Teori Hukum Alam Teori Positivisme Teori Madzab Wiena Teori Madzab Prancis

Hukum Alam Hukum Internasional mendapat dukungan dari beberapa orang, antara lain dari Thomas Hobbes, Pfuffendorf, dan Bentham. Pendapat Austin mi didasarkan pada pengertiannya tentang hukum. Hukum menurutnya adalah hasil surat-surat perintah dari otoritas legislatif yang tegas. kelemahan pandangan ini terletak pada persoalan kelembagaan. Artinya, hukum harus merupakan produk sebuah lembaga legislatif. Pandangan Austin tersebut tidak dapat dibenarkan sebab dalam kenyataannya hukum internasional berfungsi sebagai hukum koordinatif dalam masyarakat internasional. Hukum internasional sebagai hukum dinyatakan mengikat masyarakat Internasional dengan dasar-dasar teoretik sebagai berikut.

a. Teori Hukum Alam

Teori ini menyatakan bahwa hukum internasional tidak lain merupakan hukum alam yang diterapkan pada masyarakat Bangsa- Bangsa. Tokoh yang mengembangkan teori ini ialah Grotius. Konstruksi teori tnt dapat digambarkan dalam skema di bawah ini.

b. Teori Positivisme

Teori ini menggariskan bahwa hukum internasional mengikat karena adanya kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Teori ini dikembangkan dengan mendasarkan pada filsafat Hegel. Namun dalam kenyataannya ada beberapa variasi dalam pengembangan teori ini sesuai dengan tokoh yang mengembangkannya. 1 George Jellineok menyatakan bahwa hukum internasional dipandang sebagai sesuatu yang telah diterima dan telah membatasi diri secara sukarela autolimitaion. 2 Zorn dengan pendapatnya bahwa hukum internasional sebagai bagian dan hukum nasional hukum tata negara yang mengatur hubungan luar negara. 3 Trieppel berpendapat bahwa kekuatan mengikat hukum internasional berasal dan kemauan bersama negara-negara vereinbarung. 4 Anzilotti menyatakan bahwa kekuatan mengikat hukum internasional adalah pacta aunt aervanda.

c. Teori Madzab Wiena

Teori ini berpendapat bahwa kekuatan mengikat hukum internasional didasarkan pada suatu kaidah yang lebih tinggi dan sebagai puncaknya adalah kaidah dasar grundnorm. Tokoh teori ini ialah Hans Kelsen dengan pendapatnya bahwa kaidah dasar tersebut adalah pacta sunt servanda.

d. Teori Madzab Prancis

Teori ini menyatakan bahwa dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional adalah fakta-fakta kemasyarakatan. Tokoh yang mengembangkan teori ini antara lain Fauchile, Scelle, den Leon Duquit. Teori ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut. MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 430 Volunterim e Pandangan terhadap Hukum Internasional Objektivisme Kemauan Negara Positivism e Dualisme Terlepasnya dari Kemauan Negara Hukum Alam Mzh. Wiena Mzh. Perancis Monisme 4. Hubungan Antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional Hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional dapat digambarkan dalam skema berikut ini. Aliran Dualisme menyatakan, bahwa hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem hukum yang terpisah. Alasan yang mendukung Aliran Dualisme tersebut adalah: a. Sumber hukum yang digunakan oleh hukum internasional dan hukum nasional berlainan. Hukum nasional bersumberkan kepada kemauan warga negara kemauan negara itu sendiri. Sedangkan hukum internasional melandaskan diri kepada kemauan bersama dan negara-negara. b. Subjek hukum dari hukum internasional berbeda dengan subjek hukum dari hukum nasional. Subjek hukum dari hukum nasional adalah perorangan individu dan subyek hukum dari hukum internasional yang terutama adalah negara. c. Dilihat dan tata hukumnya, lembaga hukum dalam hukum nasional lebih sempurna dibandingkan dengan lembaga hukum dalam hukum internasional. d. Dalam kenyataan, daya laku hukum nasional tidak terpengaruh pada hukum internasional. Sebagai akibat dianutnya Aliran Dualisme tersebut terdapat konsekuensi- konsekuensi sebagai berikut. a. Hukum nasional tidak didasarkan kepada hukum internasional, demikian berlaku untuk sebaliknya. b. Tidak terdapat pertentangan antara hukum nasional dan hukum internasional. c. Hukum internasional memerlukan transformasi untuk menjadi hukum nasional. Aliran Monisme menyatakan, bahwa hukum internasional dan hukum nasional merupakan kesatuan sistem hukum. Sebagai kesatuan hukum antara hukum internasional dan hukum nasional dalam praktiknya terdapat pengutamaan-pengutamaan. Pengutamaan hukum internasional atau hukum nasional dalam Aliran Monisme dapat dilihat dalam skema berikut ini. Persoalan Negara Persoalan Manusia Makhluk Sosial MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 431 Aliran monisme dengan primat pada hukum nasional menyatakan, bahwa hukum internasional merupakan kelanjutan dan hukum nasional. Atau hukum internasional merupakan hukum nasional untuk urusan luar negeri. Alasan pandangan ini kanena 1 tidak ada organisasi di atas negara dan 2 hukum internasional mengikat karena adanya wewenang negara wewenang konstitusional untuk mengadakan perjanjian internasional. Kelemahan dipraktikkannya aliran monisme dengan primat hukum nasional ini adalah 1 hanya memandang hukum yang tertulis saja dan 2 menyangkal adanya hukum internasional. Aliran monisme dengan primat hukum internasional menyatakan, bahwa: 1 hukum nasional bersumber pada hukum internasional, 2 hukum internasional lebih ttnggt dari hukum nasional, dan 3 hukum nasional tunduk pada hukum internasional dengan pendelegasian. Alasan yang mendasari pemikiran aliran monisme dengan primat hukum tnternasional ini talah logis bahwa hukum internasional yang lebih luas cakupannya dibanding hukum nasional memiliki kedudukan yang lebih tinggt dari hukum nasional. Namun dalam praktiknya pandangan ini juga tidak terlepas dari kelemahan- kelemahan berikut: 1 kenyataan hukum internasional tidak lebih dulu ada dibanding hukum nasional dan 2 kekuatan mengikat hukum nasional tidak berasal dari hukum internasional. Akibat yang timbul dengan dianutnya aliran monisme dalam melihat hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional adalah dimungkinkannya hubungan hirarkhis antara keduanya. Bagaimanakah praktik dari beberapa negara dalam melihat hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional dapat diamati dari praktek hukum masing-masing negara tersebut. Dalam hal ini dimungkinkan adanya perbedaan prinsip yang dianut oleh tiap-tiap negara dalam menerapkan hukum internasional ke sistem hukum nasionalnya.

5. Sumber Hukum Internasional