Analisis Wawancara Diagnostik Penyajian Hasil Analisis

b. Analisis Wawancara Diagnostik

1 Jawaban soal nomor 2 Gambar 1 Peneliti : “Coba kamu lihat baik-baik soal dan jawaban yang kamu berikan pada nomor 2. Bisa tolong jelaskan bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut kemarin?” Subjek : “Aku masih agak bingung mbak sama soalnya. Kan itu pengurangan terus itu udah ada tanda kurangnya. Aku jadinya bingung mau ditambahin kurang lagi atau enggak. Akhirnya aku memutuskan karena itu udah ada tanda kurangnya jadi gak perlu ditambahin tanda kurang lagi. Tapi ternyata salah ya mbak.” Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa seperti yang telah dijelakan pada analisis tes diagnostik yaitu subjek melakukan kesalahan dalam memahami soal sehingga subjek mengalami kesalahan data dan kesalahan mengintrepetasikan bahasa yaitu subjek tidak memahami dengan baik pengurangan dengan bilangan negatif, sehingga terjadi kesalahan konsep yang berguna untuk menyelesaikan soal. Subjek mengatakan bahwa subjek bingung mengenai tanda kurang. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa jika subjek berusaha untuk lebih memahami soal tersebut sebenarnya subjek dapat menjawab soal tersebut dengan benar. 2 Jawaban soal nomor 6 Gambar 2 Peneliti : “Coba kamu lihat baik-baik soal dan jawaban yang kamu berikan pada nomor 6. Bisa tolong jelaskan bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut kemarin?” Subjek : “Kemarin saya ngerjainnya ya biasa mbak dikalikan gitu, x kali x terus x kali -3 terus 3 kali x terus 3 kali - 3” Peneliti : “Namun, setelah dikoreksi ternyata hasilnya salah, apakah kamu tahu pada bagian mana salahnya?” Subjek : “Owalah, iya saya lupa mbak. Mungkin karena saya ngantuk mbak jadi lupa. Itu seharusnya -3x tambah 3x harusnya nol kan mbaj bukan x ” Dari wawancara tersebut dapat dilihat bahwa sebenarnya kesalahan tersebut tidak perlu dilakukan oleh subjek. Subjek hanya kurang teliti. Dan ketika ditanya melalui wawancara subjek dapat menjelaskan kesalahannya dan memberikan jawaban yang sebenarnya. Sehingga dari hasil wawancara ini dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan kategori kesalahan pada BAB II, subjek melakukan kesalahan pemeriksaan kembali. Subjek tidak memeriksa kembali hasil penyelesaian soal yang dikerjakan pada soal nomor 6 ini sehingga subjek melakukan kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. 3 Jawaban soal nomor 7 Gambar 3 Peneliti : “Coba kamu lihat baik-baik soal dan jawaban yang kamu berikan pada nomor 7. Bisa tolong jelaskan bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut kemarin?” Subjek : “Itu kan paling belakang angkanya 30, nah aku cari perkalian dan penjumlahan yang sama dengan 30 dan 11 kan hasilnya 6 sama 5. Tapi kok bisa salah ya mbak, padahal aku yakin bener.” Peneliti : “Setelah melihat hasil koreksian, apakah kamu mengetahui mengapa bisa salah?” Subjek : “Emmm, kayaknya sih udah bener. Tapi karena itu yang - 11x dilingkari mungkin dibagian situ salahnya.” Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek belum memahami konsep dari pemfaktoran bentuk aljabar dengan baik. Dari penjelasan subjek, subjek belum begitu memahami bahwa perbedaan tanda negatif atau positif dapat mempengaruhi hasil dari pemfaktoran. Sehingga menurut kategori kesalahan yang terdapat pada BAB II dari hasil wawancara dengan subjek, kesalahan pada soal nomor 7 ini merupakan kesalahan dalam memahami soal yang mengakibatkan subjek mangalami kesalahan konsep yang berguna untuk menyelesaikan soal, berbeda dengan hasil analisis tes diagnostik yaitu kesalahan yang dilakukan subjek termasuk kesalahan dalam penyusunan rencana menyelesaikan soal yang mengakibatkan subjek melakukan kesalahan dalam menggunakan logika untuk menarik kesimpulan dan subjek juga melakukan kesalahan strategi dalam menyelesaikan soal. 4 Jawaban soal nomor 8 Gambar 4 Peneliti : “Coba kamu lihat baik-baik soal dan jawaban yang kamu berikan pada nomor 8. Bisa tolong jelaskan bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut kemarin?” Subjek : “Kemaren saya ngerjainnya gimana ya, lupa saya mbak, ngasal soalnya.” Peneliti : “Mengapa kamu mengerjakannya ngasal? Apakah karena kamu benar- benar tidak bisa?” Subjek : “Saya bingung mbak. Lihat jawaban saya yang ternyata salah saya jadi semakin bingung malah. Saya bingung kenapa saya bisa menjawab kayak gitu.” Peneliti : “Kalau kamu bingung dengan jawaban kamu kemarin, apakah kamu mengetahui cara lain untuk menjawabnya?” Subjek : “Ya, kayaknya yang baris kedua itu seharusnya gak ada tapi langsung ke baris yang ketiga. Nah, yang di baris ketiga itu sebenernya belum selesai harus dikalikan lagi. Itu aja mbak yang saya tahu.” Peneliti : “Coba kamu perhatikan dengan lebih cermat, apakah hanya baris kedua saja yang memanh harus dihilangkan ?” Subjek : terdiam dan memperhatikan jawabannya cukup lama “Gak