Teknik Penerjemahan Literal HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

teknik penerjemahan yang terdapat dalam kalimat-kalimat yang terdapat pada penggalan teks terjemahan non fiksi Translation Competence and Language Awareness dan kalimat-kalimat yang terdapat pada penggalan teks fiksi The Elves and The Shoemaker yang dihasilkan oleh penerjemah individu dan penerjemah kelompok.

4.1.2.1 Teknik Penerjemahan Individu

Pada analisis teknik penerjemahan yang terdapat dalam terjemahan kalimat-kalimat yang terdapat pada penggalan teks non-fiksi Translation Competence and Language Awareness oleh penerjemah individu, peneliti menemukan 7 jenis teknik penerjemahan meliputi teknik penerjemahan literal, reduksi, transposisi, amplifikasi, pure borrowing, establish equivalence, dan teknik natural borrowing. Dari 7 jenis teknik penerjemahan yang terdapat dalam kalimat-kalimat yang terdapat pada penggalan teks terjemahan tersebut, ditemukan beberapa teknik yang terdapat dalam satu kalimat. Berikut beberapa contoh teknik penerjemahan yang terdapat dalam kalimat-kalimat yang terdapat pada penggalan teks terjemahan tersebut.

a. Teknik Penerjemahan Literal

Data 01 TCLA Teks BSu Teks Bsa Translation Competence and Language Awareness Kompetensi Penerjemahan dan Kesadaran Bahasa. Kalimat pada data 01 TCTL yang merupakan judul dari penggalan teks artikel non fiksi yang diterjemahkan oleh penerjemah individu di atas merupakan jenis terjemahan yang menggunakan teknik penerjemahan literal. Dalam kasus ini, teknik yang terdapat dalam terjemahan ini sama seperti strategi penerjemahan yang diterapkan penerjemah dalam proses menerjemahkannya. Teknik penerjemahan literal bisa dilihat dari terjemahannya yakni kalimat dalam BSu Translation Competence and Language Awareness dan dalam BSa Kompetensi Penerjemahan dan Kesadaran Bahasa. Tampak bahwa terdapat kesamaan struktur bahasa antara teks asli BSu dengan teks terjemahannya BSa. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa teknik terjemahan yang terdapat dalam kalimat di atas adalah teknik penerjemahan literal karena kalimat tersebut tidak mengalami perubahan struktur bahasa pada BSa-nya dengan tetap mempertahankan struktur bahasa yang sama dalam BSu. Akan tetapi, terjemahan Language kedalam Bahasa kurang begitu tepat karena menimbulkan makna yang bias sehingga akan muncul pertanyaan bagi pembaca tentang Kesadaran Bahasa yang dimaksudkan penerjemah. Oleh karena itu, untuk menerjemahkan kata Language disarankan lebih baik menggunakan kata Kebahasaan yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI memiliki makna perihal bahasa. Data 03 TCLA Teks BSu Teks Bsa The concept of Translation Competence TC can be understood in terms of knowledge necessary to translate well Hatim Mason, 1990: 32f; Bybee, 1996: 91f. Konsep Kompetensi Penerjemahan KP bisa dipahami sebagai pengetahuan yang diperlukan untuk menerjemahkan dengan baik Hatim dan Mason, 1990: 32f; Bybee, 1996: 91f Teknik penerjemahan yang terdapat dalam teks terjemahan di atas adalah teknik penerjemahan literal sama seperti contoh pada data sebelumnya, yaitu pada data 01 TCLA. Kalimat di atas dalam BSu merupakan kalimat yang memiliki struktur kalimat pasif ditandai dari can be understood dan dalam BSa kalimat tersebut tetap dipertahankan dengan menggunakan struktur kalimat bentuk pasif pula ditandai dengan awalan di- pada kata dipahami. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja yang berawalan di- atau ter- memiliki makna bahwa kata kerja tersebut merupakan kata kerja bentuk pasif dan digunakan untuk menunjukkan kalimat pasif. Oleh karena dalam teks terjemahan memiliki struktur yang sama seperti struktur dalam bahasa sumber dan tidak mengalami perubahan, maka jelas bahwa teks terjemahan tersebut menggunakan teknik terjemahan literal.

b. Teknik Transposisi