak memiliki identitas. Padahal merek dapat menjadi suatu jaminan kualitas dari produk yang dipasarkan. Selain itu merek dapat menjadi suatu media promosi bagi perusahaan. g. Kegiatan Promosi Sampai saat ini PPBT belum melakukan kegiatan promosi secara khusus. Kegiatan promosi hanya terjadi dari mulut ke mulut konsumen yang pernah membeli produk dari PPBT. Padahal promosi merupakan hal yang penting dalam memperkenalkan produk perusahaan kepada konsumen. Kegiatan promosi yang terbatas dan tidak kontinyu menjadi suatu kelemahan bagi perusahaan Karena akan mengakibatkan wilayah pemasaran produk yang dihasilkan menjadi terbatas. h. Wilayah pemasaran yang masih terbatas Wilayah pemasaran PPBT yang saat ini masih terbatas yaitu hanya di daerah Bogor merupakan suatu kelemahan yang dimiliki perusahaan. Apalagi perusahaan memiliki visi untuk menjadi penguasa pasar Jabotabek. Masih sempit atau terbatasnya wilayah pemasaran PPBT ini dapat menjadi hambatan untuk menggapai visi yang dimilikinya. Padahal untuk mengapai visi yang dimilikinya perusahaan harus dapat memperluas wilayah pemasaran. i. Fasilitas dan peralatan produksi Fasilitas dan peralatan produksi yang dimiliki akan sangat menentukan kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan oleh PPBT. Saat ini fasilitas dan peralatan produksi yang dimiliki oleh PPBT menjadi suatu faktor kelemahan perusahaan. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya jumlah fasilitas dan peralatan produksi seperti kurung yang dimiliki oleh PPBT sehingga akan menghambat kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan oleh PPBT. Selain itu, masih sederhananya peralatan produksi yang digunakan juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan oleh perusahaan.

6.4 Identifikasi Peluang dan Ancaman

Identifikasi lingkungan eksternal digunakan untuk menentukan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam memasarkan telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT. Identifikasi faktor – faktor eksternal perusahaan dilakukan melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan, mitra usaha dan mencari informasi pendukung dari data – data instansi terkait seperti BPS dan internet. Berdasarkan hasil identifikasi maka diperoleh faktor – faktor yang menjadi peluang dan ancaman adalah sebagai berikut :

