VI EVALUASI PROMOSI SUSU KUDA ORGANIK ASAMBUGAR 6.1. Evaluasi Aktivitas Promosi Susu Kuda Organik Asambugar
Evaluasi aktivitas promosi dalam upaya mendapatkan respon dari konsumen dilakukan dengan mengamati karakteristik pelanggan yang menjadi responden
sehingga dapat membentuk segmen-segmen pasar berdasarkan setiap karakteristik responden. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner
penting untuk diinterpretasikan dalam mengetahui kemampuan respon konsumen terhadap aktivitas promosi produk Asambugar.
6.1.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi tempat tinggal, usia, status, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata
per bulan, cara mengetahui produk, dan pengeluaran rata-rata untuk membeli produk susu kuda organik Asambugar per bulan. Jumlah responden yang diteliti
sebanyak 30 orang, yaitu konsumen yang berusia lebih dari 17 tahun dan pernah mengkonsumsi susu kuda organik Asambugar sebelumnya, yang diperoleh di
wilayah Jakarta dan Bogor. 1 Jenis Kelamin
Responden yang menjadi sampel penelitian dibedakan ke dalam dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin dimanfaatkan dalam
mengevaluasi aktivitas promosi produk susu kuda organik Asambugar dengan pertimbangan bahwa konsumsi individu dibentuk oleh kondisi sosial yang
meliputi seperangkat hubungan sosial dalam menghasilkan ketidak-setaraan pola gender antara laki-laki dan perempuan Lury 1998. Meskipun kini marak dengan
emansipasi perempuan sebagai upaya penyetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, tetapi perilaku kedua kelompok gender ini berbeda terutama dalam
memutuskan konsumsi produk susu kuda organik Asambugar. Terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin selama pemilihan sampel yaitu jumlah
responden berjenis kelamin laki-laki adalah 10 orang atau 33,33 persen dari total responden; sedangkan responden perempuan berjumlah 20 orang atau 66,67
persen dari total responden Gambar 5. Berdasarkan pengamatan di lapangan, mayoritas pembeli produk susu Asambugar adalah perempuan.
Gambar 5 . Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Fenomena tersebut disebabkan perempuan cenderung lebih sering berbelanja dan memiliki perhatian yang lebih tinggi terhadap kesehatan. Selain itu, wanita
memiliki peran feminim yang membuat mereka menyukai berbelanja dan mendominasi sebagian besar keputusan konsumsi.
2 Lokasi Tempat Tinggal Perbedaan lokasi tempat tinggal merupakan perbedaan geografi yang biasa
digunakan dalam
memahami karakteristik
konsumen terutama
dalam melaksanakan program promosi. Menurut Engel et al 1995, rencana pemasaran
khususnya program promosi biasanya dilaksanakan di dalam unit-unit geografis. Media iklan seperti televisi, radio, dan surat kabar biasanya dibeli berdasarkan
geografi. Media cetak bergerak ke arah edisi yang didasarkan pada pembagian geografi yang spesifik hingga kode wilayah. Majalah-majalah nasional memiliki
bagian iklan regional yang dijual berdasarkan negara bagian atau kota. Oleh karena itu, lokasi tempat tinggal menjadi bagian dari karakteristik responden yang
dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas promosi susu kuda organik Asambugar.
Kuesioner penelitian diberikan kepada konsumen produk susu kuda organik Asambugar yang berada di wilayah Jabodetabek, maka diperoleh tiga wilayah
yang menjadi lokasi tempat tinggal responden yakni DKI Jakarta, Bogor, dan Bekasi. Satu orang responden dari Bekasi tersebut bekerja di Jakarta sehingga
responden tersebut dipilih sebagai sampel. Pemilihan tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa Jakarta dan Bogor merupakan ceruk pasar yang ingin
dijangkau sepenuhnya oleh DH Organik. Selain itu, kedua lokasi tersebut menjadi lokasi pemasaran utama produk susu kuda Sumbawa organik Asambugar.
