ABM perlu senantiasa memastikan bahwa perjanjian operasi baru tidak bertentangan
dengan seluruh undang-undang pertambangan dan peraturan pelaksanaannya yang berlaku,
termasuk yang baru diterbitkan. Tidak ada jaminan bahwa ABM dapat mengadakan
pengaturan kontrak baru atau mengubah kontrak yang ada agar dapat meminimalkan dampak
peraturan baru tersebut terhadap kegiatan operasionalnya.
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menyebabkan dampak negatif yang material
terhadap kegiatan operasional, arus kas, kondisi keuangan, dan hasil usaha ABM.
ABM memitigasi risiko perubahan perundang- undangan dengan senantiasa mengikuti
perkembangan terkini di bidang tersebut.
3. Risiko Fluktuasi Harga Bahan Bakar Minyak BBM
Kontributor terbesar terhadap beban operasional dalam kegiatan penambangan batubara ABM
adalah bahan bakar minyak BBM. Sebagai komoditas yang sangat penting di dunia dan yang
luktuasi harganya sewaktu-waktu dapat menjadi sangat liar, BBM sangat menentukan besar
atau kecilnya beban operasional yang harus dibayarkan ABM dalam suatu periode tertentu.
Secara historis, ABM tidak memiliki lindung nilai atas risiko harga BBM dan oleh karena itu tidak
terlindungi dari perubahan yang tajam dalam harga BBM.
Kenaikan harga BBM yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif yang material
terhadap kegiatan operasional, arus kas, kondisi keuangan, dan hasil usaha ABM.
Sebagai langkah mitigasinya, ABM terus berupaya mengurangi ketergantungannya terhadap BBM
dengan mempertimbangkan pengembangan pembangkit listrik bertenaga batubara.
ABM must always ensure that new operating agreements are not in conlict with the prevailing
mining laws and their implementing regulations, including the recently published ones. There is no
guarantee that ABM can enter into a new contract arrangement or change an existing contract in
order to minimize the impact of new regulations on its operations.
The issues mentioned above may cause a signiicantly adverse efect on ABM’s operations,
cash lows, inancial condition and operational results.
ABM mitigates the risk of changes in regulations by always staying abreast with the latest
developments in the regulatory sphere.
3. Risk of Fuel Price Fluctuations
The primary contributor to operating expenses in ABM’s coal mining operations is fuel. As one of the
most important commodities in the world, whose price may at times luctuate wildly, fuel is a highly
decisive factor in determining the amount of operating expenses to be paid by ABM for a given
period. Historically, ABM has never resorted to hedging its risk of fuel prices and therefore is not
protected from signiicant changes in fuel prices.
A steep rise in fuel price may cause a material adverse efect on ABM’s operations, cash lows,
inancial condition and operational results.
As a mitigation, ABM continues to reduce its dependence on fuel among others by considering
the development of coal-ired power plants.
4. Risiko Perubahan Cuaca
Kegiatan penambangan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, khususnya hujan deras, yang
dapat memperpanjang durasi pengangkutan batubara dan mengurangi eisiensi peralatan dan
atau menghentikan aktivitas pengupasan tanah, penambangan batubara, dan pengangkutan
batubara. Kondisi kemarau juga dapat menimbulkan risiko tersendiri, yaitu kebakaran
hutan dan kelangkaan air di pelabuhan bongkar muat di Bunati, Kalimantan Selatan, yang
digunakan untuk operasi bongkar muat batubara. Perubahan cuaca yang tidak diantisipasi oleh
ABM dapat menimbulkan dampak negatif yang material terhadap kegiatan operasional, arus kas,
kondisi keuangan, dan hasil usaha ABM. ABM memitigasi risiko ini dengan cara melakukan
penambangan batubara yang lebih intensif di musim kemarau sehingga pada saat di musim
hujan terdapat pasokan batubara yang cukup bagi pelanggan
5. Risiko Ekspansi Pertambangan Batubara
ABM melakukan ekspansi bisnis pertambangan batubaranya sejalan dengan kemampuan rantai
logistik batubara yang tengah dikembangkan menjadi rantai logistik yang terintegrasi. Hal
ini bergantung pada kemampuan ABM untuk mengeksploitasi cadangan batubara yang telah
ada, serta mengoperasikan dan memelihara rantai logistik batubara yang baru.
Kemampuan ABM untuk meningkatkan kapasitas produksinya dalam jangka waktu tertentu turut
bergantung pada sejumlah risiko tambahan, antara lain penundaan perolehanperpanjangan
perizinan dari Pemerintah, ketidakmampuan ABM untuk melakukan integrasi fasilitas produksi baru
dengan cepat dan eisien, kesulitan memperoleh suku cadang, kesulitan pendanaan dan arus
kas, dan masalah-masalah lain yang sifatnya eksternal terhadap kendali ABM.
4. Risk of Climate Change
Mining activity is greatly inluenced by weather conditions, in particular heavy rain, which can
delay the transport of coal and reduce equipment eiciency andor stop the activities of topsoil
stripping, coal extraction, and coal transportation. Prolonged drought may also pose a risk of forest
ire and water scarcity at the Bunati Port in South Kalimantan, which is used for loading and
unloading of coal.
Changes in weather that are not anticipated by ABM may cause a material adverse efect on
ABM’s operations, cash lows, inancial condition and operational results.
ABM mitigates this risk by carrying out coal mining more intensively in the dry season, so
that there would be suicient coal supply for customers throughout the rainy season.
5. Risk of Coal Mining Expansion
ABM expands its coal mining business in line with the capability of the coal logistics chain, which
is currently being developed into an integrated chain. This in turn relies on ABM’s ability to exploit
existing coal reserves, as well as to operate and maintain the new coal logistics chain.
ABM’s capability to increase its production capacity within a certain period of time is also
subject to a number of additional risks, including delays in acquisitionextension of licensing from
the Government, ABM’s inability to integrate new production facilities quickly and eiciently,
diiculty in obtaining spare parts, inancing and cash low diiculties, and other problems that are
beyond ABM’s control.