Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data

55 ini, memungkinkan keaktifan pada siswa dan menciptakan adanya komunikasi dua arah antara program software pembelajaran yang sedang berjalan dengan pengguna. Keaktifan yang dimaksud seperti kegiatan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada siswa baik apersepsi maupun soal-soal latihan yang dapat melatih siswa. Tabel 3.4. Rubrik Kriteria Penskoran Interaktivitas Skor Status Kriteria 4 Sangat Baik  Terdapat navigasi yang jelas, konsisten dan disajikan dengan bentuk yang menarik  Terdapat pertanyaan atau interaktif dari software ke siswa yang disajikan dengan bervariasi, secara lisan maupun tulisan dengan kualitas yang baik serta dapat membangkitkan motivasi siswa, misalnya seperti “Tahukah kamu …?  Memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir mengajak siswa berpikir terlebih dulu sebelum menyajikan materi  Terdapat simulasi yang menarik dan sangat mudah digunakan oleh siswa serta relevan dengan materi yang sedang dipelajari 3 Baik Jika hanya terpenuhi 3 kriteria 2 Cukup Baik Jika hanya terpenuhi 2 kriteria 1 Kurang Baik Jika hanya terpenuhi 1 kriteria Tidak Baik Jika tidak terpenuhi kriteria satupun

4. Kontekstualitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kontekstual berarti berhubungan dengan konteks, yaitu situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Menurut Suprih widodo dalam jurnal penelitian yang berjudul: “Analisis Kualitas Perangkat Lunak sebagai Media dalam Pembelajaran Matematika di 56 Sekolah Dasar”, arti dari konstekstualitas yang termasuk aspek desain pembelajaran yaitu ketersediaan software pembelajaran dalam menyajikan pembelajaran dengan hal-hal yang ada di dunia nyata. Jadi, software pembelajaran perlu mengaitkan contoh di kehidupan nyata sehari-hari. Tabel 3.5. Rubrik Kriteria Penskoran Kontekstualitas Skor Status Kriteria 4 Sangat Baik  Mengaitkan dengan membuat contoh peristiwa di kehidupan nyata sehari-hari  Mengedepankan aspek lingkungan dan budaya siswa  Disajikan dengan menarik dan kreatif  Memanfaatkan kecanggihan teknologi, misalnya disajikan dengan animasi bergerak, video, dll. 3 Baik Jika hanya terpenuhi 3 kriteria 2 Cukup Baik Jika hanya terpenuhi 2 kriteria 1 Kurang Baik Jika hanya terpenuhi 1 kriteria Tidak Baik Jika tidak terpenuhi kriteria satupun

5. Kemudahan untuk Dipahami

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemudahan berarti hal sifat mudah, yaitu tidak memerlukan banyak tenaga atau pikiran dalam mengerjakan, tidak sukar, sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar usaha. Kemudahan untuk dipahami dapat diartikan segala yang disajikan di software pembelajaran mudah dan tidak sukar dipahami dimengerti. Pembelajaran dengan menggunakan komputer mengharuskan penyajian antara teks, gambar, audio, video, animasi dan simulasi yang bersifat proporsional, yaitu tidak didominasi oleh teks seperti dalam buku pelajaran. Oleh karena itu, baik uraian materi, pembahasan, simulasi, contoh, video, animasi, gambar, audio maupun latihan 57 harus dirancang agar siswa yang menggunakan software tersebut mudah memahaminya. Tabel 3.6. Rubrik Kriteria Penskoran Kemudahan untuk Dipahami Skor Status Kriteria 4 Sangat Baik  Menggunakan kosakata bahasa yang diketahui siswa dan sesuai dengan usia siswa  Semua informasi yang disajikan pada uraian materi atau pembahasan atau contoh atau simulasi atau latihan disajikan secara komunikatif dan tidak terdapat kesalahan konsep  Tidak terdapat kesalahan pada hal-hal yang bersifat teknis  Sajian yang disajikan baik lisan, tulisan, gambar maupun video berkualitas sangat baik dan praktis 3 Baik Jika hanya terpenuhi 3 kriteria 2 Cukup Baik Jika hanya terpenuhi 2 kriteria 1 Kurang Baik Jika hanya terpenuhi 1 kriteria Tidak Baik Jika tidak terpenuhi kriteria satupun