Proporsi jawaban responden relatif berbeda untuk setiap lokasinya. Responden yang tinggal di DKI Jakarta berjumlah 4 orang atau sebesar 13,33 persen; di
Bogor sebanyak 25 orang atau 83,34 persen; dan di Bekasi berjumlah 1 orang atau 3,33 persen dari total sampel penelitian Gambar 6.
Gambar 6 . Proporsi Responden Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal
Jumlah responden yang tinggal di Bogor tampak menjadi mayoritas sampel dalam penelitian ini. DH Organik berpusat di Bogor sehingga masyarakat yang berlokasi
di Bogor terutama sekitar lokasi perusahaan akan lebih mudah menjangkau produk dan perusahaan.
3 Usia Perbedaan usia menunjukkan tahapan perkembangan manusia yang membedakan
sikap dan perilakunya yang dalam hal ini berkaitan dengan pengambilan keputusan konsumsi seseorang. Oleh karena itu, usia menjadi salah satu
karakteristik yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas promosi produk susu kuda organik Asambugar.
Usia para responden dibedakan dalam skala interval antara lain usia 17-25, 26-45, 46-55, 56-65, dan lebih dari 65 tahun. Pembedaan kelompok usia tersebut
dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Kelompok usia 17 – 25 tahun merupakan kelompok usia masa dewasa awal yang rata-rata masih menjalani
jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Atas SMA hingga perguruan tinggi; kelompok usia pertama yang diperbolehkan memiliki kartu identitas seperti Kartu
Tanda Penduduk KTP dan Surat Izin Mengemudi SIM; dan telah diperbolehkan untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum
Pemilu. Kelompok usia ini telah meninggalkan masa kanak-kanaknya dengan
atau tanpa disadari mengalami kematangan pribadi dan jasmani sehingga cenderung lebih memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal baru.
Penggunaan interval kelompok usia 26 – 45 tahun dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan manusia pada rentang usia tersebut termasuk
dalam kategori masa dewasa menengah yang sangat produktif, dan rata-rata telah berkeluarga dan tanggungannya bertambah setelah memiliki anak dan istrisuami.
Hal tersebut memicu peningkatan kebutuhan dan perhatian yang lebih banyak kepada keluarganya termasuk kesehatan keluarganya. Batas usia 45 tahun pada
kelompok usia ini dipilih dengan asumsi jika menikah pada usia 26 tahun maka pertumbuhan dan pendidikan anak masih menjadi tanggungan kelompok ini
hingga anaknya berusia sekitar 19 tahun setelah lulus dari SMA, SMK, dan sekolah sederajat lainnya. Pada usia tersebut mereka memberikan bekal
pendidikan yang mantap bagi perkembangan anaknya. Pengelompokkan usia 46 – 55 tahun mempertimbangkan bahwa kelompok usia ini
termasuk dalam masa dewasa akhir yang produktif dimana rata-rata dari mereka mulai melepaskan anaknya karena anaknya mulai melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi atau langsung bekerja. Hasil dari bekal pendidikan yang telah diberikan oleh mereka kepada anaknya selama sekitar 19 tahun yang lalu mulai
tampak pada kelompok usia ini. Rentang usia 56 – 65 tahun ditetapkan dengan pertimbangan bahwa usia ini
termasuk usia yang mulai memasuki tahap penuaan, dimana rata-rata dari kelompok usia ini mulai memasuki masa pensiun pada usia 56 tahun. Pembatasan
rentang hingga usia 65 tahun dilakukan dengan pertimbangan bahwa meskipun telah pensiun tetapi hingga usia 65 tahun mereka masih termasuk ke dalam
kelompok usia produktif. Untuk pengelompokkan usia lebih dari 65 tahun, mempertimbangkan bahwa usia
tersebut termasuk lanjut usia lansia dan usia yang tidak produktif. Dalam pengukuran statistik kesejahteraan rakyat 2008 melalui survei sosial ekonomi
nasional, Badan Pusat Statistik Jakarta – Indonesia 2008 menggunakan tiga kelompok umur yaitu 0 – 14 tahun yang belum produktif, 15 – 64 tahun yang
produktif, dan lebih dari 65 tahun yang tidak produktif.
