Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

63 baru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan absensi siswa. Pembelajaran dimulai pada jam kedua maka tidak ada berdoa. Berdoa dilakukan pada jam pertama ketika pembelajaran Agama. Hari itu ada 2 siswa yang tidak masuk dikarenakan sakit yaitu RA dan ICU, jadi siswa yang hadir pada hari itu hanya 12 siswa. Guru melakukan apersepsi dengan menceritakan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia beberapa waktu lalu. Guru memberikan pertanyaan, “Siapa yang memenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia pada pemilu beberapa waktu lalu ?” FS menjawab, “Jokowi-JK pak”. Guru merespon dengan membenarkan jawaban FS. Kemudian guru kembali ber tanya, “Siapa saja kandidat dalam pemilihan presiden dan wakil presiden kita kemarin ?” IDP dan BR menjawab, “Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta Rajasa”. Guru membenarkan jawaban siswa, kemudian guru berkata bahwa dalam pemilihan presiden kemarin dimenangkan oleh Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta Rajasa harus legowo menerima kekalahan mereka. Guru menjelaskan bahwa dalam menjalankan pemerintahan Jokowo-JK, Prabowo juga mendukung pemerintahannya. Kemudian guru memberitahu siswa bahwa materi hari itu masih mengulang materi pertemuan sebelumnya yaitu mengenai lembaga eksekutif. 64 Masih ada beberapa materi yang perlu dijelaskan kembali karena materi mengenai pemerintahan pusat cukup banyak. 2 Kegiatan inti Siswa bertanya jawab dengan guru tentang lembaga eksekutif. Guru menuliskan di papan tulis mengenai materi lembaga eksekutif. Pembelajaran hari itu guru meneruskan penjelasan materi mengenai lembaga eksekutif karena pada pertemuan sebelumnya belum menyelesaikan pembahasan materi tersebut. Tindakan selanjutnya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut. a Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR, FS, YF, dan FCY. Siswa masih sulit dikondisikan untuk berkelompok dengan anggota kelompok yang telah ditentukan oleh guru. Beberapa siswa masih ada yang protes karena siswa cenderung masih membeda-bedakan teman dan lawan jenis. Beberapa siswa bahkan saling mengejek sehingga suasana kelas menjadi ramai. 65 Membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengkondisikan siswa. b Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca referensi. c Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan masalah yang ada dalam LKS dan siswa lain menyimak. Guru meminta siswa lain mengulangi membaca. Guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah pemilihan ketua kelas yang menggambarkan pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia. Masalah yang disajikan guru mengenai terjadi kecurangan dalam pemilihan ketua kelas yaitu Widya menyogok teman-temannya dengan coklat agar dia terpilih menjadi ketua kelas. Setelah pemilihan ketua kelas dilaksanakan ternyata Widya tidak mendapatkan suara satupun dari teman-temannya. Widya protes dan 66 marah terhadap teman-temannya. Masalah yang disajikan guru tersebut siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut. Gambar 3. Guru Menegaskan Masalah yang Disajikan dalam LKS ketika Siswa Duduk dalam Kelompok d Tahap keempat, siswa melakukan diskusi untuk menemukan penyebab timbulnya masalah yang terjadi kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Siswa masih kebingungan mengidentifikasi penyebab masalah yang disajikan dalam LKS. Sebagian besar kelompok menuliskan kembali masalah yang sudah tersaji dalam tabel penyebab dari masalah. Tabel yang disediakan dalam LKS seharusnya diisi penyebab dari masalah dan solusi yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Namun, jika dilihat dari keaktifannya diskusi dalam kelompok 1 dan 3 berjalan cukup baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat, namun antar anggota kelompok kurang menghargai pendapat. Diskusi dalam 67 kelompok 2 berjalan kurang baik karena ada siswa yang hanya diam dan tidak memberikan pendapat ataupun menanggapi pendapat siswa lain. Guru kurang aktif membimbing diskusi siswa sehingga siswa yang kebingungan bertanya kepada peneliti. Gambar 4. Diskusi dalam Kelompok 2 Berjalan Kurang Baik karena Ada Siswa yang Kurang Aktif e Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh IDP dan RWD. IDP membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RWD membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi. Selanjutnya dari kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh BSN dan RDS. BSN membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta 68 kelompok lain menanggapi. IDP menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 2 kurang tepat. Guru menerima tanggapan IDP. Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari IDP. Terakhir kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh BR dan FCY. BR membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian FCY membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi. Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar. Sebagian besar jawaban siswa yang kurang tepat. Siswa diminta mengidentifikasi penyebab dari masalah yang timbul pada LKS, namun siswa menuliskan kembali masalah-masalah yang sudah ada dalam LKS tersebut. Solusi yang diberikan oleh siswa beberapa sudah benar. 3 Kegiatan penutup Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai lembaga eksekutif. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Keaktifan bertanya siswa masih sangat kurang. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang 69 akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang lembaga yudikatif. Mata pelajaran PKn berada pada jam kedua dan ketiga kemudian dilanjutkan dengan istirahat pertama. b Siklus I pertemuan 2 Pertemuan 2 pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 Februari 2016 dengan materi lembaga yudikatif. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2x35 menit. Guru sebagai pengajar sedangkan peneliti sebagai observer kegiatan pembelajaran serta satu orang observer pendamping untuk membantu kegiatan observasi peneliti. 1 Kegiatan awal Guru memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa. Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Guru mempresensi kehadiran siswa. Hari itu semua siswa hadir sehingga jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, “Siapa yang suka menonton berita ?” Siswa menjawab, “Saya suka pak”. Kemudian guru memberikan pernyataan, “Dengan menonton berita kita akan mengetahui informasi yang terjadi di sekitar lingkungan kita bahkan berita luar negeri. Dengan menonton berita kita 70 mendapatkan informasi mengenai pelanggaran-pelanggaran aturan yang terjadi di seluruh penjuru dunia, salah satunya adalah terorisme”. Guru kemudian bertanya, “Mengapa terorisme merupakan tindakan yang melanggar undang- undang ?” IDP menjawab, “karena dapat menjatuhkan korban jiwa dan merusak bangunan dengan bom”. Guru membenarkan jawaban IDP, kemudian memberikan pernyataan bahwa tindakan yang melanggar undang-undang akan diadili oleh lembaga peradilan yang ada. Lembaga peradilan merupakan lembaga yang mengawasi pelaksanaan peraturan undang-undang. Lembaga tersebut disebut dengan lembaga yudikatif. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2 Kegiatan inti Guru meminta siswa membuka buku Lintas halaman 8 mengenai lembaga yudikatif. Guru meminta IDP membaca materi mengenai Mahkamah Agung dan siswa lain menyimak. Suasana kelas sangat tenang dan hening. Kelas sangat kondusif untuk pembelajaran. Siswa lain menyimak dengan tenang ketika IDP membaca. Guru meminta BSN melanjutkan membaca materi mengenai fungsi dan wewenang Mahkamah Agung dilanjutkan materi mengenai pengertian Mahkamah Konstitusi. Kemudian ICU diminta 71 melanjutkan membaca materi mengenai fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusi sampai Komisi Yudisial. Guru menjelaskan kembali materi yang sudah dibacakan oleh siswa. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun sesekali ada siswa yang mengobrol. Setelah diingatkan siswa kembali memperhatikan. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di papan tulis. Kemudian guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi lembaga yudikatif. Tindakan selanjutnya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut. a Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, FS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR, RA, ICU, YF, dan FCY. Siswa masih sulit dikondisikan untuk berkelompok dengan anggota kelompok yang telah ditentukan oleh guru. Beberapa siswa masih ada yang protes karena siswa cenderung masih membeda-bedakan teman dan lawan jenis. Beberapa siswa bahkan saling mengejek sehingga suasana kelas menjadi ramai. Membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengkondisikan siswa. 72 b Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca referensi. c Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa dari perwakilan kelompok membacakan masalah yang ada dalam LKS. Guru meminta salah satu siswa mengulangi kembali membaca. Guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah pelanggaran tata tertib sekolah oleh Andi karena sering datang terlambat dan tidak mengerjakan PR menggambarkan pelanggaran dalam pelaksanaan undang-undang di Indonesia. Masalah yang disajikan guru, siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut. Guru menjelaskan contoh mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi agar tidak terjadi kesalahpahaman oleh siswa seperti pada pertemuan 1. 73 Gambar 5. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukan oleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalam LKS dengan Menuliskan di Papan Tulis d Tahap keempat, siswa melakukan diskusi untuk menemukan penyebab timbulnya masalah yang terjadi kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Beberapa siswa masih kebingungan mengidentifikasi penyebab masalah yang disajikan dalam LKS. Sebagian besar kelompok masih menuliskan kembali masalah yang sudah tersaji dalam tabel penyebab dari masalah. Tabel yang disediakan dalam LKS seharusnya diisi penyebab dari masalah dan solusi yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Namun, jika dilihat dari keaktifannya diskusi dalam kelompok 1 dan 3 berjalan cukup baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat, namun antar anggota kelompok kurang menghargai pendapat. Diskusi dalam kelompok 2 berjalan kurang baik karena masih ada siswa yang hanya diam dan tidak memberikan pendapat ataupun menanggapi pendapat siswa lain. Guru 74 kurang aktif membimbing siswa sehingga siswa yang kebingungan bertanya kepada peneliti. Gambar 6. Kegiatan Diskusi Penyelesaian Masalah dalam Kelompok 1 yang Berjalan Cukup Baik Gambar 7. Guru Kurang Aktif Membimbing Diskusi Siswa e Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh BSN dan RDS. BSN membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. IDP dan BR menanggapi 75 bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 2 ada yang kurang tepat. Guru menerima tanggapan IDP dan BR. Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari IDP dan BR. Selanjutnya dari kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh ICU dan RA. ICU membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RA membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi. Terakhir kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh RWD dan RFP. RWD membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RFP membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. BSN menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 3 ada yang kurang tepat. Guru menerima tanggapan BSN. Kelompok 3 juga menerima tanggapan dari BSN. Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar. Penyebab masalah dalam LKS tersebut adalah kurangnya disiplin dan sikap acuh tak acuh. Masih ada beberapa jawaban siswa yang kurang tepat. Guru meminta siswa mengidentifikasi penyebab dari masalah yang timbul pada LKS, namun masih ada kelompok yang menuliskan 76 kembali masalah-masalah yang sudah ada dalam LKS tersebut. Solusi yang diberikan oleh siswa beberapa sudah benar. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru. 3 Kegiatan penutup Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai lembaga yudikatif. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Keaktifan bertanya siswa masih sangat kurang. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Mata pelajaran PKn berada pada jam pertama dan kedua maka dilanjutkan dengan pembelajaran selanjutnya. 3 Pengamatan Siklus I a Pengamatan guru siklus I Pertemuan 1, secara keseluruhan guru sudah melakukan pembelajaran dengan baik sesuai dengan RPP. Meskipun pada kegiatan perencanaan tindakan peneliti dan guru sudah berlatih bersama coaching mengenai penerapan model pembelajaran CPS, guru belum menguasai penuh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS, karena model 77 pembelajaran ini belum pernah dipakai sebelumnya oleh guru. Guru kurang tegas terhadap siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa yang lain saat proses pembelajaran berlangsung sehingga membuat kegaduhan di dalam kelas. Memasuki pembelajaran pertemuan 1 menggunakan tahapan model pembelajaran CPS, guru belum menjelaskan contoh mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi, sehingga siswa kurang paham kemudian siswa menuliskan kembali masalah yang sudah tersaji dan tidak menuliskan penyebab dari masalah tersebut. Tahap keempat, ketika siswa melakukan diskusi guru kurang memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan, sehingga siswa meminta bantuan peneliti untuk membantu kesulitan yang mereka hadapi. Guru terlihat membaca buku di meja guru. Guru kurang aktif membimbing diskusi siswa dalam kelompok. Sesekali guru mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja. Pertemuan 2, secara keseluruhan guru sudah melakukan dengan baik sesuai dengan RPP. Memasuki pembelajaran menggunakan tahapan model pembelajaran CPS, guru sudah menjelaskan contoh mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi agar tidak terjadi kesalahpahaman oleh siswa seperti pada pertemuan 1, namun pada pelaksanaannya masih ada siswa yang kurang paham kemudian siswa menuliskan kembali masalah yang 78 sudah tersaji dan tidak menuliskan penyebab dari masalah tersebut. Tahap keempat, ketika siswa melakukan diskusi guru masih kurang memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan seperti yang terjadi pada pertemuan 1, sehingga siswa meminta bantuan peneliti untuk membantu kesulitan yang mereka hadapi. Guru terlihat membaca buku di meja guru. Guru kurang aktif membimbing diskusi siswa dalam kelompok. Sesekali guru mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja. Pertemuan 1 dan 2, guru telah membimbing presentasi hasil diskusi siswa dengan baik. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dengan jawaban yang benar. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. b Pengamatan siswa siklus I 1 Pengamatan siswa pertemuan 1 Untuk mempermudah mengamati siswa, peneliti membuat tanda pengenal dalam bentuk name tag disertai perekat untuk menempelkannya pada baju siswa. Hal ini dilakukan agar dapat memudahkan peneliti untuk mangamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk 79 lebih mempermudah mengamati keaktifan siswa, peneliti yang bertindak sebagai observer mengajak satu orang observer pendamping. Peneliti mengamati siswa yang bernomor absen 1 sampai 7, observer lain bertugas mengamati siswa yang bernomor absen 8 sampai 14. Berikut foto siswa dengan menggunakan tanda pengenal. Gambar 8. Siswa sedang Berdiskusi dengan Menggunakan Name Tag yang Ditempelkan pada Baju Siswa Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn yang dilakukan dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn pada pertemuan 1 belum berjalan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran CPS. Hasil pengamatan pada indikator 1 yang berbunyi terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah dengan mengemukakan pendapat dalam kelompok, menunjukkan 80 bahwa sebagian besar siswa dapat mengemukakan pendapat dengan benar namun dengan bantuan peneliti. Siswa meminta bantuan peneliti ketika mengalami kesulitan karena guru kurang aktif dalam membimbing diskusi siswa. Masih ada beberapa siswa yang belum mampu mengemukakan pendapat bahkan siswa tersebut cenderung diam dan hanya menyimak siswa lain yang berdiskusi. Ada juga siswa yang bergurau dengan siswa lain, sehingga mengganggu siswa yang sedang berdiskusi. Hasil pengamatan pada indikator 2 yang berbunyi menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat menanggapi pendapat siswa lain, namun kurang menghargai pendapat siswa lain dalam kegiatan diskusi kelompok. Siswa cenderung menganggap pendapat yang dikemukakan dirinya sendiri lebih benar dan kadang mengejek pendapat siswa sehingga menimbulkan keramaian. Hasil pengamatan pada indikator 3 yaitu berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam diskusi kelompok, menunjukkan bahwa siswa mampu berdiskusi membuat alternatif solusi dengan benar namun dibantu oleh peneliti. Siswa meminta bantuan dengan bertanya kepada peneliti karena guru kurang aktif dalam 81 membimbing diskusi siswa. Masih banyak siswa yang kebingungan dan sulit memberikan solusi untuk permasalahan. Siswa pada dasarnya sudah mengetahui apa saja solusi yang akan dituliskan namun siswa masih merasa kurang yakin atas pemikirannya sehingga siswa bertanya kepada peneliti. Hasil pengamatan pada indikator 4 yaitu mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi presentasi dari kelompok lain, menunjukkan bahwa siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan runtut dan jelas namun beberapa jawaban kurang tepat. Selain itu, siswa belum mampu menanggapi hasil presentasi dari kelompok lain. Masih terdapat beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sekelompoknya ketika presentasi berlangsung. Meskipun jawaban dari kelompok lain ada yang kurang tepat, namun hanya ada satu siswa yang mampu menanggapi presentasi kelompok lain. Presentasi dari masing-masing kelompok dibacakan oleh perwakilan kelompok. 2 Pengamatan siswa pertemuan 2 Pertemuan 2 peneliti juga mengajak satu teman untuk menjadi observer yang bertugas mengamati sebagian siswa. Peneliti mengamati siswa yang bernomor absen 1 sampai 7, observer lain bertugas mengamati siswa yang bernomor 82 absen 8 sampai 14. Perhatian siswa pada pertemuan 2 ini terhadap penjelasan guru cukup baik terlihat siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada setiap penjelasan materi. Siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari siswa aktif menjawab pertanyaan guru. Hasil pengamatan pada indikator 1 sebagian besar siswa dapat mengemukakan pendapat dengan benar namun siswa masih meminta bantuan kepada peneliti. Masih ada beberapa siswa yang belum bisa mengemukakan pendapat bahkan siswa tersebut cenderung diam dan hanya menyimak siswa lain yang berdiskusi. Hasil pengamatan pada indikator 2, siswa cenderung menganggap pendapat yang dikemukakan dirinya sendiri lebih benar dan kadang mengejek pendapat siswa lain jika dinggap kurang benar. Hal tersebut menimbulkan keramaian di dalam kelas. Hasil pengamatan pada indikator 3, siswa mampu berdiskusi membuat alternatif solusi dengan benar namun dibantu oleh peneliti. Masih banyak siswa yang kebingungan dan sulit memberikan solusi untuk permasalahan. Siswa pada dasarnya sudah mengetahui apa saja solusi yang akan dituliskan namun siswa masih merasa kurang yakin atas pemikirannya sehingga siswa bertanya kepada peneliti. Siswa meminta bantuan kepada 83 peneliti karena guru kurang aktif dalam membimbing diskusi siswa. Sebagian besar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi menyelesaikan masalah yang disajikan oleh guru. Sebagian besar siswa sudah mulai paham dengan perintah guru mengenai mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan dalam LKS meskipun masih ada jawaban yang kurang tepat. Masih ada beberapa siswa yang membuat gaduh, misalnya bercanda dengan siswa lain ketika sedang diberikan penjelasan serta tidak serius dalam menjawab pertanyaan guru. Hasil pengamatan pada indikator 4 yaitu dalam presentasi hasil diskusi kelompok, hanya ada tiga siswa yang mampu menanggapi presentasi dari kelompok lain. Selain ketiga siswa tersebut, siswa lain masih terlihat pasif ketika presentasi hasil diskusi. Masih terdapat beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sekelompoknya ketika presentasi berlangsung. Data hasil observasi keaktifan siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus I menunjukkan bahwa skor akhir keaktifan seluruh siswa meningkat. Akan tetapi, skor akhir seluruh siswa belum mencapai ≥2,66. Dari rata-rata siklus I, belum memenuhi indikator keberhasilan. Penelitian ini telah ditetapkan indikator keberhasilan yaitu ≥75 siswa memperoleh skor akhir 2.66. Skor akhir tersebut termasuk 84 dalam kriteria baik. Secara lebih rinci sebagian besar keaktifan siswa setiap indikatornya mengalami peningkatan dari pertemuan 1 dan pertemuan 2, hal ini terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran PKn Siklus I No. Nama Siswa Skor Jumlah Skor Skor Akhir Krite- ria Ket. Indika- tor 1 Indika- tor 2 Indika- tor 3 Indika- tor 4 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 1. RA 0 2 2 2 2 8 2 K C BB BB 2. ICU 0 3 3 3 2 11 2,75 K B BB B 3. YF 1 2 1 2 2 2 1 1 5 7 1,25 1,75 K C BB BB 4. ABB 2 3 1 2 2 2 1 1 6 9 1,5 2,25 C C BB BB 5. BR 3 3 2 3 2 3 2 3 9 12 2,25 3 C B BB B 6. BSN 3 3 2 3 2 2 2 3 9 11 2,25 2,75 C B BB B 7. IAR 2 2 2 1 1 2 1 1 6 6 1,5 1,5 C C BB BB 8. IDP 3 3 3 3 2 3 3 3 11 12 2,75 3 B B B B 9. RDS 2 2 2 3 2 2 2 1 8 9 2 2,25 C C BB BB 10. RWD 2 2 2 3 3 2 2 2 9 9 2,25 2,25 C C BB BB 11. RFP 2 2 1 1 2 2 2 2 7 7 1,75 1,75 C C BB BB 12. FCY 3 3 2 3 3 3 2 1 10 10 2,5 2,5 B B BB BB 13. YST 2 2 1 2 1 2 1 1 5 7 1,25 1,75 K C BB BB 14. FS 3 3 2 1 2 2 1 2 8 8 2 2 C C BB BB Jumlah 28 35 21 32 24 32 20 25 93 126 23,25 31,5 Rata-rata 2 2,5 1,5 2,29 1,71 2,29 1,43 1,79 6,64 9 1,66 2,25 Tertinggi 3 3 3 3 3 3 3 3 11 12 2,75 3 Terendah 2 2 2 1 6 1,5 Siswa dalam kriteria Kurang K, Cukup C, Baik B, dan Sangat Baik SB. Siswa dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan jika mendapat skor akhir 2,66 dengan keterangan Berhasil B dan Belum Berhasil BB. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor akhir keaktifan siswa pada setiap pertemuannya. Pertemuan 1 terdapat 2 siswa yang tidak masuk sekolah sehingga mendapatkan skor 0 di setiap indikator keaktifan siswa. Pertemuan 1 terdapat 4 siswa 85 termasuk dalam kriteria kurang aktif, 8 siswa termasuk dalam kriteria cukup aktif, dan 2 siswa termasuk dalam kriteria keaktifan yang baik. Pertemuan 2 terdapat 9 siswa termasuk dalam kriteria cukup aktif dan 5 siswa termasuk dalam kriteria keaktifan yang baik. Apabila dilihat dari perolehan skor akhir keaktifan siswa, 2 siswa yang tidak masuk pada pertemuan 1 memiliki keaktifan yang cukup baik dan baik. Hal tersebut terbukti pada pertemuan 2, RA memperoleh skor akhir 2 dengan kriteria cukup baik dan ICU memperoleh skor akhir 2,75 dengan kriteria baik. Dilihat dari kemampuan siswa mencapai indikator keberhasilan, pada pertemuan 1 hanya ada 1 siswa yang memperoleh skor akhir 2,66 dan dinyatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan, sedangkan siswa yang belum berhasil sebanyak 13 siswa. Jumlah siswa pada pertemuan 2 yang berhasil mencapai indikator keberhasilan meningkat menjadi 4 siswa dan siswa yang belum berhasil menurun menjadi 10 siswa. Berikut persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan pada siklus I. 86 Tabel 6. Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan pada Siklus I Keterangan Frekuensi Persentase P1 P2 P1 P2 Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan 1 4 7,14 28,57 Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan 13 10 92,86 71,43 Berikut tabel perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan antara pra tindakan dan siklus I. Tabel 7. Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antara Pra Tindakan dan Siklus I Keterangan Pra Tindakan Siklus I Freku- ensi Perse- tase Frekuensi Persentase P1 P2 P1 P2 Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan 1 4 7,14 28,57 Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan 14 100 13 10 92,86 71,43 Perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan antara pra tindakan dan siklus I juga ditunjukkan dalam diagram di bawah ini. 87 Gambar 9. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antara Pra Tindakan dan Siklus I Diagram di atas menunjukkan persentase siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan mengalami peningkatan dan persentase siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan mengalami penurunan dari pra tindakan sampai siklus I. Persentase siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan pada pra tindakan 0 meningkat menjadi 7,14 pada siklus I pertemuan 1 kemudian meningkat lagi menjadi 28,57 pada pertemuan 2. Persentase siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan pada pra tindakan sebesar 100 menurun menjadi 92,86 pada siklus I pertemuan 1 kemudian menurun lagi menjadi 71,43 pada pertemuan 2. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pra Tindakan Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 7,14 28,57 100 92,86 71,43 P e r s e n t a s e Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antara Pra Tindakan dan Siklus I Berhasil Belum Berhasil 88 4 Refleksi Siklus I Refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti dan guru kelas IV, melakukan evaluasi terhadap beberapa tindakan yang telah diterapkan untuk diperbaiki pada tindakan yang berikutnya. Berdasarkan hasil pengamatan, hasil evaluasi, dan hasil diskusi dengan guru, ada beberapa hal yang dapat direfleksikan agar pelaksanaan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran CPS di kelas IV SD Negeri Jeruksari dapat meningkatkan keaktifan siswa. Secara kualitas proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn kelas IV SD Negeri Jeruksari mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi atau keadaan pada saat pelaksanaan tindakan di setiap pertemuan siklus I yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat, terlihat pada setiap pertemuan, partisipasi, serta keantusiasan siswa meningkat cukup baik, didukung pula dengan adanya kesediaan siswa dalam melaksanakan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS, namun masih ada beberapa siswa yang kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Hal tersebut dapat dilihat ketika siswa diminta berpendapat, bertanya, maupun menanggapi pendapat atau pertanyaan dari siswa lain, beberapa siswa masih bergurau dengan 89 siswa lain, tanpa menghiraukan perkataan guru. Sebagaimana pendapat dari Nana Sudjana 2010: 94 mengenai kekurangan model pembelajaran CPS, salah satunya adalah jika kegiatan belajar tidak terkontrol oleh guru, maka kegiatan belajar bisa membawa resiko yang merugikan siswa, misalnya kegiatan belajar tidak optimal karena sikap tak acuh siswa. Hal tersebut terjadi pada siklus I, meskipun kualitas pembelajaran meningkat namun pembelajaran belum maksimal. Hasil penelitian tindakan siklus I menunjukkan bahwa pada pertemuan 1, hanya ada 1 7,14 siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 4 28,57 siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sujarwo 2011: 179-180 pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran CPS menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran karena guru lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar. Menurut indikator keberhasilan yang sudah ditentukan, penelitian ini dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya ≥75 siswa memperoleh skor akhir 2,66. Skor akhir tersebut termasuk dalam kriteria baik. Oleh karena itu, penelitian tindakan siklus I dinyatakan belum berhasil sehingga perlu dilanjutkan penelitian tindakan siklus II. Hal tersebut diakibatkan karena upaya guru dalam mengelola kelas kurang optimal sehingga masih ada siswa yang sulit untuk dikondisikan mengikuti 90 pembelajaran dengan baik dan guru belum menguasai penuh model pembelajaran CPS pada pembelajaran PKn. Berikut kendala-kendala selama siklus I disertai dengan rencana perbaikan untuk pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Tabel 8. Kendala pada Siklus I dan Rencana Perbaikan untuk Pembelajaran pada Pertemuan Berikutnya No. Kendala Penelitian Siklus I Rencana Perbaikan Pada Siklus II 1. Guru kurang tegas terhadap siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung sehingga membuat kegaduhan di dalam kelas. Guru memanggil dan menegur siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung agar siswa kembali fokus mengikuti pembelajaran dengan baik. 2. Pada pembagian kelompok yang dilakukan secara acak sesuai dengan tingkat prestasi siswa, ada beberapa siswa yang protes dengan kelompok yang telah ditentukan. Guru menasehati siswa agar mau berkelompok dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan dan tidak mengejek siswa yang berkelompok dengan lawan jenis. 3. Tahapan yang dilakukan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS, guru kurang maksimal dalam menjelaskan petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga beberapa siswa masih belum mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan oleh guru. Guru menjelaskan dengan jelas dan rinci mengenai petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga seluruh siswa tidak mengalami kesalahpahaman dan mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan oleh guru. 4. Selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran CPS, guru kurang membimbing siswa dalam diskusi, guru terlihat pasif, dan hanya duduk di meja guru sambil membaca buku sehingga ketika siswa mengalami kesulitan mengerjakan LKS siswa meminta bantuan kepada peneliti. Guru harus lebih aktif membimbing siswa dalam diskusi dan membantu kesulitan siswa sehingga tidak ada lagi siswa yang kesulitan menyelesaikan masalah dalam LKS. 5. Saat presentasi berlangsung, masih terdapat siswa yang mengobrol dengan teman sekelompoknya dan masih pasif untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain. Guru harus menegur dan memberikan nasehat bagi kelompok yang tidak memperhatikan dan meminta siswa ikut menanggapi dalam kegiatan presentasi hasil diskusi. 91