6.4.1 Peluang

a. Ketersediaan Bahan Baku Banyaknya pemasok bahan baku yang dibutuhkan oleh PPBT memberi suatu jaminan bahan baku bagi perusahaan. Selain itu, adanya sistem kerjasama dengan beberapa pemasok menjadi suatu jaminan agar perusahaan dapat memperoleh bahan baku yang dibutuhkan secara kontinyu. Terjaminnya ketersediaan bahan baku bagi perusahaan merupakan suatu peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. b. Perkembangan Teknologi Perkembangan teknologi di bidang peternakan cukup pesat. Perkembangan teknologi biasanya terlihat dari semakin modern alat – alat yang digunakan oleh peternakan sehingga akan membuat proses produksi menjadi semakin efisien dan efektif. Selain itu perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi juga akan sangat membantu dalam proses pemasaran produk yang dihasilkan. Adanya perkembangan teknologi dan penerapan teknologi pada aktivitas perusahaan menjadi sebuah peluang untuk dapat mengoptimalkan produksi dan memudahkan komunikasi dengan pihak – pihak diluar perusahaan yang dapat membuat perusahaan menjadi semakin berkembang. c. Tren Gaya Hidup Sehat Berkembangnya tren gaya hidup dimasyarakat saat ini menjadi satu peluang bagi PPBT yang menghasilkan telur puyuh. Hal ini dikarenakan telur puyuh memiliki kandungan gizi yang paling tinggi dibandingkan telur lainnya termasuk telur ayam. Telur puyuh yang memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan lemak yang rendah sangat sesuai dengan tren gaya hidup sehat masyarakat. d. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Jabotabek Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari semakin meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita masyarakat DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang menjadi target pasar dari PPBT. Peningkatkan PDB Per Kapita masyarakat DKI Jakarta dari 31.719.350 rupiah pada tahun 2004 menjadi 36.629.774 rupiah pada tahun 2007, PDB Per Kapita masyarakat Jawa Barat yang terus mengalami peningkatan dari 5.705.535 rupiah pada tahun 2004 menjadi 6.591.627 rupiah pada tahun 2007 dan peningkatan PDB Per Kapita Banten yaitu dari 6.001.802 rupiah pada tahun 2004 menjadi 6.902.711 pada tahun 2007 merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT dalam mengembangkan usahanya. Hal ini dikarenakan peningkatan pertumbuhan PDB per kapita merupakan salah satu indikasi bahwa pengeluaran masyarakat untuk konsumsi juga mengalami peningkatan. e. Peningkatan Jumlah Penduduk Populasi jumlah penduduk Jawa Barat khususnya Kabupaten dan Kota Bogor serta DKI Jakarta yang merupakan wilayah pemasaran PPBT selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah populasi yang semakin besar, membutuhkan pasokan pangan hewani yang besar. Salah satu pasokan pangan hewani masyarakat masyarakat dipenuhi oleh konsumsi telur, salah satunya adalah telur puyuh. Meningkatnya jumlah penduduk akan sangat berimplikasi kepada peningkatan permintaan akan produk peternakan seperti telur puyuh. Hal ini merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT. f. Turunnya Harga Bahan Bakar Minyak BBM Kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak BBM pada tanggal 15 januari 2009 menjadi Rp.4500 per liter berdampak kepada penurunan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dampak yang paling dirasakan oleh perusahaan akibat penurunan harga BBM ini adalah berkurangnya biaya distribusi telur yang selama ini menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, turunnya harga BBM juga berdampak kepada penurunan harga bahan baku pakan yang digunakan oleh PPBT sehingga akan menghemat biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.Turunnya harga BBM ini merupakan suatu peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan memperluas wilayah pemasaran produk yang dihasilkan. g. Permintaan yang Semakin Meningkat Peningkatan permintaan telur puyuh setiap tahunnya merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT untuk menambah jumlah pelanggan baru dan memperluas pangsa pasar PPBT serta memperluas usaha. Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap telur puyuh merupakan suatu indikasi meningkatnya pembeli potensial terhadap telur puyuh.