Proporsi responden berdasarkan usia persentasenya berbeda. Mayoritas responden yang berada dalam kelompok usia 17-25 tahun sebanyak 14 orang atau 46,67
persen. Sedangkan kelompok usia 26-45 tahun sebanyak 11 orang atau 36,66 persen; usia 46-55 dan 56-65 tahun masing-masing sebanyak 2 orang atau 6,67
persen; dan usia lebih dari 65 tahun sebanyak 1 orang atau 3,33 persen Gambar 7.
Gambar 7 . Proporsi Responden Berdasarkan Usia
Persentase kelompok usia 17-25 tahun yang tertinggi tersebut didukung oleh keikutsertaan DH Organik dalam pameran di sebuah perguruan tinggi sehingga
jumlah responden didominasi oleh mahasiswa yang termasuk ke dalam kelompok usia tersebut. Produk susu kuda organik Asambugar lebih sering dijual di
pameran-pameran dan baru dipasarkan dengan label organik pada tahun 2009 sehingga produk ini masih termasuk produk baru apalagi pemasarannya belum
terlalu gencar dilakukan di berbagai media pemasaran. 4 Status Pernikahan
Status pernikahan dari seluruh responden penelitian terdiri atas responden yang telah dan belum menikah. Pada umumnya, status pernikahan menunjukkan
perbedaan tingkat kebutuhan dan perhatian dimana orang yang telah menikah memiliki tanggungan tambahan yakni anak dan suamiistrinya. Sedangkan orang
yang belum menikah belum memiliki tanggungan tambahan sehingga masih memiliki kebebasan yang cenderung lebih besar untuk mengambil keputusan
pengeluaran untuk konsumsi suatu barang atau jasa tertentu dibandingkan orang yang telah menikah pada umumnya. Oleh karena itu, perbedaan status pernikahan
menjadi bagian dari karakteristik responden untuk mengevaluasi aktivitas promosi produk susu kuda organik Asambugar.
Proporsi antara kedua kelompok responden menurut status pernikahannya tampak berbeda. Jumlah responden penelitian berdasarkan status pernikahannya.
Responden yang telah menikah mendominasi sebesar 53,33 persen atau sebanyak 16 orang. Sedangkan responden yang belum menikah sebanyak 14 orang atau
46,67 persen Gambar 8.
Gambar 8 . Proporsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Perbedaan proporsi tersebut dipengaruhi oleh kecenderungan dari responden yang telah menikah melakukan keputusan pembelian tidak hanya dengan pertimbangan
membeli untuk dirinya sendiri tapi untuk keluarganya sehingga jumlahnya cukup mendominasi dalam penelitian ini. Ukuran irisan antara kedua kelompok tersebut
tampak berbeda tipis karena kelompok responden yang belum menikah didominasi oleh mereka yang termasuk kelompok usia 17 – 25 tahun yang
cenderung memiliki keinginan yang lebih besar untuk mencoba hal-hal baru. 5 Jenis Pekerjaan
Orang yang telah berpenghasilan cenderung lebih memiliki kebebasan pengeluaran lebih besar dibandingkan orang yang produktif tetapi belum
berpenghasilan atau orang yang telah tidak produktif untuk berpenghasilan. Hal tersebut akan mempengaruhi keputusan konsumsinya terhadap suatu barang atau
jasa tertentu khususnya produk susu kuda organik Asambugar. Responden penelitian ini memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda yakni
belum bekerja, pegawaikaryawan, berwiraswasta, dan pensiunan. Pembedaan kelompok jenis pekerjaan tersebut didasarkan kepada kebebasan finansialnya,
dimana orang yang bermata pencaharian sebagai pegawaikaryawan memiliki ketergantungan penghasilan terhadap instansinya masing-masing sedangkan orang
yang berwiraswasta cenderung memiliki kebebasan finansial yang lebih besar
bahkan mampu memberikan penghasilan kepada orang lain. Kelompok belum bekerja tersebut terdiri atas mereka yang saat penyebaran kuesioner penelitian
berlangsung, masih mengikuti jenjang pendidikan dan belum memiliki penghasilan sendiri yang kontinu. Kelompok pensiunan adalah mereka yang telah
dipensiunkan secara resmi dari instansinya masing-masing, biasanya berusia lebih dari 56 tahun.
