38 Anak usia TK, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan
kosakata secara mengagumkan. Sedangkan menurut Nurbiana Dhieni 2005: 3.1 anak usia 4-5 tahun rata-rata dapat menggunakan 900 sampai 1000
kosakata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat yang berbentuk kalimat pernyataan, negatif, tanya, dan perintah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa anak dimulai dari pengenalan dan memproduksi suara berupa jeritan
atau tangisan. Tangisan tersebut dijadikan oleh anak untuk mengkomunikasikan apa yang mereka alami. Kemudian di setiap tahap
mulai berkembang kosa kata yang berbeda dan akhirnya anak mengucapkan apa yang ada pada dirinya secara spontan. Selanjutnya anak memilih kata
untuk mengapresiasikan apa yang mereka lihat.
4. Unsur-unsur Perkembangan Bahasa
Kurikulum Taman Kanak-Kanak tentang Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di taman kanak-kanak Kemendiknas: 2010: 17
bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas
sesuai dengan tahap perkembangan anak. Aspek perkembangan berbahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang
sederhana secara tepat, mampu berbicara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
39 Nurbiana Dhieni 2005: 3.14 menjabarkan perkembangan bahasa
anak terdiri dari menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Proses psikologis dari menyimak dimulai dari kesadaran dan perhatian seseorang tentang suara atau pola
pembicaraan menerima, yang dilanjutkan dengan identifikasi dan pengenalan sinyal auditori spesifik penguraian makna, dan berakhir
pemahaman mengerti, Sharoon E. Smaldino, Deborah L. Lowther, dan James D. Russel, 2011: 381.
Menyimak melibatkan proses menginterpretasikan dan menterjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu.
Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan.
Menurut Henry Guntur Tarigan 2008: 64 menyimak pada anak TK diantaranya mampu menyimak teman sebaya dalam kelompok bermain,
mampu mengembangkan perhatian yang amat panjang terhadap cerita atau dongeng, dan dapat mengingat petunjuk yang ada.
Menyimak merupakan kemampuan lisan yang bersifat reseptif, dimana terjadi proses mendengarkan secara aktif dan kreatif dalam
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan dan juga memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Bromley dalam Nurbiana
Dhieni 2005: 3.16 mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi
40 ketika anak sebagai penyimak menggunakan kesadaran akan adanya bunyi
suara yang diterima telinga kemudian membedakan persamaan dan perbedaan suara tersebut kemudian menterjemahkannya menjadi kata yang
bermakna melalui pemahaman. Jadi, sebagai penyimak aktif bukan hanya menterjemahkan pesan, namun dengan mendengarkan, mengidentifikasi arti
dan suara bahasa yang disampaikan. Pada tingkat pemahaman sebagai penyimak aktif ditunjukkan anak-anak dengan dapat menjawab pertanyaan
sesuai pertanyaan dengan tepat yang disampaikan oleh guru. Nurbiana Dhieni 2005: 3.17 mengatakan penyimak aktif dapat
memusatkan perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara, sikap atau keadaan fisik yang ditunjukkan yaitu dengan memperhatikan bahasa
tubuh dan ekspresi wajah pembicara, dan memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan yang mereka pikirkan. Pada tingkat ini, anak-
anak dikatakan menyimak apabila pandangan mata dan ekspresi wajah memperhatikan orang yang bicara, begitupun saat mendengarkan audio
mereka tetap memperhatikan narator yang menyampaikan cerita. Anak yang berkembang keterampilan menyimaknya, akan
berpengaruh terhadap keterampilan berbicaranya, karena perkembangan menyimak dan berbicara berkaitan satu sama lain. Berbicara bukanlah
sedekar pengucapan kata atau bunyi, namun suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan
pikiran, ide, ataupun perasaan. Pengertian berbicara anak usia dini menurut
41 Syakir Abdul 2002: 30 adalah suatu ungkapan dan kata yang digunakan
untuk merespon semua tuntutan atas dirinya, melakukan aneka tindakan, dan memberikan tanggapan yang selaras dengan perintah atau larangan.
Kemudian menurut Danar Santi 2009: 55 jika anak sering terbata-bata dalam berbicara atau mengulang kata tertentu yang tidak punya arti dan cara
anak berbicara anak yang terputus-putus berarti anak belum lancar dalam berbicara. Kemudian Sabarti Akbadiah 1992: 154-160 menjelaskan
terdapat penunjang dalam keterampilan berbicara, diantaranya: a.
Aspek kebahasaan 1
Ketepatan bahasa. Anak harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan jelas.
2 Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai
akan menjadi daya tarik dalam berbicara. 3
Penggunaan kata dan kalimat. Penggunaan kata sebaiknya dipilih yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks kalimat.
b. Aspek Non Kebahasaan
1 Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Sikap wajar berarti
berpenampilan apa adanya, tidak dibuat-buat. Sikap tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup, dan
tidak tergesa-gesa.