6.4.2 Ancaman

a. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar Situasi keamanan lingkungan sekitar merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha perusahaan. Hal ini dikarenakan situasi keamanan sekitar peternakan merupakan situasi yang diharapkan mampu mendukung situasi yang kondusif seperti lingkungan yang tidak terlalu bising, frekuensi lalu lalang orang yang tidak terlalu tinggi, dan keamanan lain terkait aset perusahaan seperti keamanan dari pencurian. Namun, kondisi peternakan yang belum dipagari dan adanya jalan dibelakang kadang merupakan suatu kondisi yang dapat membuat orang luar masih bebas untuk masuk ke lokasi peternakan padahal puyuh merupakan unggas yang mudah mengalami stres. Faktor lain yang menyebabkan situasi keamanan lingkungan sekitar menjadi ancaman adalah terkait dengan lokasi peternakan yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dan lahan pertanian milik penduduk. Hal ini yang membuat banyaknya aktivitas masyarakat disekitar lokasi peternakan dan dapat mengganggu keamanan dari perusahaan. Adanya beberapa kasus pencurian terhadap aset perusahaan juga merupakan indikasi bahwa keamanan lingkungan sekitar perusahaan menjadi suatu ancaman yang dapat menggangu perkembangan usaha dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. b. Tingkat Persaingan Industri yang Semakin Tinggi Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi terutama terjadi dengan peternak yang ada di daerah Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan untuk di daerah Bogor sendiri saat ini peternakan puyuh semakin diminati. Data mengenai perkembangan jumlah peternakan puyuh di Bogor dapat dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa jumlah peternakan puyuh di wilayah Bogor terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2004 – 2006 yang mengalami penurunan hal ini terjadi karena serangan wabah flu burung terhadap unggas puyuh. Namun, berdasarkan temuan lapang pada bulan Maret 2009 saat ini di Bogor sudah terdapat tujuh peternakan puyuh padahal pada awal tahun 2006 hanya terdapat dua peternakan puyuh hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat persaingan industri semakin tinggi. Tabel 29. Daftar Peternakan Puyuh di Bogor Tahun Jumlah Peternakan Lokasi Peternakan 2000 - 2002 2 Cibungbulang, Jonggol 2002 - 2004 5 Cibungbulang, Sukaraja, Cileungsi, Gunung Putri, Gunung Sindur 2004 – 2006 2 Ranca Bungur, Tajur Halang 2006 – 2009 7 Tajur Halang, Ranca Bungur, Cibungbulang, Cibanteng, Pasir Angin, Leuwiliyang, Jasinga Sumber : BPS Bogor 2002-2006, Data Primer 2009 Tingkat persaingan yang terjadi yaitu pada tingkat harga, kualitas dan kuantitas yang ditawarkan kepada pelanggan. Kondisi persaingan yang semakin tinggi merupakan suatu ancaman bagi PPBT apalagi PPBT akan terus mengembangkan usahanya. PPBT harus mampu mempertahankan wilayah pemasaran yang sudah ada dengan terus meningkatkan kualitas, kuantitas dan mempertahankan harga produk yang lebih murah dibandingkan dengan pesaing. PPBT memiliki keunggulan jika ditinjau dari lokasi produksi karena lebih dekat ke wilayah pemasaran dibandingkan dengan pesaing yang berasal dari luar wilayah Bogor, sehingga akan menghemat biaya distribusi produk. c. Perubahan Cuaca yang Tidak Menentu Puyuh merupakan unggas yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang akan mengakibatkan puyuh mudah mengalami stres. Jika puyuh mengalami stres akan berakibat pada penurunan produktivitas telur yang akan dihasilkan. Perubahaan cuaca yang tidak menentu yang merupakan dampak dari terjadinya global warming merupakan suatu ancaman bagi PPBT. d. Merebaknya Penyakit Puyuh Puyuh merupakan unggas yang sangat rentan terhadap penyakit. Banyaknya penyakit yang dapat menyerang puyuh seperti flu burung, tetelo, snot dan lain sebagainya merupakan suatu ancaman bagi perusahaan. Hal ini karena jika puyuh terjangkit penyakit akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas telur bahkan dapat menyebabkan kematian puyuh dan hal ini akan sangat merugikan bagi perusahaan. e. Masuknya Telur Puyuh dari Luar Bogor ke Pasar di wilayah Bogor Banyaknya telur puyuh yang berasal dari daerah Sukabumi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur semakin meningkatkan persaingan yang terjadi di pasar. Hasil survey di pasar Anyar pada bulan Maret 2009 yang menjadi salah satu pasar sasaran utama dari PPBT dari tujuh toko penjual telur puyuh hanya terdapat dua orang yang menjual telur yang berasal dari PPBT. Lima orang pedagang lainnya mendapatkan pasokan telur