I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang  unik,  kelimpahan  sinar  matahari,  air  dan  tanah;  maka  Indonesia  memiliki
modal  dasar  yang  diperlukan  untuk  mengembangkan  sektor  pertanian  organik.
1
Trend pertanian  Indonesia  telah  mengalami  peralihan  dari  sistem  pertanian
konvensional  menuju  pertanian  organik.  Peralihan  tersebut  seiring  dengan meningkatnya  kesadaran  masyarakat  akan  bahaya  mengkonsumsi  makanan  yang
terkontaminasi  oleh  bahan-bahan  sintetikkimia.  Terdapat  bukti  menunjukkan bahwa  banyak  penyakit  yang  ditimbulkan  oleh  residu  bahan  sintetikkimia  yang
terkandung di dalamnya, salah satunya adalah kanker. Kini masyarakat cenderung bersedia  membayar  “lebih”  untuk  pangan  organik  agar  mendapatkan  kesehatan
yang memang mahal harganya.
2
Sekjen  Masyarakat  Pertanian  Organik  Indonesia  Maporina,  Ririen Prihandarini  2009  menunjukkan  data  penduduk  dunia  yang  mulai  menaruh
perhatian pada produk-produk pangan organik. Masyarakat Cheska menghabiskan 15,9 juta dolar AS Amerika Serikat untuk membeli produk organik. Sementara
di  Swiss,  sekitar  10  –  15  persen  rumah  tangga  di  sana  membeli  produk  organik secara teratur. Swiss merupakan pembeli produk organik terbesar di dunia dengan
menghabiskan 160 Swiss Franc atau sekitar Rp 1,2 juta per orang setiap tahunnya untuk  produk-produk  organik  tertentu.  Pertumbuhan  permintaan  pangan  organik
di  pasar  Kanada  diprediksi  mencapai  17,41  persen  pada  periode  2007-2011. Padahal permintaan tahun sebelumnya hanya 3 – 4 persen. Media organik Inggris
menulis  bahwa  di  Asia  penjualan  produk  organik  meningkat  20  persen  setiap tahunnya.
3
+ ,
- +.
1 2  3
45 3
1 67
7 8
, 7
3 9
7 3
8 ,
Upaya  pengembangan  sektor  pertanian  organik  dapat  dilakukan  salah satunya  melalui  pengembangan  sektor  peternakan  organik.  Pentingnya
pengembangan sektor peternakan organik disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang  berlebihan  pada  peternakan  non-organik  sehingga  menjadi  residu  dan
terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan susu. Produk yang terkontaminasi
oleh residu
tersebut membahayakan
konsumen yang
mengkonsumsinya.
4
Bakteri  patogen  yang  ditemukan  pada  hewan  ternak  saat  ini memiliki kekebalan terhadap antibiotik yang lebih tinggi daripada bertahun-tahun
yang  lalu.  Untuk  menjaga  agar  tetap  sehat  dan  bisa  dipotong  pada  waktunya, hewan  ternak  disuntik  dengan  kadar  antibiotik  yang  lebih  kuat  atau  lebih  tinggi.
Hal ini menyebabkan hewan ternak dapat menjadi lebih berbahaya.
5
Resistensi mikroba dapat ditransfer dari ternak ke tubuh manusia melalui kontak  langsung  manusia  dengan  ternak  maupun  secara  tidak  langsung  melalui
konsumsi  produk  hewani.  Di  dalam  tubuh  manusia,  bakteri  akan  berkoloni  dan dapat  mengakibatkan  berbagai  gangguan  kesehatan,  bahkan  dapat  menimbulkan
kematian.
6
Para  peneliti  maupun  praktisi  kedokteran  kini  mengkhawatirkan  semakin banyaknya  bakteri  yang  kebal  antibiotik.  Penyebabnya  adalah  penggunaan
antibiotik  yang  tidak  rasional  di  sektor  peternakan.  Setiap  tahunnya,  di  Amerika Serikat terdapat 94 ribu kasus infeksi bakteri yang kebal hampir semua antibiotik.
Sebagian  besar  para  remaja  dan  olahragawan  tertular  bakteri  kebal  antibiotik karena  mengkonsumsi  daging  dari  peternakan  yang  mempraktekkan  pemberian
antibiotik  pada  hewan  ternaknya.