ada mbak, emang cuma baris kedua aja yang salah.” Berdasarkan wawancara dengan subjek mengenai soal nomor 8, dapat diketahui bahwa sebenarnya subjek sudah memahami konsep dari perpangkatan bentuk aljabar, namun dalam eksekusinya masih kurang tepat. Subjek mengatakan bahwa baris kedua dari jawabannya seharusnya tidak ada, berarti subjek menyadari dimana letak kesalahannya. Namun, subjek masih belum dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan soal tersebut dengan baik. Subjek tidak mengetahui bahwa tidak hanya pada baris kedua saja terjadi kesalahan, melainkan pada baris ketiga juga terjadi kesalahan. Pada baris ketiga subjek mengganti operasi pengurangan menjadi operasi penjumlahan, dan subjek tidak menyadari kesalahan tersebut, karena ketika peneliti meminta subjek untuk memperhatikan lebih cermat subjek tetap tidak menemukan kesalahan yang lain selain pada baris kedua. Kesimpulan yang dapat peneliti ambil sesuai dengan kategori kesalahan pada BAB II sama dengan kesalahan yang telah dijelaskan pada analisis tes diagnostik untuk soal nomor 8 yaitu subjek melakukan kesalahan dalam penyusunan rencana menyelesaikan soal sehingga subjek mengalami kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan maupun kesalahan strategi penyelesaian soal. Selain itu subjek juga melakukan kesalahan dalam pelaksanaan dalam menyelesaikan soal sehingga subjek mengalami kesalahan teknis dan kesalahan hitung dalam pengerjaan soal. 5 Jawaban soal nomor 9 Gambar 5 Peneliti : “Coba kamu lihat baik-baik soal dan jawaban yang kamu berikan pada nomor 9. Bisa tolong jelaskan bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut kemarin?” Subjek : “Pertama-tama kan disamakan penyebutnya dulu, terus dijadikan satu penyebutnya. Nah terus karena ada yang sama aku coret supaya lebih sederhana. Tapi kok malah dilingkari dan salah ya mbak?” Peneliti : “Itu dilingkari karena memang seharusnya bukan seperti itu. Apakah kamu tahu bagaimana seharusnya?” Subjek : “Saya kurang tau mbak. Setahu saya itu benar begitu. Kan ada yang sama jadi ya saya coret.” Peneliti : “Kamu bilang karena ada yang sama. Bukankan x+1 yang atas juga sama dengan x+1 yang bawah? Lalu kenapa kamu tidak mencoretnya juga?” Subjek : “Oh iya ya. Berarti saya kelupaan mbak nyoretnya.” Dari penjelasan subjek mengenai jawabannya pada soal nomor 9 ini, dapat diketahui dan disimpulkan bahwa subjek belum memahami konsep yang subjek katakan dengan istilah “pencoretan” dengan baik. Subjek hanya melihat ada bentuk aljabar yang sama kemudian subjek melakukan “pencoretan”. Ketika ditanya lebih lagi yaitu mengenai mengapa subjek tidak mencoret x+1 juga karena x+1 yang atas juga sama dengan x+1 yang bawah, jawaban subjek semakin meyakinkan peneliti bahwa subjek benar-benar tidak memahami konsepnya dengan baik dan benar. Sehingga dalam hal ini kesalahan yang dilakukan subjek sesuai dengan kategori kesalahan pada BAB II dapat dikategorikan sebagai kesalahan dalam memahami soal yang mengakibatkan subjek kesalahan konsep yang berguna untuk menyelesaikan soal. Kategori kesalahan ini berbeda dengan hasil analisis dari tes diagnostik untuk soal nomor 9 yaitu menurut hasil tes diagnostik subjek melakukan kesalahan kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan maupun kesalahan strategi penyelesaian soal dan kesalahan dalam pelaksanaan dalam menyelesaikan soal sehingga subjek mengalami kesalahan teknis dan kesalahan hitung dalam pengerjaan soal. 6 Jawaban soal nomor 10 Gambar 6 Peneliti : “Coba kamu lihat baik-baik soal dan jawaban yang kamu berikan pada nomor 10. Bisa tolong jelaskan bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut kemarin?” Subjek : “Ini kan hampir sama ya mbak sama nomor 9. Jadi ya ngerjainnya sama kayak nomor 9.” Soal nomor 10 ini sama dengan soal nomor 9 yaitu mengenai operasi pecahan bentuk aljabar, dan pada soal nomor 10 ini subjek melakukan kesalahan yang sama dan serapa pada bagian yang sama yaitu mengenai “pencoretan”. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa subjek benar-benar belum memahami konsep dari “pencoretan” pada bentuk aljabar. Menurut kategori kesalahan, kesalahan pada soal nomor 10 ini sama dengan soal nomor 9 yaitu kesalahan dalam memahami soal yang mengakibatkan subjek kesalahan konsep yang berguna untuk menyelesaikan soal. 7 Jawaban soal nomor 12 Gambar 7 Peneliti : “Coba kamu lihat baik-baik soal dan jawaban yang kamu berikan pada nomor 12. Bisa tolong jelaskan bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut kemarin?” Subjek : “Pertama tama difaktorkan dulu penyebut sama pembilangnya biar bisa dicoret-coret nanti. Yang atas itu cari angka yang kalo dikaliin hasilnya -3 dan kalo dijumlahin hasilnya -2. Terus kalau yang bawah, kalau gak salah ingat saya cari angka yang kalo dikalikan hasilnya 3 dan yang mungkin kan cuma 3 sama 1. Nah selanjutnya aku bingung soalnya itu kan 2x 2 . Supanya bisa dikerjain karena atasnya ada x-3 yaudah berarti bawahnya juga pasti ada x-3 supaya bisa dicoret. Terus supaya yang bawah kalo dikaliin hasilnya 3 ya berarti temennya -3 ya - 1 gitu mbak.” Peneliti : “Nah, karena kamu masih bingung jadinya kamu masih salah di soal nomor 12 ini. Lalu kamu tahu gak bagaimana jawaban yang benar?” Subjek : “Mmmmmm, gak tau mbak. Saya masih bingung cara faktorin yang bawah yang ada 2x 2 nya itu mbak.” Pada soal nomor 12 ini, subjek menggunakan logika berpikirnya untuk menyelesaikan soal tersebut. kembali lagi mengenai masalah “pencoretan”, subjek berusaha mencari bentuk aljabar pada penyebut yang sama dengan pembilangnya sehingga dapat dilakukan “pencoretan”. Kemampuan subjek untuk menggunakan logikanya sangatlah baik, namun subjek belum menggunakan logikanya secara tepat karena akhirnya subjek memaksakan jawaban tersebut. Sebenarnya subjek telah memahami konsep pemfaktoran dengan baik, namun subjek hanya menguasai pemfaktoran yang berbentuk x 2 +ax+b, dan ketika subjek menemukan bentuk yang lain yaitu bentuk ax 2 +bx+c, subjek mengalami kesulitan. Subjek bingung bagaimana cara mengeksekusinya, sehingga subjek menggunakan bantuan logikanya untuk menyelesaikan soal tersebut. Sehingga dari penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh subjek, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa subjek melakukan kesalahan dalam dalam penyusunan rencana menyelesaikan soal yang mengakibatkan subjek mengalami kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan maupun kesalahan strategi menyelesaikan soal, dan akibatnya subjek juga melakukan kesalahan pelaksanaan rencana dalam menyelesaikan sehingga subjek mengalami kesalahan teknis dan kesalahan hitung dalam pengerjaan soal. 8 Jawaban soal nomor 13 Gambar 8 Peneliti : “Pada soal nomor 13 ini sebenarnya kamu sudah menjawab dengan baik, namun pada penyederhanaan ada kesalahan. Apakah kamu mengetahui pada bagian mana?” Subjek : “Mmmmm, sebentar ya mbak melihat hasil pekerjaannya ” beberapa saat kemudian “Oh iya mbak. 4 nya ini lupa aku sederhanain. Yah, sayang ya mbak” Peneliti : “Harusnya kemarin diperiksa lagi jawabannya, karena kalau seperti itu sama saja salah meskipun kamu sudah melakukan langkah-langkah awal dengan baik .” Subjek : “Iya mbak. Harusnya gitu, tapi ternyata akunya lupa.” Pada soal nomor 13 ini subjek sebenarnya sudah memahami soal tersebut. Subjek melakukan langkah awal dengan baik dalam pengerjaan soal tersebut. Namun, pada langkah penyederhanaan subjek melakukan kesalahan. Ketika diwawancarai subjek juga mengetahui kesalahan yang dia lakukan dan menyayangkan kesalahan tersebut. Namun, karena menurut subjek, subjek lupa dan tidak memeriksa kembali jawabannya mengakibatkan subjek menuliskan hasil akhir yang keliru pada soal tersebut. Sehingga menurut kategori kesalahan, subjek melakukan 2 kesalahan yaitu kesalahan pelaksanaan rencana yang mengakibatkan subjek melakukan kesalahan hitung dan kesalahan pemeriksaan kembali. Di awal proses penyelesaian soal subjek telah melaksanakan rencana penyelesaian soalnya dangan baik, namun tidak pada proses akhirnya, ditambah lagi dengan subjek tidak melakukan pemeriksaan kembali setelah subjek selesai mengerjakannya. 9 Jawaban soal nomor 15 Gambar 9 Peneliti : “Hasil akhir yang kamu berikan pada soal nomor 15 ini sudah benar, namun mengapa kamu tidak menggunakan cara matematisnya?” Subjek : “Saya bingung bagaimana caranya, gak tau mbak, sama sekali gak tau.” Peneliti : “Bukankah waktu kelas 8 hal ini sudah diajarkan?” Subjek : “Iya memang sudah kayaknya, tapi saya lupa. Saya kurang mengerti. Saya lebih ngerti pakek logika jawabnya. Ya kayak gitu itu mbak.” Peneliti : “Bukankan soal nomor 15 ini sebenarnya hampir mirip dengan sola nomor 14 mengenai soal cerita? Pada soal nomor 14 kamu bisa menjawabnya dengan cara matematisnya tapi kenapa yang ini tidak?” Subjek : “Beda mbak. Kalau yang nomor 14 itu kan udah ada x nya kalu yang ini belum.” Pada soal nomor 15 ini sebenarnya subjek telah menjawab dengan benar. Namun, pada soal uraian soal seperti ini harus dikerjakan secara matematis dengan bantuan aljabar. Subjek hanya menggunakan logikanya saja dan langsung menuliskan hasil akhirnya. Dari hasil wawancara dengan subjek, subjek mengatakan bahwa Subjek benar-benar tidak mengetahui bagaimana caranya. Ketika peneliti membandingkan dengan soal nomor 14, jawaban subjek tetap menyiratkan bahwa subjek benar-benar tidak mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal tersebut secara matematis. Dari penjelasan-penjelasan subjek, peneliti dapat menarik kesimpulan yang sama seperti pada analisis tes diagnostik pada jawaban soal nomor 15 ini yaitu subjek melakukan kesalahan dalam penyusunan rencana menyelesaikan soal sehingga terjadi kesalahan menggunakan strategi untuk menarik kesimpulan meskipun tidak mempengaruhi hasil akhirnya.