puyuh dari wilayah Sukabumi. Sehingga dapat dikatakan sekitar 71 persen telur puyuh yang di pasar Bogor berasal dari daerah luar Bogor. Begitupun di Pasar Bogor hasil temuan lapangan pada bulan Maret 2009 hampir 80 persen telur puyuh yang dijual berasal dari luar wilayah Bogor. Dengan adanya telur puyuh yang berasal dari luar daerah Bogor menjadi suatu ancaman bagi perusahaan. Sehingga masuknya telur puyuh yang berasal dari luar Bogor ke Pasar di wilayah Bogor yang menjadi pasar sasaran dari PPBT harus diwaspadai karena dapat mengancam posisi perusahaan di pasar dan dapat merebut pelanggan dari PPBT. VII PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI 7.1 Analisis matriks IFE dan EFE 7.1.1 Analisis matriks IFE Internal Factor Evaluation Analisis matriks IFE dilakukan dengan mengolah faktor – faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan. Nilai dan bobot dari masing – masing variabel internal ditentukan oleh tiga orang responden yaitu manajer sekaligus pemilik usaha, karyawan tetap dan mitra usaha yang juga merupakan salah satu pendiri dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison. Selain pemberian bobot juga dilakukan pemberian rating terhadap faktor kekuatan dan kelemahan. Pemberian bobot dan rata – rata bobot untuk masing – masing responden dapat dilihat pada Lampiran 6. Selain pemberian bobot, pemberian rating terhadap faktor internal untuk masing – masing responden juga dapat dilihat pada Lampiran 8. Bobot dari masing – masing variabel kemudian dikalikan dengan rating masing – masing variabel tersebut untuk mendapatkan total skor dari analisis lingkungan internal perusahaan. Adapun hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 30. Hasil pengolahan data pada Tabel 30 menunjukkan bahwa total skor untuk matriks IFE adalah sebesar 2.309. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki posisi internal yang lemah atau dibawah rata – rata dalam usahanya menjalankan strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan internal yang ada. Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE dapat diketahui bahwa faktor internal yang paling berpengaruh pada perusahaan adalah pelayanan dan loyalitas pelanggan. Hal ini ditunjukkan dengan total skor sebesar 0,315. Pelayanan yang baik yang akhirnya menghasilkan adanya loyalitas pelanggan merupakan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini harus dipertahankan oleh perusahaan dan terus ditingkatkan. Adanya keunggulan dalam pelayanan dan loyalitas pelanggan merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menjangkau pasar sasaran. Selain itu, keunggulan dalam hal pelayanan yang dimiliki, dapat memudahkan perusahaan dalam memperluas daerah pemasaran khususnya untuk menggapai visi dari PPBT yaitu menjadi penguasa pasar Jabotabek. Tabel 30 . Matriks IFE Internal Factor Evaluation PPBT Kekuatan Rata - rata Rating Rata - rata bobot Skor Total Kualitas Produk 3,333 0,080 0,266 Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 3,667 0,062 0,228 Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing 3,333 0,076 0,253 Saluran Distribusi 3,333 0,071 0,235 Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan 4,000 0,079 0,315 Kelemahan Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 1,667 0,058 0,096 Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 1,667 0,088 0,147 Keterampilan SDM yang dimiliki 1,667 0,076 0,127 Modal Usaha 1,000 0,102 0,102 Kapasitas Produksi 1,333 0,079 0,105 Belum adanya merek pada kemasan Produk 2,000 0,038 0,077 Kegiatan Promosi 2,000 0,050 0,101 Wilayah pemasaran yang masih terbatas 2,000 0,063 0,126 fasilitas dan peralatan produksi 1,667 0,079 0,131 Total 1,000 2,309 Faktor strategis yang menjadi kelemahan yang sangat berpengaruh bagi perusahaan yaitu belum adanya merek pada kemasan produk, Hal ini ditunjukkan dengan total skor 0.077. Belum adanya merek pada kemasan produk perlu segera diatasi karena kelemahan ini akan menjadikan produk yang dijual oleh PPBT menjadi tidak memiliki identitas dengan tidak adanya merek pada kemasan. Padahal merek merupakan suatu faktor penting yang dapat meningkatkan brand image yang positif bagi konsumen, karena adanya merek pada kemasanan akan menjadi jaminan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh PPBT sebagai telur puyuh yang berkualitas. Selain itu merek juga dapat menjadi salah satu media promosi bagi perusahaan supaya produk yang dihasilkan menjadi semakin dikenal oleh konsumen dan hal ini akan sangat berpengaruh dalam upaya memperluas wilayah pemasaran.