42 2
Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara. Hal ini dilakukan agar lawan bicara memperhatikan topik yang sedang dibicarakan
serta lawan bicara merasa dihargai. 3
Ketersediaan menghargai pendapat orang lain. Belajar menghormati pemikiran orang lain dapat dilakukan dengan
menghargai pendapat orang lain. 4
Kenyaringan suara. Hal ini harus disesuaikan dengan situasi, tempat, dan ruang dengar yang ada.
5 Kelancaran dan penalaran yaitu hal yang disampaikan memiliki
urutan yang runtut dan memiliki arti yang logis serta adanya saling keterkaitan dari hal yang disampaikan.
Sejalan dengan Sabarti Akbadiah mengenai penunjang dalam keterampilan berbicara, Nurbiana Dhieni 2005: 3.5 mengungkapkan hal
yang sama yaitu faktor yang dijadikan tolak ukur kemampuan berbicara sesorang terdiri dari dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek
kebahasaan meliputi: 1 ketepatan ucapan; 2 penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; 3 pilihan kata; 4 ketepatan sasaran
pembicaraan. Sedangkan aspek non kebahasaan meliputi: 1 sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat; 2 kesediaan menghargai
pembicaraan maupun gagasan orang lain; 3 kenyaringan suara dan
43 kelancaran dalam berbicara; 4 relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap
topik tertentu. Menulis diartikan sebagai suatu kegiatan membuat pola atau
menghasilkan kata-kata, atau menandai dengan pena atau pensil. Menurut Henry Guntur Tarigan 2008: 3 menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Pembelajaran di TK hanya
mengajarkan tentang keterampilan pada anak sebagai persiapan untuk belajar membaca. Membaca memiliki tiga tahap, yang pertama adalah suatu
proses mengkonstruksikan arti dimana terdapat interaksi antara tulisan yang dibaca dengan pengalaman yang pernah didapat. Tahap kedua memastikan
arti tulisan yang diprediksi sebelumnya sehingga diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya. Tahap ketiga mengintegrasikan informasi
baru dengan pengalaman sebelumnya. Perkembangan tersebut perlu diketahui karena memiliki hubungan
yang berkaitan. Dalam penelitian ini tidak semua perkembangan dapat dilaksanakan karena peneliti memfokuskan pada perkembangan bahasa
khususnya menyimak dan berbicara. Menyimak dan berbicara adalah dua hal yang tak terpisahkan. Kegiatan menyimak pastilah didahului kegiatan
berbicara, begitu pula berbicara biasanya disertai dengan kegiatan menyimak Henry Guntur Tarigan, 2008: 86.
44 Perkembangan berbahasa pada anak TK Depdiknas, 2007: 3
menekankan pada mendengar dan berbicara, sehingga anak dapat: a.
Mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan merespon dengan tepat. b.
Berbicara dengan penuh percaya diri. c.
Menggunakan bahasa untuk mendapatkann informasi, berkomunikasi yang efektif dan interaksi social dengan orang lain.
d. Menikmati buku, cerita, dan irama.
e. Mengembangkan kesadaran bunyi.
Sedangkan perilaku yang dapat dilakukan oleh anak melalui menyimak dan berbicara antara lain:
a. Melakukan kontak mata ketika mendengar atau mulai bicara.
b. Memberi perhatian ketika mendengarkan sebuah cerita.
c. Merespon sumber bunyi atau suara.
d. Menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang.
e. Menyampaikan pesan sederhana dengan akurat.
f. Membuat pertanyaan sederhana.
g. Merespon ketika diajak berbicara atau ditanya.
h. Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana.
i. Berbicara tentang pengalaman pribadi, perasaan, dan ide.
j. Menceritakan kembali cerita dan peristiwa tertentu secara sederhana.
k. Membedakan antara bunyi suara dan irama dalam kata-kata.
Berdasarkan uraian yang disampaikan, maka dalam penelitian ini perkembangan bahasa yang diteliti yaitu menyimak dan berbicara.
Menyimak dalam penelitian ini terdiri atas sikap dan pemahaman. Sikap ditunjukkan dengan pandangan mata memperhatikan orang yang berbicara
dan konsentrasi dalam memahami arti informasi yang disampaikan. Kemudian melalui pemahaman dapat membedakan persamaan dan perbedan
suara dengan ditunjukkan anak-anak dapat menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan secara tepat yang disampaikan oleh guru.
45 Sedangkan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan dan non
kebahasaan. Kebahasaan terdiri dari ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada dan intonasi, serta penggunaan kata dan kalimat. Kemudian non
kebahasaan terdiri dari kenyaringan suara dan kelancaran.
5. Penilaian dalam Perkembangan Bahasa