6. Kejelasan Uraian, Pembahasan, Contoh, Simulasi, dan Latihan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uraian berarti keterangan atau penjelasan mengenai suatu hal, pembahasan berarti perbuatan membahas, membicarakan. Sedangkan contoh berarti sesuatu yanga disediakan untuk diikuti, simulasi berarti metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan, mirip dengan keadaan yang sesungguhnya, sedangkan latihan yaitu belajar dan membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu. Jadi, dimaksudkan indikator ini untuk menilai apakah penyajian uraian, pembahasan, contoh, simulasi dan latihan disajikan dengan jelas yaitu dapat dilihat, didengar dengan jelas. 58 Tabel 3.7. Rubrik Kriteria Penskoran Kejelasan Uraian, Pembahasan, Contoh, Simulasi, dan Latihan Skor Status Kriteria 4 Sangat Baik  Terdapat uraian, pembahasan, contoh, simulasi dan latihan dengan kualitas teknis yang baik  Tidak terdapat salah konsep  Menggunakan kosakata bahasa yang komunikatif, diketahui siswa dan sesuai dengan usia siswa  Uraian, pembahasan, contoh, simulasi disajikan dengan memperhatikan karakteristik materi, dikemas dengan menarik dan kreatif  Simulasi dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk menggali lebih dalam terhadap konsep yang sedang dipelajari  Latihan, jawaban dan pembahasannya dibuat dengan memberikan penguatan terhadap konsep yang sedang dipelajari  Memberikan kesempatan lebih dari 1 kali pada siswa dalam menjawab soal-soal  Urutan munculnya soal latihan pada evaluasi dibuat acak 3 Baik Jika hanya terdapat 6 kriteria 2 Cukup Baik Jika hanya terdapat 4 kriteria 1 Kurang Baik Jika hanya terdapat 2 kriteria Tidak Baik Jika tidak terdapat kriteria satupun

7. Konsistensi Evaluasi dengan Tujuan Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsistensi berarti ketetapan dan kemantapan dalam bertindak, sedangkan evaluasi berarti penilaian. Soal evaluasi seharusnya dapat mengukur apa yang menjadi tujuan pembelajaran . Jadi, 59 dimaksudkan penilaian haruslah konsisten dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Tabel 3.8. Rubrik Kriteria Penskoran Konsistensi Evaluasi dengan Tujuan Pembelajaran Skor Status Kriteria 4 Sangat Baik  Terdapat evaluasi pembelajaran  Evaluasi pembelajaran yang ada konsisten dengan tujuan pembelajaran  Dapat mengukur apa yang menjadi tujuan pembelajaran  Memperhatikan masalah teknis dalam soal-soal yang terdapat di evaluasi, misalnya dalam soal pilihan berganda harus ada 1 jawaban yang benar, tulisan atau gambar disajikan dengan jelas 3 Baik Jika hanya terdapat 3 kriteria 2 Cukup Baik Jika hanya terdapat 2 kriteria 1 Kurang Baik Jika hanya terdapat 1 kriteria Tidak Baik Jika tidak terdapat kriteria satupun

8. Pemberian Umpan Balik terhadap Hasil Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, umpan balik berarti hasil atau akibat yang berbalik mengenai kita sebagai rangsangan untuk bertindak lebih lanjut. Jadi dimaksudkan software pembelajaran merespon atas apa yang telah dikerjakan oleh pengguna, misalnya respon mengenai keterangan dari jawaban pengguna yang benar atau salah, maupun skor hasil jawaban pengguna. Umpan balik dalam soal latihan maupun evaluasi seharusnya diberikan dalam bentuk penguatan, misalnya “Tepat sekali” lalu disajikan gambar bergerak seorang yang 60 tersenyum. Selain itu, hindari ungkapan yang dapat mengucilkan siswa ketika menjawab kurang tepat dan menyajikan pembahasan ketika siswa menjawb kurang tepat. Tabel 3.9. Rubrik Kriteria Penskoran Pemberian Umpan Balik terhadap Hasil Evaluasi Skor Status Kriteria 4 Sangat Baik  Terdapat soal evaluasi pembelajaran  Terdapat umpan balik terhadap hasil evaluasi pembelajaran  Kualitas teknis penyajian umpan balik terhadap hasil evaluasi bersifat baik  Tidak menggunakan ungkapan yang memojokkan atau menyakitkan siswa ketika siswa menjawab kurang tepat  Proses pengolahan umpan balik berlangsung cepat  Disajikan dalam bentuk penguatan sehingga dapat memacu dan memotivasi siswa untuk belajar  Disajikan umpan balik korektif, yaitu dengan menyajikan penjelasan mengapa jawaban siswa sudah tepat atau mengapa jawaban siswa kurang tepat  Disajikan pembahasan soal ketika siswa menjawab kurang tepat pada soal evaluasi pembelajaran 3 Baik Jika hanya terdapat 6 kriteria 2 Cukup Baik Jika hanya terdapat 4 kriteria 1 Kurang Baik Jika hanya terdapat 2 kriteria Tidak Baik Jika tidak terdapat kriteria satupun 61