b. Siklus II

1 Perencanaan Tindakan Siklus II Tindakan Siklus II diadakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I yang belum mencapai indikator keberhasilan penelitian. Siklus II juga dirancang sebuah desain pembelajaran menggunakan model pembelajaran CPS pada pembelajaran PKn. Perbedaan siklus I dan siklus II adalah dari pelaksanaan tahapan tindakan. Hal ini berdasarkan pertimbangan hasil refleksi pada siklus I. Perbaikan siklus I yang akan dilakukan pada siklus II yang pertama adalah guru memanggil dan menegur siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung agar siswa kembali fokus mengikuti pembelajaran dengan baik. Kedua, guru menasehati siswa agar mau berkelompok dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan dan tidak mengejek siswa yang berkelompok dengan lawan jenis. Ketiga, guru menjelaskan dengan jelas dan rinci mengenai petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga seluruh siswa tidak mengalami kesalahpahaman dan mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan oleh guru. Keempat, guru harus lebih aktif membimbing siswa dalam diskusi dan membantu kesulitan siswa sehingga tidak ada lagi siswa yang kesulitan menyelesaikan masalah dalam LKS. Kelima, guru harus menegur dan memberikan nasehat 92 bagi kelompok yang tidak memperhatikan dan meminta siswa ikut menanggapi dalam kegiatan presentasi hasil diskusi. Perencanaan tindakan siklus II sama dengan perencanaan tindakan siklus I yaitu peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, dan lembar observasi untuk mengamati keaktifan siswa serta aktivitas guru selama proses pembelajaran. Siklus II dimulai dengan membuat RPP untuk materi Badan Pemeriksa Keuangan BPK dan Komisi Pemilihan Umum KPU. Siklus II direncanakan dua kali pertemuan. Perkiraan materi akan selesai dalam dua kali pertemuan, dengan rincian pada pertemuan 1 membahas mengenai BPK dan pada pertemuan 2 membahas mengenai KPU. Materi tersebut sesuai dengan permintaan guru. 2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II a Siklus II pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Februari 2016 dengan materi Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Pembelajaran dilaksanakan pada jam keempat dan kelima setelah jam istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit. Guru sebagai pengajar sedangkan peneliti sebagai observer kegiatan pembelajaran serta satu orang observer pendamping untuk membantu kegiatan observasi peneliti. 93 1 Kegiatan awal Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Selanjutnya, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, tanpa berdoa karena pembelajaran dimulai pada jam keempat. Berdoa dilakukan pada jam pertama. Hari itu ada 2 siswa yang tidak masuk dikarenakan sakit yaitu BR dan RFP, jadi siswa yang hadir pada hari itu hanya 12 siswa. Kemudian, guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan, “Siapa yang pernah menjadi bendahara di kelas ? Apa tugas bendahara ?” ICU menjawab, “Saya pak, mengurusi uang kas”. Guru membenarkan jawaban siswa, “Betul sekali, bendahara mengurusi uang kas atau keuangan kelas. Seperti di kelas ini, di negara kita juga ada lembaga yang bertugas mengurusi keuangan negara. Namun, bagaimana kita tahu uang negara dikelola dengan baik atau tidak ? Kita sebagai rakyat tidak bisa mengawasi secara langsung. Siapa yang mengawasi pengelolaan uang negara ?” IDP menjawab, “BPK pak”. Guru membenarkan jawaban siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu mengenai BPK. 94 2 Kegiatan inti Guru meminta siswa membuka buku paket PKn halaman 33 dan buku Lintas halaman 10 mengenai Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Guru meminta siswa membaca materi secara bergiliran dan siswa yang tidak membaca diminta menyimak. Suasana kelas sangat tenang dan hening. Kelas sangat kondusif untuk pembelajaran. Guru menjelaskan kembali materi yang sudah dibacakan oleh siswa. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun sesekali ada siswa yang mengobrol namun setelah diingatkan siswa kembali memperhatikan. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di papan tulis dan melakukan tanya jawab mengenai materi. Tindakan selanjutnya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut. a Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, YST, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, FS, dan ABB. Kelompok 3 terdiri dari RA, ICU, YF, dan FCY. Siswa mudah dikondisikan untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru. 95 b Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca referensi. c Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi mengenai situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan masalah yang ada dalam LKS dan siswa lain menyimak. Guru meminta siswa lain mengulangi membaca. Guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah pengelolaan uang sekolah oleh Pak Johan selaku bendahara di SD Bina Bangsa. Penyalahgunaan uang sekolah oleh Pak Johan untuk keperluan pribadi. Pengelolaan keuangan sekolah, kepala sekolah bertindak sebagai lembaga yang mengawasi pengelolaan keuangan sekolah. Hal tersebut sama seperti pengawasan pengelolaan uang negara olek BPK. Siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut. 96 Gambar 10. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukan oleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalam LKS d Tahap keempat, siswa berdiskusi untuk menemukan penyebab timbulnya masalah yang terjadi kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Siswa terlihat lebih aktif pada diskusi kali ini dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Siswa terlihat sangat antusias mengerjakan LKS. Siswa sudah paham mengenai mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan guru. Siswa sudah terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Siswa sudah mampu berpendapat dan menanggapi pendapat siswa lain dalam kelompok. Penyebab dan solusi dari masalah yang dituliskan siswa dalam LKS lebih variatif dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. 97 Gambar 11. Diskusi dalam Kelompok 1 kiri dan 2 kanan Berjalan Baik dan Diskusi Telah Selesai Gambar 12. Diskusi dalam Kelompok 3 Berjalan Baik dan Diskusi Telah Selesai e Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh FCY dan YF. FCY membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian YF membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. IDP, BSN, RWD, FS, dan IAR menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 3 masih kurang. Guru menerima tanggapan siswa. Kelompok 3 juga menerima tanggapan dari kelompok lain. Selanjutnya dari 98 kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh FS dan RDS. FS membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. RA, ICU, YF, FCY, dan YST menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 2 masih kurang. Guru menerima tanggapan siswa. Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari kelompok lain. Terakhir kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh IAR dan YST. IAR membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian YST membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi karena jawaban dari kelompok 3 dianggap benar oleh siswa lain. Guru mengkonfirmasi kekurangan jawaban kelompok 3 dan 2 tadi ditambahkan dengan jawaban kelompok 1. Sebagian besar jawaban siswa sudah benar. Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar. Penyebab masalah dalam LKS tersebut adalah kurang rasa tanggung jawab dan kejujuran dari Pak Johan. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru. 99 3 Kegiatan penutup Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai BPK. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Siswa menyatakan bahwa sudah paham dengan materi hari itu. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang KPU. Mata pelajaran PKn berada pada jam keempat dan kelima maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan pembelajaran selanjutnya. b Siklus II pertemuan 2 Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Februari 2016 dengan materi Komisi Pemilihan Umum KPU. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2x35 menit. Guru sebagai pengajar sedangkan peneliti sebagai observer kegiatan pembelajaran serta satu orang observer pendamping untuk membantu kegiatan observasi peneliti. 1 Kegiatan awal Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Selanjutnya, guru memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa. Peraturan 100 terbaru di SD Jeruksari bahwa sebelum pembelajaran dimulai, siswa dan guru wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Kemudian guru mempresensi kehadiran siswa. Semua siswa hadir sehingga jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Guru melakukan apersepsi mengaitkan materi dengan pemilihan kepala daerah di Gunungkidul beberapa waktu lalu. Guru bertanya, “Belum lama ini di kabupaten Gunungkidul mengadakan pemilihan kepala daerah, disingkat apa ?” IDP menjawab, “Pilkada pak”. Guru membenarkan jawaban IDP lalu berkata, “Lembaga yang mengurusi pilkada kemarin namanya apa ?” FS menjawab, “KPU pak”. Guru membenarkan jawaban FS kemudian menyampaikan bahwa hari itu akan mempelajari mengenai Komisi Pemilihan Umum KPU. 2 Kegiatan inti Guru meminta siswa membuka lembar materi pembelajaran yang sudah diberikan oleh peneliti mengenai lembaga KPU. Guru meminta peneliti menyiapkan lembar materi mengenai lembaga KPU sebagai bahan belajar siswa karena di buku paket PKn dan buku Lintas siswa tidak ada penjelasan lengkap mengenai lembaga KPU. Guru meminta siswa secara bergiliran membacakan materi dan siswa lain yang tidak membaca diminta menyimak. Suasana kelas 101 sangat tenang dan hening. Kelas sangat kondusif untuk pembelajaran. Guru menjelaskan kembali materi yang sudah dibacakan oleh siswa. Siswa memperhatikan dengan baik. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di papan tulis dan melakukan tanya jawab mengenai materi. Gambar 13. Guru Menjelaskan Materi Mengenai KPU Siswa dan guru telah melakukan tanya jawab, maka tindakan selanjutnya yang dilakukan guru dengan model pembelajaran CPS adalah sebagai berikut. a Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, FS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR, RA, ICU, YF, dan FCY. Siswa mudah dikondisikan untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh guru. 102 b Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca referensi. c Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi mengenai situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan masalah yang ada dalam LKS dan siswa lain menyimak. Guru meminta siswa lain mengulangi membaca. Guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah tindakan suap yang dilakukan oleh Pak Muhiddin dalam pemilihan ketua RT menggambarkan pelanggaran dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia. Pelaksanaan pemilihan ketua RT, Pak Somad bertindak sebagai orang yang dituakan di daerah tempat tinggal Pak Muhiddin sehingga memimpin jalannya pemilihan ketua RT. Hal tersebut sama seperti lembaga KPU di Indonesia yaitu melaksanakan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Masalah yang disajikan guru 103 tersebut siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut. Gambar 14. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukan oleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalam LKS dengan Menuliskan di Papan Tulis d Tahap keempat, siswa melakukan diskusi untuk menemukan penyebab timbulnya masalah yang terjadi kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Siswa terlihat sangat aktif pada diskusi kali ini dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Siswa terlihat sangat antusias mengerjakan LKS. Siswa sudah paham mengenai mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan guru. Seluruh siswa sudah terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Diskusi dalam kelompok 1, 2, dan 3 berjalan sangat baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari kesesuaian pendapat tersebut dengan 104 masalah yang dalam LKS. Penyebab dan solusi dari masalah yang dituliskan siswa dalam LKS lebih variatif dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Gambar 15. Diskusi dalam Kelompok 1 Berjalan Baik dan Siswa Terlihat Antusias Mengerjakan LKS Gambar 16. Diskusi dalam Kelompok 2 Berjalan Baik dan Siswa Terlihat Antusias Mengerjakan LKS Gambar 17. Diskusi dalam Kelompok 3 Berjalan Baik dan Siswa Terlihat Antusias Mengerjakan LKS 105 e Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh RFP dan IAR. RFP membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian IAR membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. Kelompok 2 dan 3 menanggapi bahwa kelompok 2 dan 3 sependapat dengan jawaban dari kelompok 1 karena jawaban kelompok 1 benar. Selanjutnya dari kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh FS dan RDS. FS membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. Kelompok 1 dan 3 menanggapi bahwa kelompok 1 dan 3 sependapat dengan jawaban dari kelompok 2 karena jawaban kelompok 2 benar. Terakhir kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh YF dan ICU. YF membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian ICU membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. Kelompok 1 dan 2 menanggapi bahwa kelompok 1 dan 2 sependapat dengan jawaban dari kelompok 3 karena jawaban kelompok 3 benar. Guru mengkonfirmasi 106 jawaban setiap kelompok bahwa jawaban semua kelompok benar. Penyebab masalah dalam LKS tersebut adalah ketidakjujuran, sombong, dan tidak mau menerima kekalahan dengan lapang dada. Siswa sudah mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi kemudian siswa memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru. 3 Kegiatan penutup Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai KPU. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Siswa menyatakan bahwa sudah paham dengan materi hari itu. Mata pelajaran PKn berada pada jam pertama dan kedua maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan pembelajaran selanjutnya. 3 Pengamatan Siklus II a Pengamatan guru siklus II Pertemuan 1 dan 2 pada siklus II, secara keseluruhan guru sudah melakukan pembelajaran dengan baik sesuai dengan RPP. Guru sudah menguasai penuh pembelajaran dengan menggunakan 107 model pembelajaran CPS. Guru memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa kemudian dilanjutkan dengan apersepsi. Setelah menyampaikan apersepsi guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru bertindak tegas dengan menegur dan menasehati siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa lain ketika pembelajaran berlangsung, sehingga siswa belajar dengan suasana yang tenang. Memasuki pembelajaran menggunakan model pembelajaran CPS, menjelaskan contoh mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi, sehingga siswa paham mengerjakan LKS. Tahap keempat, ketika proses diskusi siswa, guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dengan memperjelas masalah yang dihadapi. Guru mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja. Guru aktif mendatangi satu per satu kelompok untuk melihat proses diskusi siswa dalam kelompok. Pertemuan 1 dan 2, guru telah membimbing presentasi hasil diskusi siswa dengan baik. Guru juga menegur siswa yang mengobrol dengan teman sekelompoknya sehingga siswa tersebut kembali memperhatikan presentasi dari kelompok lain. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dengan jawaban yang benar. Jawaban semua kelompok benar dan guru memberikan pujian atas keberhasilan siswa. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Siswa diberi kesempatan bertanya 108 mengenai materi yang belum dipahami, namun siswa menyatakan sudah paham mengenai materi pada hari itu. Pembelajaran selesai kemudian dilanjutkan pembelajaran selanjutnya. b Pengamatan siswa siklus II 1 Pengamatan siswa pertemuan 1 Peneliti membuat tanda pengenal dalam bentuk name tag disertai perekat untuk menempelkannya pada baju siswa seperti pada pelaksanaan tindakan siklus I. Hal ini dilakukan agar dapat memudahkan peneliti untuk mangamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mempermudah mengamati keaktifan siswa, peneliti yang bertindak sebagai observer mengajak satu teman untuk menjadi observer pendamping. Peneliti mengamati siswa yang bernomor absen 1 sampai 7, observer lain bertugas mengamati siswa yang bernomor absen 8 sampai 14. Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn yang dilakukan dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn pada pertemuan 1 berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran CPS. Hasil pengamatan pada indikator 1 yang berbunyi terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah dengan 109 mengemukakan pendapat dalam kelompok, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat mengemukakan pendapat dengan benar namun sesekali dibantu oleh guru. Kegiatan ini, hanya beberapa siswa saja yang mengalami kesulitan mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan pada LKS karena sebelumnya guru sudah menjelaskan petunjuk kegiatan dengan memberikan contoh pengerjaannya. Masih ada beberapa siswa yang belum bisa mengemukakan pendapat, namun setelah dibantu oleh guru, siswa mulai paham mengenai masalah dalam LKS. Ada juga siswa yang bergurau dengan siswa lain, namun setelah ditegur oleh guru, siswa kembali berdiskusi dalam kelompok. Hasil pengamatan pada indikator 2 yang berbunyi menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat menanggapi dan menghargai pendapat siswa lain dalam kegiatan diskusi kelompok dengan benar dan kritis namun sesekali dibantu oleh guru. Siswa menanggapi pendapat siswa lain jika pendapat tersebut dianggap kurang tepat. Siswa juga cukup menghargai pendapat siswa lain dengan tidak mengejek pendapat siswa lain jika pendapat tersebut kurang tepat. 110 Hasil pengamatan pada indikator 3 yang berbunyi berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam diskusi kelompok, menunjukkan bahwa siswa mampu berdiskusi membuat alternatif solusi dengan benar dan kritis namun sesekali dibantu oleh guru. Siswa meminta bantuan kepada guru ketika mengalami kesulitan. Siswa sudah mengetahui apa saja solusi yang akan dituliskan namun beberapa siswa masih merasa kurang yakin atas pemikirannya sehingga siswa bertanya kepada guru. Hasil pengamatan pada indikator 4 yang berbunyi mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi presentasi dari kelompok lain, menunjukkan bahwa siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan runtut dan jelas namun ada jawaban yang kurang tepat. Selain itu, beberapa siswa sudah mampu menanggapi hasil presentasi dari kelompok lain. Presentasi dari masing-masing kelompok dibacakan oleh perwakilan kelompok. 2 Pengamatan siswa pertemuan 2 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada pertemuan 2 ini peneliti juga mengajak satu teman untuk menjadi observer yang bertugas mengamati sebagian siswa. Seperti biasa, peneliti mengamati siswa yang bernomor absen 111 1 sampai 7, observer lain bertugas mengamati siswa yang bernomor absen 8 sampai 14. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru sudah baik, terlihat siswa bersemangat dalam mendengarkan petunjuk kegiatan dari guru mengenai cara mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan dan solusi kreatif yang harus dituliskan. Sebagian besar siswa terlibat secara aktif terlihat dari kegiatan yang dilakukan seperti mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok, menghargai pendapat siswa lain, berdiskusi membuat solusi kreatif untuk menyelesaikan masalah yang disajikan, dan mempresentasikan hasil diskusi kemudian menanggapi presentasi kelompok lain. Data hasil observasi keaktifan siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus II menunjukkan bahwa skor akhir keaktifan siswa meningkat. Berdasarkan rata-rata siklus II, sudah memenuhi indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu ≥75 siswa memperoleh skor akhir 2.66. Skor akhir tersebut termasuk dalam kriteria baik. Secara lebih rinci sebagian besar keaktifan siswa setiap indikatornya mengalami peningkatan dari pertemuan 1 dan pertemuan 2, hal ini terlihat pada tabel di bawah ini. 112 Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran PKn Siklus II No. Nama Siswa Skor Jumlah Skor Skor Akhir Krite- ria Ket. Indika- tor 1 Indika- tor 2 Indika- tor 3 Indika- tor 4 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 1. RA 3 4 3 3 2 3 3 4 11 14 2,75 3,5 B SB B B 2. ICU 3 3 3 4 2 4 3 4 11 15 2,75 3,75 B SB B B 3. YF 2 3 2 3 2 3 3 4 9 13 2,25 3,25 C B BB B 4. ABB 2 3 3 3 3 3 2 4 10 13 2,5 3,25 B B BB B 5. BR 4 3 4 4 15 3,75 K SB BB B 6. BSN 3 4 3 3 2 4 3 4 11 15 2,75 3,75 B SB B B 7. IAR 2 3 3 4 3 3 3 4 11 14 2,75 3,5 B SB B B 8. IDP 3 4 3 4 3 3 4 4 13 15 3,25 3,75 B SB B B 9. RDS 3 3 3 4 3 3 2 4 11 14 2,75 3,5 B SB B B 10. RWD 3 4 3 3 3 4 4 4 13 15 3,25 3,75 B SB B B 11. RFP 4 4 3 4 15 3,75 K SB BB B 12. FCY 3 4 3 3 3 4 3 4 12 15 3 3,75 B SB B B 13. YST 2 3 2 3 3 3 3 4 10 13 2,5 3,25 B B BB B 14. FS 3 4 3 3 3 4 3 4 12 15 3 3,75 B SB B B Jumlah 32 50 34 47 32 48 36 56 134 201 33,5 50,25 Rata-rata 2,29 3,57 2,43 3,36 2,29 3,43 2,57 4 9,57 14,36 2,39 3,59 Tertinggi 3 4 3 4 3 4 4 4 13 15 3,25 3,75 Terendah 0 3 3 3 - 13 3,25 Siswa dalam kriteria Kurang K, Cukup C, Baik B, dan Sangat Baik SB. Siswa dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan jika mendapat skor akhir 2,66 dengan keterangan Berhasil B dan Belum Berhasil BB. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor akhir keaktifan siswa pada setiap pertemuannya. Pertemuan 1 terdapat 2 siswa yang tidak masuk sekolah sehingga mendapatkan skor 0 di setiap indikator lembar observasi keaktifan siswa. Pertemuan 1 terdapat 2 siswa termasuk dalam kriteria kurang aktif, 1 siswa termasuk dalam kriteria cukup aktif, dan 11 siswa termasuk dalam kriteria keaktifan yang baik. Pertemuan 2 terdapat 3 siswa termasuk dalam kriteria keaktifan yang baik 113 dan 11 siswa termasuk dalam kriteria keaktifan yang sangat baik. Apabila dilihat dari perolehan skor akhir keaktifan siswa, 2 siswa yang tidak masuk pada pertemuan 1 memiliki keaktifan yang sangat baik. Hal tersebut terbukti pada pertemuan 2, BR dan RFP memperoleh skor akhir 3,75 dengan kriteria sangat baik. Dilihat dari kemampuan siswa mencapai indikator keberhasilan, pada pertemuan 1 terdapat 9 siswa yang memperoleh skor 2,66 dan dinyatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan, sedangkan siswa yang belum berhasil sebanyak 5 siswa. Pertemuan 2 seluruh 14 siswa berhasil mencapai indikator keberhasilan. Berikut persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan pada siklus II. Tabel 10. Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan pada Siklus II Keterangan Frekuensi Persentase P1 P2 P1 P2 Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan 9 14 64,29 100 Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan 5 35,71 Berikut tabel perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan dari pra tindakan sampai siklus II. 114 Tabel 11. Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakan sampai Siklus II Keterangan Pra Tindakan Siklus I Siklus II Freku- ensi Persen- tase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan 1 4 7,14 28,57 9 14 64,29 100 Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan 14 100 13 10 92,86 71,43 5 35,71 0 Perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan dari pra tindakan sampai siklus II juga ditunjukkan dalam diagram di bawah ini. Gambar 18. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakan sampai Siklus II 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pra Tindakan Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 2 7,14 28,57 64,29 100 100 92,86 71,43 35,71 P e r s e n t a s e Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakan sampai Siklus II Berhasil Belum Berhasil 115 Diagram di atas menunjukkan persentase siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan mengalami peningkatan dan persentase siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan mengalami penurunan dari pra tindakan sampai siklus II. Persentase siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan pada pra tindakan sebesar 0 meningkat menjadi 7,14 pada siklus I pertemuan 1 kemudian meningkat lagi menjadi 28,57 pada siklus I pertemuan 2. Persentase siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan pada siklus II pertemuan 1 kembali meningkat menjasi 64,29 kemudian meningkat lagi menjadi 100 pada siklus II pertemuan 2. Persentase siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan pada pra tindakan sebesar 100 menurun menjadi 92,86 pada siklus I pertemuan 1 kemudian menurun lagi menjadi 71,43 pada siklus I pertemuan 2. Persentase siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan pada siklus II pertemuan 1 kembali menurun menjasi 35,71 kemudian menurun lagi menjadi 0 pada siklus II pertemuan 2. 4 Refleksi Siklus II Secara umum dalam pelaksanaan siklus II tidak ditemukan kendala yang serius, karena pelaksanaan siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Perbaikan yang diterapkan pada siklus II 116 antara lain guru bersikap tegas dengan memberi teguran dan nasehat terhadap siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung. Guru menasehati siswa agar mau berkelompok dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan dan tidak mengejek siswa yang berkelompok dengan lawan jenis. Guru menjelaskan dengan jelas dan rinci mengenai petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga seluruh siswa mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan oleh guru. Guru lebih aktif membimbing siswa dalam diskusi dan membantu kesulitan siswa sehingga tidak ada lagi siswa yang kesulitan menyelesaikan masalah. Guru menegur dan memberi nasehat bagi kelompok yang tidak memperhatikan dan ikut menanggapi dalam kegiatan presentasi hasil diskusi. Menurut indikator keberhasilan yang sudah ditentukan oleh peneliti, penelitian ini dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya 75 siswa memperoleh skor akhir 2,66. Skor akhir tersebut termasuk dalam kriteria baik. Hasil penelitian siklus II menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 terdapat 9 64,29 siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 14 100 siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian. Peningkatan keaktifan siswa pada setiap siklusnya sesuai dengan pendapat dari Sujarwo 2011: 179- 180 yaitu pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran CPS 117 menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran karena guru lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk belajar mandiri dan mengeksplorasi kemampuannya dalam pembelajaran. Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental untuk mendapatkan dan menemukan suatu jawaban, gagasan, penyelesaian masalah, dan pernyataan serta mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Melalui berpikir kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, namun siswa juga berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang, memiliki banyak ide, mampu mengelaborasi beberapa pendapat, suka bermain, dan intuitif. Memecahkan masalah secara kreatif merupakan proses menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan kreatif yang menurut Guilford Sujarwo, 2011: 172 tercermin dalam lima perilaku antara lain 1 fluency yaitu kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, 2 fleksibility yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda dalam mengatasi masalah, 3 originality yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang jarang atau langka dan berbeda dengan jawaban siswa lain pada umumnya, 4 elaboration yaitu siswa mampu menyatakan gagasan secara terperinci. Siswa yang kreatif tidak sekedar mengemukakan ide, 118 tetapi juga mengembangkan gagasan yang dikemukakan, dan 5 sensitivity yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. Teori-teori di atas sudah diterapkan dalam penelitian tindakan siklus II dan terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa pada setiap pertemuannya. Oleh sebab itu, penelitian tindakan siklus II dinyatakan berhasil sehingga tidak perlu dilakukan penelitian tindakan lanjutan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving CPS secara keseluruhan terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa. Siswa merasa tertarik dan senang mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn dengan menggunakan model pembelajaran CPS. Menggunakan model pembelajaran CPS siswa tidak merasa bosan selama kegiatan pembelajaran berlangsung karena kegiatan pembelajaran terasa menyenangkan. Materi yang disampaikan melalui model pembelajaran CPS menjadi lebih mudah dipahami dan mudah diingat. Nilai tambah dari guru bagi siswa yang berpartisipasi semakin menambah keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Waluyo Adi 2000: 17-18 mengenai penerapan prinsip keaktifan siswa oleh guru dalam kegiatan pembelajaran antara lain. a. Menggunakan metode dan media yang bermacam-macam dalam 119 pembelajaran pada siswa secara individu maupun kelompok. b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok dan bertanya jawab. c. Memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari materi dan hal-hal yang belum dipahami. d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan dan penyelesaian masalah secara berkelompok. Guru dalam penelitian ini berusaha menerapkan prinsip keaktifan tersebut dengan menggunakan model pembelajaran CPS, sehingga terbukti jika keaktifan siswa mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi awal dan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil pengamatan secara keseluruhan pada setiap siklus, terlihat jika selama penelitian berlangsung siswa di kelas IV SD Negeri Jeruksari dalam pembelajaran PKn semakin aktif untuk turut serta dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yang dapat dilihat dari hasil diskusi. Selain itu melalui kegiatan diskusi siswa dilatih untuk terlibat dalam pemecahan masalah dan mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Kegiatan tanya jawab dan presentasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru atau siswa lain. Berdasarkan penjelasan di atas, di sinilah peranan model pembelajaran CPS yaitu melibatkan siswa secara aktif dan berpikir kreatif dalam pembelajaran dengan menyelesaikan masalah. Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran PKn sangat penting karena dalam PKn banyak materi- 120 materi mengenai pemecahan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari- hari seperti musyawarah, demokrasi, penerapan sikap kejujuran, kedisiplinan, dan lain sebagainya. Memecahkan masalah secara kreatif merupakan proses menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan kreatif yang menurut Guilford Sujarwo, 2011: 172 tercermin dalam lima perilaku antara lain 1 fluency yaitu kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, 2 fleksibility yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda dalam mengatasi masalah, 3 originality yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang jarang atau langka dan berbeda dengan jawaban siswa lain pada umumnya, 4 elaboration yaitu siswa mampu menyatakan gagasan secara terperinci. Siswa yang kreatif tidak sekedar mengemukakan ide, tetapi juga mengembangkan gagasan yang dikemukakan, dan 5 sensitivity yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. Siswa sebagai subjek didik yang merencanakan dan melaksanakan belajar. Proses pembelajaran kreatif, guru dapat mendorong keluarnya pendapat siswa dan kreativitas siswa sehingga siswa dapat mengemukakan alternatif pemecahan masalah yang beragam. Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut akan membuat siswa berantusias dan membuat pembelajaran PKn lebih bermakna sehingga pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Hasil penelitian melalui pengamatan secara lebih rinci akan dijelaskan pada setiap pertemuan dalam setiap siklus. Siklus I siswa masih sulit dikondisikan untuk berkelompok dengan anggota kelompok yang telah 121 ditentukan oleh guru sesuai dengan tingkat prestasi, dimana dalam satu kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang, dan kurang pandai. Beberapa siswa masih ada yang protes karena siswa cenderung masih membeda- bedakan teman dan lawan jenis. Beberapa siswa bahkan saling mengejek sehingga suasana kelas menjadi ramai. Membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengkondisikan siswa karena guru kurang tegas terhadap siswa yang membuat keributan. Guru kurang maksimal dalam menjelaskan petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa sehingga siswa masih terlihat kebingungan maksud dari mengidentifikasi penyebab masalah yang disajikan guru. Siswa diminta untuk mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan guru, namun sebagian besar siswa masih terlihat kebingungan sehingga siswa menuliskan kembali masalah yang sebenarnya sudah tertulis dalam LKS. Selanjutnya, guru menyajikan masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dengan membagikan LKS. Beberapa siswa diminta bergantian membacakan masalah yang tersaji dalam LKS kemudian guru mempertegas masalah yang tersaji dalam LKS tersebut. Berdasarkan kegiatan di atas, beberapa kegiatan tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sujarwo 2011: 179-180 mengenai model pembelajaran CPS menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran karena guru lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar. Menurut teori tersebut, siswa diberikan kesempatan untuk belajar mandiri dan mengeksplorasi kemampuannya dalam pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator, menyediakan sumber belajar, petunjuk belajar, langkah-

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Ipa Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Siswa Kelas IV SD N

0 0 14

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Ipa Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Margorejo Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 8

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Ipa Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Siswa Kelas IV SD N

0 0 13

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA APLIKASI PENGOLAH ANGKA.

0 1 45

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN - repository perpustakaan

0 0 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN - repository perpustakaan

0 0 76

B. KOMPETENSI DASAR - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN - repository perpustakaan

0 0 150