43 f.
Lingkungan sosial ekonomi g.
Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan h.
Inteligensia i.
Keselarasan dan perilaku j.
Prestasi belajar k.
Motivasi dan lain-lain Berdasarkan kajian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa
merupakan subjek belajar. Siswa memiliki karakteristik atau pola aktivitas yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan lainnya. Hal tersebut
menantang guru untuk menyediakan kondisi yang kondusif agar masing- masing siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan karakteristik
masing-masing.
F. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berikut. 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Pretty Yudharina 2015 yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Siswa Kelas V SD Negeri Mejing 2 Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving Tahun Ajaran 20142015. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving CPS dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2, Gamping. Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
44 ditunjukkan oleh hasil tes. Pada pratindakan terdapat 30 9 siswa dari
jumlah 30 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hasil tes pada siklus 1 menunjukkan ada 63,33 19 siswa dari jumlah
siswa mencapai KKM, sedangkan pada siklus 2 terdapat 76,67 23 siswa dari jumlah siswa yang mencapai KKM. Nilai rata-rata sebelum
siklus sebesar 53,67, sedangkan pada siklus 1 nilai rata-rata tes sebesar
64,27, dan pada akhir siklus 2 sebesar 68,07.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aris Pito 2013 yang berjudul
Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengendali Magnetik Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga
Listrik SMK Negeri 3 Yogyakarta Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah diterapkan model pembelajaran Creative Problem Solving, keaktifan dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di setiap pertemuannya. Keaktifan siswa pada siklus I pertemuan pertama
sebesar 56,77 kemudian meningkat menjadi 88,06 pada pertemuan ketiga siklus II. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dilihat dari
nilai rata-rata pretest siklus I sebesar 57,42 dan posttest siklus II mencapai 84,39. Hasil belajar siswa tersebut sudah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal 70,00.
45
G. Kerangka Berpikir
Pada hakikatnya, kegiatan pembelajaran merupakan hubungan timbal balik dua arah yang positif antara guru dan siswa. Pada kegiatan
pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa dapat menyerap pengalaman belajar dengan baik sehingga hasil
belajar siswa pun baik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa mengikuti
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Keaktifan siswa kelas IV SD Negeri
Jeruksari dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, salah satunya adalah
penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik partisipasi siswa dalam pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
membawa suasana belajar yang menyenangkan dan dapat mengembangkan keaktifan siswa. Suasana belajar yang menyenangkan dapat menjadi salah
satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan
menarik, guru akan mampu mendorong siswa terlibat secara aktif. Banyak model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving CPS.
Model pembelajaran CPS merupakan model yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, membantu siswa dalam memahami
46 pelajaran, serta diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang baik sebab
dalam penerapannya siswa diberikan masalah untuk dipecahkan. Kegiatan inti dari model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn
adalah mengungkapkan dan memilih solusi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang disajikan oleh guru. Kegiatan menyelesaikan
masalah tersebut, dilakukan secara berkelompok. Kegiatan berkelompok tersebut, siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang
penyebab timbulnya masalah dan solusi apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Guru membimbing jalannya diskusi. Siswa
kemudian menerapkan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Guru membantu siswa untuk menganalisis hasil jawaban yang disajikan di depan
kelas, jika jawaban yang diberikan siswa benar, guru cukup menegaskan jawaban tersebut. Apabila jawaban yang dihasilkan siswa masih kurang tepat,
maka guru menunjuk siswa lain untuk memberikan jawaban yang benar. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat memperbaiki jawabannya dan selanjutnya
siswa dapat menarik kesimpulan. Model pembelajaran CPS menuntut pemikiran kreatif siswa dalam
pemecahan masalah dan keikutsertaan siswa secara aktif karena pemusatan pembelajaran lebih pada keterampilan pemecahan masalah yang terkait
dengan materi pembelajaran. Penerapan model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran, namun siswa juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam pembelajaran PKn pada kehidupan