Jumlah proporsi responden dari masing-masing jenis pekerjaan tampak berbeda. Responden yang belum bekerja cenderung mendominasi dengan jumlah
persentase sebesar 40 persen atau 12 orang. Sedangkan pegawaikaryawan sebanyak 11 orang atau 36,67 persen; wiraswasta 16,66 persen atau 5 orang; dan
pensiunan 6,67 persen atau 2 orang. Jumlah responden yang belum bekerja tampak mendominasi karena perusahaan seringkali mengikuti pameran-pameran
dimana sebagian besar pengunjungnya ialah para akademisi seperti pameran di wilayah kampus Institut Pertanian Bogor. Selain itu, mereka yang belum bekerja
didominasi oleh kelompok usia 17 – 25 tahun yang cenderung memiliki keinginan lebih besar untuk mencoba hal-hal baru.
Gambar 9 . Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Namun persentase jumlah responden pegawaikaryawan juga hampir sama banyaknya dengan jumlah responden yang belum bekerja karena perusahaan juga
sering mengikuti pameran yang diadakan oleh beberapa instansi seperti Departemen Pertanian dan PT Telkom. Selain itu, salah satu lokasi pemasaran
perusahaan adalah Pasar Tani Ragunan yang berlokasi di dalam wilayah Departemen Pertanian Ragunan Jakarta Selatan.
6 Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir dalam hal ini merupakan pendidikan formal terakhir yang
telah dijalani oleh responden. Pendidikan terakhir ditetapkan sebagai bagian dari karakteristik responden yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas
promosi susu kuda organik Asambugar, dengan pertimbangan bahwa manusia merupakan animal educandum dan animal educandus yaitu makhluk yang dididik
dan makhluk yang mendidik. Selain itu, pendidikan dipahami sebagai ikhtiar pembudayaan yang mendasari
sejarah perkembangan peradaban manusia. Pendidikan tidak hanya merupakan pengalihan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga pengalihan nilai-nilai
budaya dan norma-norma sosial. Kepekaan peserta didik terhadap berbagai masalah manusia dan kemanusiaan dapat dipertajam melalui perkenalan mereka
dengan berbagai disiplin humaniora pada berbagai jenjang pendidikan formal.
31
Pendidikan terakhir dari para responden terdiri atas responden yang telah tamat Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas
SMA, Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana. Responden yang tamat SMA menduduki peringkat tertinggi yang mendominasi populasi sampel yakni 17 orang
atau 56,67 persen. Sedangkan tamatan Sarjana sebesar 23,33 persen atau 7 orang; tamatan SMP dan Diploma masing-masing sebanyak 2 orang atau 6,67 persen;
dan tamatan SD dan Pascasarjana masing-masing berjumlah 1 orang atau 3,33 persen Gambar 10.
Gambar 10 . Proporsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
31
Widiastono TD, editor. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Responden tamatan SMA didominasi oleh responden yang berusia 17 – 25 tahun karena jumlah responden didominasi oleh status masih mahasiswa maupun
responden yang memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pameran yang diikuti oleh DH Organik di perguruan tinggi tampak mendukung
pemerolehan responden tamatan SMA. 7 Pendapatan Rata-Rata per Bulan
Pendapatan rata-rata seseorang per bulan pada umumnya merefleksikan gaya hidupnya terutama kesanggupannya dalam mengkonsumsi suatu produk tertentu.
Batas pendapatan rata-rata minimum tenaga kerja di suatu negara tertentu menjadi cerminan dari kesejahteraan ekonomi di negara tersebut, dimana kesejahteraan
ekonomi tersebut berhubungan langsung dengan kuantitas dan jenis barang yang diputuskan untuk dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu, pendapatan rata-rata per
bulan menjadi bagian dari karakteristik responden yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas promosi susu kuda organik Asambugar.