7.1.2 Analisis Matriks EFE Eksternal Factor Evaluation

Pemberian bobot pada faktor ekternal dilakukan dengan cara yang sama dengan pemberian bobot pada faktor internal. Selain pemberian bobot responden juga memberikan rating terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi perusahaan. Pemberian bobot dan rating pada faktor eksternal dilakukan oleh responden yang sama dengan pemberian bobot dan rating pada faktor internal. Pemberian bobot yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada Lampiran 7. Sedangkan penilaian rating yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada Lampiran 8. Bobot dan rating dari masing – masing variabel kemudian dikalikan untuk mendapatkan total skor dari analisis lingkungan eksternal perusahaan. Adapun hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Matriks EFE Eksternal Factor Evaluation PPBT Peluang Rata - rata Rating Rata -rata bobot Skor Total Ketersediaan Bahan Baku 3,333 0,090 0,299 Perkembangan Teknologi 2,333 0,069 0,162 Trend Gaya Hidup Sehat 2,667 0,076 0,202 Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek 3,333 0,086 0,286 Peningkatan jumlah penduduk 3,000 0,080 0,239 Turunnya harga BBM 3,667 0,073 0,269 Permintaan yang semakin meningkat 4,000 0,091 0,364 Ancaman Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 2,000 0,088 0,177 Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi 3,000 0,091 0,273 Perubahan cuaca yang tidak menentu 3,333 0,087 0,290 Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 3,333 0,097 0,324 Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 2,000 0,072 0,144 Total 1,000 3,028 Berdasarkan pengolahan matriks EFE pada Tabel 31 didapatkan total skor untuk matriks EFE adalah sebesar 3.028. Hal ini menunjukkan bahwa PPBT berada diatas rata – rata 2.50 dalam usahanya menjalankan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Permintaan yang semakin meningkat menjadi peluang yang sangat berpengaruh pada PPBT hal ini ditunjukkan dengan total skor yang paling besar yaitu sebesar 0.364. Permintaan yang semakin meningkat menjadi peluang yang sangat besar bagi perusahaan untuk memperluas daerah pemasaran. Selain itu faktor lain yang menjadi peluang yang sangat berpengaruh bagi perusahaan yaitu ketersediaan bahan baku dengan total skor sebesar 0.299. ketersediaan bahan baku yang melimpah merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan integrasi kebelakang yaitu dengan menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku khususnya bahan baku pakan agar unit usaha pakan ternak yang dikelola oleh PPBT dapat menjadi semakin berkembang. Faktor strategis internal yang menjadi ancaman yang sangat berpengaruh bagi perusahaan adalah masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor yang saat ini merupakan target pasar utama dari PPBT. Total skor dari ancaman masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor adalah sebesar 0.144. Hal ini menunjukkan bahwa respon perusahaan dalam menghindari ancaman masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar yang menjadi target pasar utama dari PPBT masih sangat rendah. Rendahnya respon perusahaan terhadap ancaman ini dikarenakan perusahaan masih belum optimal dalam melakukan kegiatan promosi.

7.2 Matriks IE Internal – Eksternal

Matriks IE diperoleh dari penggabungan matriks IFE dan EFE. Berdasarkan analisis matriks IE maka dapat diketahui posisi perusahaan saat ini. Matriks IE juga akan mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi yang akan dirumuskan. Nilai skor dari matriks IFE adalah 2.309 dan nilai skor dari matriks EFE adalah 3.028, sehingga apabila masing – masing total skor dari faktor internal dan faktor eksternal dipetakan dalam matriks IE akan menempatkan Peternakan Puyuh Bintang Tiga pada kuadran II. Adapun hasil pemetaan dari matriks IFE dan EFE pada matriks IE dapat dilihat pada Gambar 13. Total Rata – rata Tertimbang IFE Kuat 3,0-4,0 Rata-rata2,0-2,99 Lemah1,0-1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 I II III IV V VI VII VIII IX Gambar 13. Matriks Internal – Eksternal IE Peternakan Puyuh Bintang Tiga Berdasarkan Gambar 13 diketahui bahwa posisi Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang berada pada kuadran II termasuk kedalam tumbuh dan kembangkan Growth and Build dimana strategi yang paling sesuai digunakan pada posisi ini adalah strategi intensif atau integratif David, 2006. Strategi intensif terdiri dari penetrasi pasar market penetration, pengembangan pasar market development, dan pengembangan produk product development. Penetrasi pasar merupakan strategi yang berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang ada saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah tenaga penjual, meningkatkan jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif atau meningkatkan upaya publisitas. Pengembangan pasar merupakan pengenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru. Pengembangan produk merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk saat ini. Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan forward integration, integrasi ke belakang backward integration dan integrasi horisontal horizontal integration. Integrasi ke depan melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0-4,0 Menengah 2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99 Total Rata – rata Tertimbang EFE 2.30 3.028 diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Strategi yang dihasilkan melalui matriks IE hanya menghasilkan gambaran strategi secara umum bagi perusahaan tanpa adanya implementasi strategi yang lebih teknis dan spesifik pada tingkat usaha. Agar diperoleh strategi yang lebih spesifik bagi perusahaan maka digunakan matriks SWOT untuk melengkapi matriks IE yang berisi langkah – langkah strategi yang lebih konkrit yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Strategi yang akan diperoleh melalui matriks SWOT berdasarkan pada pengembangan dari matriks IE.

7.3 Matriks SWOT