7
Union  of  Concerned  Scientists  UCS memperkirakan bahwa 70 persen dari  antibiotik dan obat terkait digunakan pada
4
Rahardjo  Y.  2009.  Dokter  Hewan:  Antibiotik  dalam  Pakan  Ternak.  http:www. kedokteranhewan.blogspot.com200901antibiotik-dalam-pakan-ternak.html [10 Juli 2010].
5
Grinningplanet.com. 2009. Makanan Organik dan Masalah Kekebalan terhadap Antibiotik. http:organic
foodstore.wordpress.com20090222makanan-organik-dan-masalah-kekebalan- terhadap-antibiotik [10 Juli 2010]
6
Ulfah  M.  2007.  Netfarm  Fapet  Unpad:  Antibiotik  dan  Ruminansia.  http:netfarm. blogsome.com20071001antibiotik-dan-ruminansia [10 Juli 2010]
7
Anonim.  2009.  Antibiotik  Pada  Ternak  Picu  Kekebalan  Bakteri.  http:www.dw- world.dedwarticle0,,4600279,00.html [10 Juli 2010]
binatang di Amerika Serikat.
8
Dari seluruh antibiotik  yang beredar di Australia, 60 persen digunakan pada binatang ternak, bukan pada manusia.
9
The  British  Medical  Association telah  memperingatkan  bahwa  kekebalan
terhadap antibiotik merupakan ‘salah satu ancaman kesehatan publik utama yang akan  dihadapi  di  abad  21’.  Sementara  World  Health  Organization  WHO  telah
memerintahkan  pengurangan  penggunaan  antibiotik  pada  pertanian  dan peternakan.
10
Kandungan  residu  obat  yang  melewati  batas  maksimum  residu BMR  yang  ditetapkan  akan  menyebabkan  daging  dan  susu  tidak  aman
dikonsumsi,  karena  dapat  menimbulkan  reaksi  alergi,  keracunan,  resistensi mikroba tertentu atau mengakibatkan gangguan fisiologis pada manusia.
11
Dalam  peternakan  organik,  penggunaan  antibiotik  sangat  dibatasi. Binatang  ternak  yang  hidup  secara  lebih  layak  dan  lebih  baik  di  peternakan
organik,  meminimasi  penggunaan  antibiotik  dan  obat-obatan  hewan  lainnya. Obat-obatan  dan  antibiotik  digunakan  hanya  ketika  sangat  diperlukan.
12
Peternakan  organik  telah  diterapkan  di  beberapa  negara  dengan  membatasi penggunaan  senyawa  antibiotik  pada  ternak  seperti  di  Swedia  tahun  1986,
Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999.
13
Pengembangan peternakan organik di Indonesia pun semakin ditingkatkan sebagai salah satu bagian dalam upaya pengembangan pertanian organik  melalui
program-program  untuk  mencapai  Go  Organic  2010  yang  diharapkan  mampu menghantarkan  Indonesia menjadi produsen organik terkemuka di dunia.
14
Salah satu  perusahaan  di  Indonesia  yang  menghasilkan  produk  peternakan  organik
adalah  perusahaan  Dr.  Diana  Hermawati.  Perusahaan  yang  berdiri  sejak  tahun
8
Delaney  J.  2009.  Peternakan  Mendorong  Resistensi  Antibiotik.  http:erabaru.nettop- news39-news42873-peternakan-mendorong-resistensi-antibiotik [10 Juli 2010]
9
Grinningplanet.com. Op.cit.
10
Grinningplanet.com. Op.cit
11
Rahardjo  Y.  2007.  Infovet:  Peran  Obat  Hewan  dalam  Keamanan  Produk  Ternak. http:www.majalahinfovet.com200710peran-obat-hewan-dalam-keamanan-produk.html [10 Juli
2010]
12
Loc.cit
13
Rahardjo Y.
2008. Infovet:
Antibiotik dalam
Pakan Ternak.
http:www.majalahinfovet.com 200807antibiotik-dalam-pakan-ternak.html [10 Juli 2010]
14
Apriantono  A.  2007.  Pertanian  Organik  dan  Revitalisasi  Pertanian.  http:biotama.com index.php?option=com_contenttask=viewid=54Itemid=1 [10 Juli 2010]
2006 tersebut menghasilkan dan memasarkan produk susu kuda Sumbawa organik dengan merek dagang Asambugar.
Produk  Asambugar  yang  diproduksi  dan  dipasarkan  oleh  Dr.  Diana Hermawati adalah susu segar  yang diperah dari kuda Sumbawa betina atau biasa
dikenal sebagai “kuda liar” karena kuda tersebut dilepas di padang rumput Pulau Sumbawa,  Provinsi  Nusa  Tenggara  Barat,  khususnya  di  Kabupaten  Dompu.
