533 Apabila ada bangunan yang terbakar menyimpan bahan-bahan yang
dapat terurai menjadi gas racun, maka resiko akan bertambah besar karena adanya gas racun.
Dengan demikian seorang Ahli K3 harus mampu menganalisis kemungkianan adanya ikutan bahaya gas racun, sehingga diharapkan
mampu menetapkan rekomendasi syarat untuk menghindarkan bahaya asap dan gas beracun. Dampak lain resiko kebakaran adalah ledakan dan
bahan kimia atau tabung kontainer yang berisi gas yang mudah meledak.
6.4.3. Ruang Iingkup pengawasan K3 penanggulangan kebakaran
Lingkup pengawasaan K3 penanggulangan kebakaran sesuai pasal 4 UU No.1 tahun 1970 dimulai dari prakondisi sampai operasionalisasi yang
diharapkan mampu mengidentifikasi, menganalisis, supervisi dan memberikan rekomendasi.
Identifikasi potensi bahaya Fire Hazard Identification; sumber--
sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran seperti setiap bentuk energi panas yang ditimbulkan listrik, petir,
mekanik, kimia, dan bentuk energi lain yang dipakai dalam proses kegiatan harus teridentifikasi untuk dikendalikan sesuai dengan
ketentuan peraturan dan standart yang berlaku.
Analisa resiko Fire Risk Assessment; berbagai potensi bahaya
yang telah teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resikonya, apakah masuk kategori ringan, sedang, berat, atau sangat serius
dengan parameter kecepatan menjalamya api, tingkat paparan, konsekwensi kerugian dan jumlah jiwa yang terancam.
Sarana proteksi kebakaran aktif; yaitu alat atau instalasi yang
dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti sistim deteksi dan alarm, APAR, hydrant, sprinkler, hose rell, dll yang
dirancang berdasarkan standart sesuai dengan tingkat bahayanya
Sarana proteksi kebakaran pasif; yaitu alat, sarana atau metode mengendalikan penyebaran asap, panas, dan gas berbahaya bila
terjadi kebakaran. Contoh sistim kompartemenisasi, treatment, atau clotting fire reterdant, sarana pengendalian asap smoke controle
system, sarana evakuasi, sistem pengendali asap dan api smoke damper, fire damper, fire stopping, alat bantu evakuasi dan rescue, dll.
Di unduh dari : Bukupaket.com
534
6.4.4. Pengetahuan dasar pemadaman api
Dari uraian dasar terjadinya kebakaran dapat ditarik tiga pemahaman penting yang terkait dengan pembahasan prinsip pemadaman api, yaitu :
Pemahaman pertama Berdasarkan teori segitiga api. Ada 3 elemen pokok untuk terjadinya
nyala api yaitu :
Bahan bakar
Oksigen
Panas sumber penyala Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besarnya fisika tetentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api, yaitu
Flash point
Flammable range
Fire point
Ignition point
Dari besaran angka diatas, maka tindakan pengendalian tgerhadap bahaya kebakaran dilakukan penerapan sistem pengendalian dengan
peralatan deteksi. Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori Tetra hedron of fire ada elemen keempat yaitu reaksi radikal atom-atom bebas
yang ternyata mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya nyala api.
Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk memadamkan api dapat dilakukan dengan cara 4 prinsip yaitu:
Prinsip mendinginkan Cooling misalnya dengan menyemprotkan air
Prinsip menutup bahan yang terbakar Starvation, misalnya
menutup dengan busa
Di unduh dari : Bukupaket.com
535
Prinsip mengurangi Oksigen Dilution, misalnya menyemprotkan gas CO
2
Prinsip memutus rantai rangkaian api Mencekik dengan media
kimia Penerapan prinsip-prinsip pemadaman kebakaran diatas, tidak dapat
disamaratakan, akan tetapi harus diperhatikan jenis bahan apa yang cocok diterapkan dan media jenis apa yang sesuai.
Klasifikasi kebakaran
Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakteristik yang berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan
tindakan pemadaman, dan jenis media yang diterapkan harus sesuai dengan karakteristiknya dan mengacu pada standar.
Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit agak berbeda. Menurut standar Inggris yaitu LPC Loss Prevention
Comittee yang sebelumnya adalah FOC Fire Office Cornitee menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi klas A, B, C, D, E. Sedangkan standar Amerika
NFPA National Fire Prevention Association menetapkan klasifikasi menjadi klas A, B, C, D.
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu standar di NFPA, yang dimuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.04Men1980. Sifat dari masing-masing klasifikasi kebakaran di atas adalah :
Klas A, terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara
Klas B cair, terbakar pada permukaan
Klas B gas, terbakar pada titik sumber gas mengalir
Klas C atau Klas E menurut British, adalah ditinjau dari aspek bahaya
terkena aliran listrik bagi petugas pemadam yang sesuai. Sistem peralatan pemadam kebakaran yang dapat dirancang dalam
bentuk peralatan tabung bertekanan portable, atau dalam bentuk sistem instalasi yang dipasang permanen fixed system antara lain sistem hydrant,
sistem sprinkler, dan instalasi khusus lainnya dengan media busa, seruk kimia, CO
2
, dan sebagainya yang dapat dirancang secara manual, semi otomatik, fully automatic integrated system.
Di unduh dari : Bukupaket.com
536 Tipe rancangan instalasi sistem pemadam, kebakaran permanen
dapat dirancang otomatik terintegrasi dengan sistem perlindungan lokal local application atau sistem perlindungan total dengan pancaran serentak
total flooding. Dari data analisis media pemadam kebakaran untuk ruangan khusus
yang menyimpan bahan dan material berharga yang paling sesuai adalah jenis Clean Agent.
Media pemadam kebakaran kategori jenis cleant agent sesuai persyaratan standar harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
Bersih tidak meninggalkan berkas noda
Tidak konduktif
Tidak korosif
6.4.5. Pengenalan sistem proteksi kebakaran A. Konsep sistem proteksi kebakaran