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperlukan beberapa teknik. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi “Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan .” 6 Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengetahui dan mengamati software pembelajaran fisika apa saja yang dimiliki SMA Negeri Jakarta di kecamatan Cakung yaitu SMA N 102 Jakarta, SMA N 89 Jakarta, SMAN 76 Jakarta, SMAN 11 Jakarta dan SMA N 107 Jakarta . Hasil dari observasi ini digunakan sebagai sampel penelitian. 2. Studi Dokumenter “Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik .” 7 Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah cuplikan-cuplikan slide software pembelajaran fisika SMA kelas XI yang dijadikan software pembelajaran sampel dengan memberikan skor, mulai dari skor 0 hingga 3 pada tiap-tiap indikator terhadap sampel software tersebut dengan mengacu pada rubrik yang telah disusun penulis.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil skala penskoran studi dokumenter yang dilakukan penulis. Menurut Nana Sudjana, statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data dalam bentuk tampilan data yang lebih bermakna dan mudah dipahami pembaca, “Menurut Suharsimi Arikunto, data kuantitatif yang berupa angka-angka hasil 6 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006, Cet. I, h. 224. 7 Sukmadinata, op cit, h. 221. 62 perhitungan atau pengukuran diproses dengan cara dijumlah kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan sehingga diperoleh persentase kelayakan.” 8 Oleh karena itu, untuk mengetahui persentase tingkat kelayakan software pembelajaran fisika yang diteliti digunakan rumus sebagai berikut: Persentase Kelayakan = Sedangkan kriteria untuk menentukan status tingkat kelayakan dari software pembelajran fisika yang dijadikan sampel merujuk pada tabel skala persentase menurut Suharsimi Arikunto sebagai berikut: Tabel 3.10. Tabel Skala Persentase Menurut Suharsimi Arikunto 9 Persentase Interpretasi 76 - 100 Sangat Layak 56 – 75 Layak 40 - 55 Cukup 0 - 39 Kurang Layak 8 Aria Pramudito, Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut di SMK Muhammadiyah 1 Playen , Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta, 2013, h. 8. 9 Ibid. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap dua software pembelajaran fisika, yaitu Pesona Edu dan Lebah Kreasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap software pembelajaran fisika yang dijadikan sampel, maka diperoleh data sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Software Pembelajaran Fisika Pesona Edu

Tabel 4.1. Hasil Penskoran Software Pembelajaran Fisika Pesona Edu No. Indikator Skor 1. Relevansi tujuan pembelajaran dengan SKKDKrikulum 2 2. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran 2 3. Interaktivitas 4

4. Kontekstualitas

4 5. Kemudahan untuk dipahami 4 6. Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, dan latihan 2 7. Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran 8. Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi Skor Total 18 Rata-rata 2,25 Persentase 56,25 Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa pada software pembelajaran fisika Pesona Edu , jumlah skor yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis adalah 18. Nilai rata-rata skor yang diperoleh dari hasil pengamatan yang 64 dilakukan penulis adalah 2,25. Persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis adalah 56,25.

2. Hasil Penelitian Software Pembelajaran Fisika Lebah Kreasi

Tabel 4.2. Hasil Penskoran Software Pembelajaran Fisika Lebah Kreasi No. Indikator Skor 1. Relevansi tujuan pembelajaran dengan SKKDKrikulum 2 2. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran 4 3. Interaktivitas 2

4. Kontekstualitas

4 5. Kemudahan untuk dipahami 4 6. Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, dan latihan 3 7. Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran 2 8. Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi 3 Skor Total 24 Rata-rata 3,00 Persentase 75,00 Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa pada software pembelajaran Lebah Kreasi , jumlah skor yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis adalah 24. Nilai rata-rata skor yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis adalah 3,00. Persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis adalah 75,00. Oleh karena itu, diagram persentase tingkat kelayakan kedua software pembelajaran fisika tersebut adalah sebagai berikut: