Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

43 1 kali pertemuan untuk posttest. Peneliti menggunakan dua kelas yang dijadikan sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-5 sebagai kelas kontrol yang ditetapkan sebelum awal penelitian dilakukan. Soal pretest dan posttest memiliki kisi-kisi yang sama namun urutan soal dan redaksi soal dibedakan untuk menghindari siswa yang menghafal soal saat pretest. Kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization TAI. Salah satu yang membedakan pembelajaran antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah pada setiap pertemuan siswa diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang didalamnya memuat langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization TAI. Soal- soal yang terdapat dalam LKS merupakan soal-soal yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization TAI dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis. Akan tetapi, pada pertemuan pertama dikelas siswa masih terlihat bingung dengan pembelajaran yang digunakan. Ketika tahap individu siswa masih bertanya pada teman bagaimana mencari solusi ilustrasi yang diberikan. Kemudian ketika guru menunjuk siswa untuk mempresentasikan jawaban individunya untuk dibahas bersama, siswa masih kesulitan untuk mengungkapkan alasan atas jawabannya. Ketika tahap memeriksa jawaban individu teman sekelompok siswa masih sulit menganalisis jawaban temannya, sehingga dipertemuan pertama sangat menghabiskan banyak waktu untuk membimbing mereka. Waktu yang diberikan untuk kuis di akhir pertemuan kurang maksimal. Pada pertemuan selanjutnya sampai terakhir, siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran TAI dan mereka mulai memahami cara menganalisis jawaban teman dan mampu menerapkan kemampuan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang baru. Dan guru dapat meminimalisir bantuan selama proses belajar. Pada kelas kontrol peniliti tidak memberikan LKS namun soal yang diberikan kepada kelas kontrol sama dengan soal-soal yang terdapat 44 pada LKS yang diberikan di kelas eksperimen. Soal-soal tersebut peneliti berikan sebagai soal latihan dan dikerjakan secara individu. Pada kedua kelas memang terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, namun peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa paling tinggi terdapat pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata peningkatan sebesar 0,590.

2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Per-Indikator

Data hasil skor akhir kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kontrol tiap-tiap indikator disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.10 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kritis No. Indikator Skor Ideal Esperimen Kontrol Jumlah Skor Siswa ̅ Jumlah Skor Siswa ̅ 1 Elementary clarification mengidentifikasi permasalah 6 195 4,24 70,65 158 3,51 58,52 2. Strategies and tactics membuat langkah penyelesaian masalah 3 82 1,78 59,42 78 1,73 57,78 3 Advanced clarification mengklarifikasi suatu pernyataan 6 214 4,65 77,54 168 3,73 62,22 4. Inference membuat kesimpulan secara generalisasi 3 78 1,70 56,52 69 1,53 51,11 Total 18 569 12,37 68,72 473 10,51 58,40 45 Tabel 4.10 menunjukan bahwa terdapat perbedaan perolehan nilai rata- rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol yang ditinjau dari empat indikator kemampuan berpikir kritis. Pada tabel terlihat bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol untuk setiap indikatornya, hal tersebut menunjukan bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis matematis yang lebih tinggi dibandingan dengan kelas kontrol. Selisih rata- rata tertinggi terdapat pada indikator advanced clarification. Tabel 4.11 Deskripsi Gain Ternormalisasi Pada Indikator Berpikir Kritis Matematis No. Indikator Gain Eksperimen Kategori Gain Kontrol Kategori 1 Elementary clarification mengidentifikasi permasalah 0,612 Sedang 0,407 Sedang 2. Strategies and tactics membuat langkah penyelesaian masalah 0,528 Sedang 0,477 Sedang 3 Advanced clarification mengklarifikasi suatu pernyataan 0,688 Sedang 0,474 Sedang 4. Inference membuat kesimpulan secara generalisasi 0,259 Rendah 0,283 Rendah Rata – rata 0,590 Sedang 0,434 Sedang Tabel 4.11 menunjukan bahwa terdapat perbedaan perolehan skor gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol yang ditinjau dari empat indikator kemampuan berpikir kritis. Dari empat indikator terdapat tiga indikator kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen yang memiliki skor gain lebih tinggi dari skor gain tiga indikator berpikir kritis matematis kelas kontrol, yaitu indikator Elementary clarification mengidentifikasi permasalah,

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

0 6 88

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Peningkatan Kreativitas Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa K

0 1 17

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ( TAI ) Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization ( TAI ) Dengan Pemanfaatan Media Komik

0 0 18

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ( TAI ) Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization ( TAI ) Dengan Pemanfaatan Media Komik

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONCEPT SISWA SMP.

0 5 57

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATANOPENENDED.

17 35 70

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Assisted Individualization) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

1 1 17