2. Hasil Penelitian dan Pembahasaan
a. PMRI Secara Umum
Hasil pelaksanaan implementasi pada sampel terbatas, menunjukkan bahwa kelima karakteristik PMRI telah berhasil ditunjukkan oleh guru dan
siswa. Hanya saja, kemunculannya dari setiap karakteristik tidak sama kuat. Dalam pembelajaran ini peran guru masih dominan untuk menuntun
siswa, sehingga pelaksanaan PMRI belum maksimal. Penjabaran dari kelima karakteristik PMRI adalah sebagai berikut.
Implementasi pelaksanaan karakteristik menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point dapat terlihat dalam proses
pembelajaran pada saat motivasi dan apersepsi. Bentuk motivasi disajikan dalam permainan. Penggunaan permainan bertujuan untuk membangkitkan
semangat siswa dan untuk menunjukkan materi yang akan dipelajari. Bentuk apersepsi terlihat dengan guru memberikan pertanyaan
kontekstual yang berhubungan dengan materi pecahan. Apersepsi ini bertujuan untuk menggali pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa.
Siswa kemudian diajak untuk menemukan konsep yang baru. Hal ini diawali dengan demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa yang
terpilih. Demonstrasi dilakukan menggunakan media pembelajaran yang kontekstual, yaitu benda-benda yang ada disekitar siswa seperti: tahu, roti
tawar, pizza, dan roti bolu.
Gambar 3. Siswa bersama dengan guru melakukan demonstrasi memotong roti tawar
Soal-soal yang digunakan sebagai permasalahan adalah kontekstual tentang kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa dan disajikan dalam
bentuk soal cerita. Hal ini dimaksudkan supaya konsep pecahan lebih mudah dipahami oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut, siswa terdorong
untuk lebih semangat mengikuti pelajaran. Siswa terlihat tertarik ketika menggunakan semua media pembelajaran untuk menyelesaikan soal dan
semua siswa terlibat dalam kerja kelompok. Fakta-fakta pada saat pembelajaran didukung dengan transkripsi video pembelajaran. Dalam
transkripsi tersebut terdapat beberapa keterangan yaitu “G: Subyek guru”,
“S: Siswa”, “SS: Semua siswa”, dan “BS: Beberapa siswa”. Transkripsi di bawah ini menunjukkan beberapa siswa yang sangat antusias untuk
mengikuti demonstrasi, transkripsi [I:2-4]:195. SS
: “aku bu....bu aku” [semua siswa mengangkat tangan supaya dipilih oleh guru untuk
membelah tahu yang telah dipersiapkan] G
: “Yang paling anteng [ semua siswa diam dan tidak ada suara sedikitpun, kemudian guru
menunjuk salah satu siswa yang dirasa paling tenang] G :
“Coba Elang”
Selama ini siswa cenderung menggunakan strategi formal dalam memecahkan masalah, yaitu memodelkan masalah dalam kalimat
matematika, menggunakan rumus matematika, dan menggunakan langkah- langkah matematis. Melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan
PMRI ini, siswa dapat lebih memahami konsep matematika yang dipelajari dikarenakan siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan cara
mereka sendiri. Hal ini merupakan karakteristik pemodelan dalam pemecahan masalah, contoh: siswa memotong atau menggunting benda
dengan cara yang berbeda-beda. Karakteristik pemodelan juga mendorong siswa untuk menggunakan strategi secara informal, yaitu strategi yang
menggunakan benda-benda kongkrit dalam pemecahan masalah.
Gambar 4. Kelompok menyelesaikan masalah dalam LKS dengan strategi informal
Dari pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI ini, siswa juga menjadi lebih terbiasa untuk menggunakan langkah matematis dalam
setiap pemecahan masalah. Implementasi karakteristik menggunakan kontribusi siswa diwujudkan
pada kegiatan, salah satunya adalah demonstrasi yang lebih banyak dilakukan oleh siswa. Guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpartisipasi aktif baik dalam kegiatan demonstrasi maupun
kegiatan presentasi. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang saling berebut ketika guru menawarkan untuk demonstrasi atau presentasi. Proses
pembelajaran menjadi lebih hidup karena siswa dilibatkan secara aktif. Penekanan karakteristik ini ketika kesimpulan dari materi yang diajarkan
dibuat oleh siswa sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mengkonstruksi pengetahuannya tentang konsep materi yang diajarkan.
Gambar 5. S8 membuat kesimpulan dengan menuliskannya di papan tulis
Penekanan karakteristik interaktivitas siswa ketika terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lain, dan siswa dengan
media yang digunakan. Contoh interaksi antara guru dengan siswa ditunjukkan dengan guru banyak memberikan penguatan dan terdapat
penyampaian norma kelas pada setiap awal pelajaran. Hal-hal tersebut membuat suasana kelas menjadi lebih teratur dibandingkan ketika sebelum
menggunakan pendekatan PMRI. Ketika kelas mulai sangat gaduh, guru mengingatkan kembali norma kelas yang telah dibacakan. Contoh
interaksi antara siswa dengan siswa lain adalah terdapat kerjasama di dalam kelompok ketika menyelesaikan soal LKS.
Gambar 6. Suasana diskusi kelompok untuk memecahkan masalah Pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI pada umumnya
membutuhkan banyak waktu, oleh karena itu di dalam karakteristik PMRI terdapat karakteristik Intertwinning. Karakteristik ini bertujuan untuk
mengakomodasi efisiensi waktu. Meskipun dalam proses pembelajaran ini materi utamanya adalah penjumlahan pecahan, namun sebenarnya dalam
proses tersebut siswa sudah mempelajari materi lain yang berkaitan. Materi penjumlahan pecahan ini dikaitkan dengan materi lain dalam
pelajaran matematika, yaitu antara lain: mengidentifikasi benda dan bangun datar simetri, penjumlahan bilangan bulat, KPK, dan
menyederhanakan bentuk pecahan. Contoh keterkaitan antara materi penjumlahan pecahan dengan materi
geometri khususnya bangun datar yang terdapat dalam pembelajaran ketika siswa menggunakan media bolu untuk menyelesaikan masalah.
Bolu diilustrasikan
dengan gambar
lingkaran sedangkan
tahu diilustrasikan dengan gambar persegi. Dalam gambar ini siswa
memberikan arsiran pada gambar-gambar tersebut. Arsiran tersebut digunakan untuk menunjukkan tahu atau bolu yang dipotong dan
diberikan. Siswa menggambarkan setiap keterangan dari soal yang ada. Kekurangan dari gambar ini adalah siswa tidak menggunakan jangka dan
penggaris ketika menggambar lingkaran dan persegi panjang, sehingga gambar menjadi tidak beraturan.
Gambar 7. Menunjukkan keterkaitan bangun datar dalam penyelesain soal.
Karakteristik intertwinning selain mengaitkan dengan materi lain dalam mata pelajaran lain, dapat juga mengaitkan dengan mata pelajaran lain.
Berdasarkan paparan fakta yang terdapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
mengakomodasi kelima karakteristik PMRI. Berikut akan dijelaskan secara lebih mendalam untuk karakteristik “Kontribusi Siswa”.
b. Karakteristik Kontribusi Siswa