Menurut  Riyadh  2003,  susu  kuda  liar  adalah  susu  yang  dihasilkan  dari pemerahan kuda-kuda yang hidup secara bebas di suatu lokasi yang mirip dengan
padang penggembalaan sampai di lereng-lereng perbukitan. Kuda-kuda itu hidup di  lokasi  tersebut  sejak  dilahirkan  hingga  dewasa,  kemudian  berkembangbiak
secara  alami.  Namun  kuda-kuda  itu  adalah  kuda-kuda  yang  bertuan.  Jadi,  semua kuda yang terdapat di lokasi tersebut adalah milik para peternak setempat.
Diketahui  bahwa  persentase  kejadian  cemaran  antibiotik  pada  susu  dari hewan  ternak  cukup  tinggi  lebih  dari  50  persen  dibandingkan  produk  hewani
lain  seperti  daging  dan  hati.
15
Kondisi  tersebut  mendukung  upaya  Dr.  Diana Hermawati untuk memperkenalkan produk Asambugar sebagai produk susu kuda
Sumbawa yang dijamin organik dan aman bagi kesehatan. Untuk  membuktikan  jaminan  mutu  produk  Asambugar,  Dr.  Diana
Hermawati mengupayakan pelaksanaan sertifikasi organik pada produk susu kuda Sumbawa yang dihasilkan oleh suppliernya yaitu Kelompok Tani Hidup Bersama.
Manfaat  sertifikasi  organik  diantaranya  melindungi  produsen  organik  dari penipuan produk non-organik yang diakui organik, dan melindungi konsumen dari
segala  bentuk  kecurangan  serta  klaim  produk  organik  yang  tidak  dapat dipertanggungjawabkan.
16
Perusahaan  Dr.  Diana  Hermawati  merupakan  pelopor dan  masih  satu-satunya  perusahaan  di  Indonesia  yang  produk  susu  kuda
Sumbawanya  telah  bersertifikasi  organik.  Sejak  produk  Asambugar  telah bersertifikasi organik, perusahaan Dr. Diana Hermawati memiliki logo perusahaan
bertuliskan DH Organik.
15
Rahardjo Y. 2007. Op.cit
16
Hermawati  D.  2009.  Proposal  Penawaran  Produk  Pangan  Organik  Susu  Kuda  Liar  dan Madu  Hutan  Pulau  Sumbawa  Kabupaten  Dompu  Serta  Produk  Kecantikan  dengan  Bahan  Baku
Susu Kuda Organik [proposal]. Bogor: UKM Diana Hermawati.
Saat  ini  DH  Organik  masih  termasuk  perusahaan  perseorangan  dengan Nomor TDP: 10,20,5,15,11315 yang berlaku sampai tanggal 14 September 2012.
Usaha ini juga masih tergolong usaha mikro hingga kecil karena meskipun omzet- nya  masih  kurang  dari  Rp300  juta,  tetapi  total  asset  yang  dimilikinya  berada
dalam interval Rp50 juta  – 500 juta Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM
No. Uraian
Kriteria Rupiah Asset
Omzet
1. Usaha Mikro
Max. 50 juta Max. 300 juta
2. Usaha Kecil
50 juta – 500 juta 300 juta – 2,5 M
3. Usaha Menengah
500 juta – 10 M 2,5 M – 50 M
Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM
DH  Organik  merupakan  perusahaan  yang  berperan  sebagai  pengemas, pemasar dan pengendali mutu produk Asambugar. Sebagai pengemas, perusahaan
ini  melakukan  pengemasan  dengan  tetap  memperhatikan  karakteristik  produk Asambugar  sekaligus  mempertahankan  mutu  produk  tersebut.  Kemasan  produk
Asambugar  merupakan  kemasan  khusus  jenis  food  grade  yang  kedap  cahaya sehingga  melindungi  susu  dari  kontak  langsung  cahaya  matahari.  Kemasan  ini
juga steril sehingga relatif aman bagi produk makanan atau minuman. Sebagai  pengendali  mutu,  Dr.  Diana  Hermawati  telah  melakukan
manajemen  mutu  produk  Asambugar  yang  baik.  Proses  pengemasan  produk Asambugar  dilakukan  di  laboratorium  milik  Dr.  Diana  Hermawati  sehingga
mudah bagi beliau untuk mengawasi agar mutu produk tetap terjaga selama proses pengemasan  berlangsung.  Bahkan  sebelum  dikemas,  Dr.  Diana  Hermawati
melakukan  uji  laboratorium  untuk  memastikan  dan  menjamin  bahwa  susu  segar kuda  Sumbawa  yang  akan  dikemas  benar-benar  organik  dan  bebas  dari  zat-zat
berbahaya. Selain berperan sebagai pengemas dan pengendali mutu, DH Organik juga
berperan  sebagai  pemasar.  DH  Organik  memang  menjalankan  usahanya  dengan lebih fokus pada pemasaran produk karena perusahaan tersebut dibentuk pertama
kali  dengan  tujuan  untuk  membantu  Kelompok  Tani  Hidup  Bersama  di  Dompu dalam memasarkan produk susu kuda Sumbawa organik yang dihasilkannya.