c. Analisis Wawancara dengan Pihak-Pihak Terkait

Dokumen yang terkait

Diagnosis kesulitan belajar metematika siswa dan solusinya dengan pembelajaran remedial: penelitian deskriptif analisis di MAN 7 Jakarta

5 33 133

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMP PADA MATERI BIOTEKNOLOGI.

3 15 28

PEMBELAJARAN REMEDIAL BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PEMBELAJARAN REMEDIAL BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA SISWA KELAS VIII SMP N 2 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 201

0 0 15

Penggunaan aplikasi instagram dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A di SMP Pantekosta Magelang mengenai materi matematika tentang faktorisasi bentuk aljabar.

0 4 192

Upaya untuk mengatasi kesulitan belajar matematika dengan diagnosis dan pengajaran remedial : studi kasus siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

0 0 247

Diagnosis kesulitan belajar siswa dan pembelajaran remedial dalam materi operasi pada pecahan bentuk aljabar di kelas VIII SMPN2 Jetis Bantul.

0 4 144

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POCKET BOOK REALISTIK DENGAN MATERI OPERASI DAN FAKTORISASI BENTUK ALJABAR.

2 7 89

Pengaruh pengajaran remedial dalam membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada pokok bahasan faktorisasi bentuk aljabar di kalangan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Depok tahun akademik 2008/2009 - USD Repository

0 0 121

Diagnosis kesulitan belajar siswa dan pembelajaran remedial dalam materi operasi pada pecahan bentuk aljabar di kelas VIII SMPN2 Jetis Bantul - USD Repository

0 0 142

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MENYELESAIKAN SOAL PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 20102011

0 2 179