Responden penelitian ini dibedakan ke dalam tiga kategori pendapatan rata-rata per bulan yakni responden dengan pendapatan kurang dari Rp500.000; antara
Rp500.000 sampai Rp1.499.999; dan lebih dari Rp1.500.000. Responden yang telah mengisi kuesioner memiliki rentang pendapatan antara 0 sampai
Rp2.500.000, dimana rentang ini mendasari pembagian kategori pendapatan. Rentang skala Rp500.000 – Rp1.500.000 dipilih dengan pertimbangan bahwa
Upah Minimum Propinsi tahun 2010 di Indonesia Lampiran 5 untuk wilayah Jakarta adalah Rp1.118.009, sedangkan Jawa Barat sebesar Rp671.500.
32
Oleh karena itu, dibuat rentang lainnya yaitu kurang dari Rp500.000 dan lebih dari
Rp1.500.000. Ukuran proporsi dari setiap kategori pendapatan tampak berbeda. Responden
dengan pendapatan antara Rp500.000 – Rp1.499.000 menjadi mayoritas responden dengan jumlah 13 orang atau 43,33 persen. Selain itu, responden yang
berpendapatan lebih dari Rp1.500.000 sebesar 20 persen atau 6 orang. Namun responden dengan pendapatan kurang dari Rp500.000 juga cukup banyak yakni 11
orang atau 36,67 persen Gambar 11.
32
[Depnakertrans] Departemen Tenaga Kerja dan Transportasi. 2010. Upah Minimum Propinsi 2010. http:www.gajimu.commainGaji20Minimum [24 Juni 2010].
Gambar 11 . Proporsi Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata per Bulan
Jumlah responden yang berpendapatan lebih dari Rp500.000 relatif lebih banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga susu kuda organik Asambugar lebih
mampu dijangkau oleh masyarakat ekonomi menengah ke atas. Sedangkan jumlah responden dengan pendapatan 0 – Rp500.000 cukup banyak karena sebagian besar
responden ini adalah kelompok usia 17 – 25 tahun yang masih menempuh jenjang pendidikan maupun yang belum berpenghasilan secara kontinu, dan cenderung
memiliki keinginan yang lebih besar untuk mencoba hal-hal baru. Selain itu, DH Organik sempat mengikuti pameran di beberapa perguruan tinggi.
8 Asal Mengetahui Produk Asal responden mengetahui produk dalam hal ini adalah darimana responden
pertama kali mengetahui produk. Asal mengetahui produk dipertimbangkan dalam mengevaluasi susu kuda organik Asambugar karena subyek yang memberikan
informasi produk tersebut dapat menjadi media promosi yang memudahkan DH Organik dalam mempromosikan produk Asambugar. Selain itu, kesan pertama
seseorang terhadap sesuatu hal cenderung membentuk persepsinya terhadap hal tersebut. Persepsi positif atau negatif yang terbentuk akan mempengaruhi perilaku
seseorang dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi produk tertentu, dalam hal ini adalah produk Asambugar.
Responden yang dipilih telah mengetahui produk pertama kali dari kerabatteman, pameran, dan keluarga. Dengan mengetahui asal responden mengetahui produk
pertama kali diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam upaya memperoleh konsumen baru dan memperluas jangkauan ceruk
pasarnya.
Proporsi dari kategori asal responden mengetahui produk jelas berbeda. 50 persen responden mengetahui produk pertama kali dari kerabatteman yakni sejumlah 15
responden. Sedangkan 33,33 persen atau 10 orang responden mengetahuinya dari pameran, dan 16,67 persen atau 5 orang responden mengetahui melalui keluarga
Gambar 12.