Dalam  memasarkan  produk  Asambugar,  perusahaan  ini  menjalankan empat  bauran  pemasaran  yang  meliputi  bauran  produk,  bauran  distribusi,  bauran
harga,  dan  bauran  promosi.  Produk  Asambugar  telah  dijamin  organik  sehingga memudahkan  DH  Organik  dalam  menjalankan  bauran  produk.  Bauran  distribusi
produk  Asambugar  pun  dijalankan  oleh  DH  Organik  dengan  strategi  distribusi langsung  sehingga  memudahkan  perusahaan  dalam  mengetahui  motif  pembelian
produk Asambugar oleh konsumen sasarannya. Harga produk Asambugar yang ditawarkan oleh DH Organik masih relatif
murah  yaitu  Rp30.000  untuk  kemasan  250  ml;  dibandingkan  dengan  produk pesaingnya  yang  mencapai  Rp50.000  untuk  kemasan  250  ml.  Dengan  mutu
produk  Asambugar  yang  dijamin  organik,  DH  Organik  mampu  menjual  produk dengan harga yang bersaing dan relatif murah dibanding harga produk susu kuda
Sumbawa  pesaing  yang  belum  memiliki  jaminan  organik.  Kondisi  tersebut memudahkan DH Organik dalam menjalankan bauran harga produknya.
Selain  menjalankan  bauran  produk,  bauran  distribusi,  dan  bauran  harga; DH  Organik  juga  menjalankan  bauran  promosi.  Menurut  Tjiptono  2008,
promosi  merupakan  salah  satu  penentu  keberhasilan  suatu  program  pemasaran. Betapapun  berkualitasnya  suatu  produk,  bila  konsumen  belum  pernah
mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.
DH Organik telah menjalankan bauran promosi produk Asambugar tetapi strategi  tersebut  ditujukan  kepada  masyarakat  luas,  bukan  pada  ceruk  pasar
tertentu. Padahal produk Asambugar merupakan produk minuman kesehatan yang lebih mengarah pada fokus diferensiasi dengan melayani niche market atau ceruk
pasar  tertentu.  Hasil  identifikasi  selama  penelitian  berlangsung  menunjukkan bahwa ceruk pasar produk Asambugar adalah orang-orang yang sedang menderita
penyakit  seperti  penyakit  saluran  pencernaan,  maag,  asam  urat,  diabetes,  lever, ginjal, tuberculosis TBC, anemia, radang paru-paru dan kanker.
Gagasan  pokok  dalam  menggarap  ceruk  pasar  adalah  spesialisasi.  Dalam hal  ini,  DH  Organik  adalah  nicher.  Salah  satu  kunci  sukses  nicher  adalah
kemampuan  mereka  untuk  mengenal  konsumennya  sehingga  dapat  melayani dengan  lebih  baik.  Nicher  juga  diharuskan  melayani  lebih  dari  satu  ceruk  pasar
agar  dapat  memperbesar  kemampuannya  untuk  bertahan  hidup.  Oleh  karena  itu, nicher
membutuhkan  tenaga  pemasaran  dengan  jumlah  memadai  serta  mampu mencari  ceruk  pasar  baru,  memperluas,  mengembangkan,  dan  melindungi  ceruk
pasar tersebut. Oleh karena itu, bauran promosi yang dijalankan oleh DH Organik sebaiknya lebih ditujukan kepada ceruk-ceruk pasar yang telah dijangkau maupun
ceruk  pasar  potensial  yang  akan  dijangkau.  Oleh  karena  itu,  bauran  promosi produk  Asambugar  yang  telah  dilakukan  oleh  DH  Organik  penting  untuk
dianalisis sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini.
1.2.  Perumusan Masalah