Gambar 12 . Proporsi Responden Berdasarkan Asal Mengetahui Produk
Mayoritas responden mengetahui produk dari kerabatteman karena hubungan pertemanan cenderung mendorong seseorang untuk menceritakan apa yang
sedang dipikirkannya kepada kerabattemannya sehingga memberikan peluang yang relatif besar untuk melakukan promosi person to person baik disadari
maupun tidak disadari. Selain itu, mereka yang secara sadar atau tidak sadar melakukan promosi person to person mengindikasikan bahwa terdapat
kecenderungan bahwa penyebar informasi produk adalah konsumen yang cenderung loyal. Namun responden yang mengetahui produk dari pameran juga
cukup banyak karena DH Organik memang memanfaatkan pameran yang dinilai lebih murah untuk memperkenalkan produknya dan mampu meningkatkan
penjualan produknya dalam jangka pendek. 9
Rata-Rata Pengeluaran per Bulan untuk Membeli Produk Susu Kuda Organik Asambugar
Rata-rata pengeluaran responden per bulan untuk membeli produk susu kuda organik Asambugar dihitung secara rata-rata sejak awal pembelian hingga waktu
pengisian kuesioner. Rata-rata pengeluaran responden tersebut menjadi bagian dari karakteristik yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas promosi
produk Asambugar karena dapat mengindikasikan tingkat rutinitas atau kontinuitas konsumsi produk. Seluruh responden yang dipilih mengkonsumsi
produk untuk dirinya ataupun keluarganya, bukan untuk dijual kembali. Produk Asambugar dikonsumsi tidak sekali habis melainkan dalam takaran sendok
sehingga membutuhkan waktu untuk menghabiskannya sebelum melakukan pembelian ulang, khususnya bagi konsumen yang mengkonsumsi untuk tujuan
menjaga stamina cenderung mengkonsumsi dengan takaran yang lebih sedikit dibanding konsumen yang bertujuan untuk mengobati penyakit. Selain itu tingkat
pengeluaran yang rendah dapat mengindikasikan responden yang cenderung mengkonsumsi dengan tujuan coba-coba.
Jumlah rata-rata pengeluaran responden setiap bulan untuk membeli produk susu kuda organik Asambugar terdiri atas responden yang telah melakukan
pengeluaran rata-rata per bulan kurang dari Rp50.000, antara Rp50.000 – Rp100.000, dan lebih dari Rp100.000. Pembagian kategori responden ini
dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan konsumsi dari setiap responden. Kategori pengeluaran kurang dari Rp50.000 mengindikasikan perilaku responden
yang mengkonsumsi tetapi tidak membeli maupun membeli karena keinginan untuk mencoba produk. Kategori pengeluaran antara Rp50.000 – Rp100.000
mengindikasikan perilaku responden yang membeli untuk dikonsumsi sendiri maupun keluarganya, dan mengkonsumsi tidak hanya karena keinginan tetapi juga
mulai membutuhkan produk. Kategori pengeluaran lebih dari Rp100.000 mengindikasikan perilaku responden yang benar-benar membutuhkan produk baik
untuk dikonsumsi sendiri maupun keluarganya, dan cenderung loyal terhadap produk maupun perusahaan.
Proporsinya yang berbeda tampak pada rata-rata pengeluaran responden per bulan untuk membeli produk Asambugar. Mayoritas responden membeli produk susu
kuda organik Asambugar dengan rata-rata pengeluaran per bulan sebesar kurang dari Rp50.000 yakni 66,67 persen atau 20 orang responden. Sedangkan 26,66
persen responden melakukan pengeluaran rata-rata per bulan sebesar Rp50.000 – Rp100.000 yakni sebanyak 8 orang. Selain itu 6,67 persen responden melakukan
pengeluaran rata-rata lebih dari Rp100.000 yakni sebanyak 2 orang Gambar 13.
Gambar 13 .
Proporsi Responden Berdasarkan Rata-Rata Pengeluaran per Bulan untuk Membeli Produk Susu Kuda Organik Asambugar
Mayoritas responden membeli produk susu kuda organik Asambugar dengan rata- rata pengeluaran per bulan sebesar kurang dari Rp50.000. Hal tersebut disebabkan
oleh responden pada kategori ini didominasi oleh mereka yang berusia 17 – 25 tahun sehingga cenderung memiliki ketertarikan konsumsi untuk mencoba produk
Asambugar sebagai produk ‘susu kuda organik’ yang dinilai unik, berkhasiat, dan masih fresh ketika diperkenalkan selama pameran di perguruan tinggi. Mereka
yang membeli produk Asambugar lebih dari Rp100.000, memiliki motivasi untuk membeli karena kepercayaan akan kualitas dan khasiatnya.
6.1.2. Analisis Deskriptif dalam Mengevaluasi Aktivitas Promosi Produk