Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta melalui model pembelajaran kooperatif metode STAD.

(1)

i

PENINGKATAN KREATIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 YOGYAKARTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STAD

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Nama : Anita Anggraeni Puspitasari

NIM : 091134123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini Untuk:

Orang tuaku tersayang

sebagai tanda bakti dan ucapan terimakasihku atas doa dan pengorbanan kalian.

Kakakku tersayang

sebagai ucapan terimakasihku atas dukungan dan motivasi.

Pengajarku

sebagai ucapan terimakasih atas kesabaranmu dalam membimbingku.

Teman dan Sahabatku PGSD S1 Angakatan 2009


(5)

v

MOTTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka menyerah – Thomas Alfa Edison

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh –

Confusius

Hiduplah seakan engkau akan mati besok. Belajarlah seakan engkau akan hidup selamanya" - Mahatma Gandhi


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2013 Peneliti


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Anita Anggraeni Puspitasari

NIM : 091134123

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN KREATIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURUNGGAL 3 YOGYAKARTA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STAD”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 Juli 2013

Yang menyatakan


(8)

viii

ABSTRAK

Puspitasari, Anita Anggraeni. 2013. Peningkatan Kreatifitas dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode STAD. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013; (2) mengetahui peningkatan kreatifitas siswa pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013; (3) mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang subyek penelitiannya adalah siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 29. Obyek penelitian dalam penelitian ini peningkatan kreatifitas dan prestasi belajar IPS. Data dikumpulkan menggunakan instrumen observasi, tes pilihan ganda serta wawancara dan secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD yang terdiri dari presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. Pada kondisi awal persentase tingkat kreatifitas siswa sebesar 10,65%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat sebesar 54,61%, kemudian dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II meningkat sebesar 71%; (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. Pada kondisi awal rata-rata nilai siswa sebesar 48,93 dengan rata-rata persentase pencapaian nilai KKM siswa sebesar 35,06%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa meningkat sebesar 78,62 dengan pencapaian nilai KKM siswa sebesar 93,10%, kemudian dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata nilai siswa meningkat sebesar 84,4 dengan pencapaian nilai KKM siswa sebesar 96,55%. Kata kunci : kreatifitas, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif metode


(9)

ix

ABSTRACT

Puspitasari, Anita Anggraeni. 2013. The Improvement of The Creativity and Social Science Learning Achivement of The Fourth Graders of SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta Using STAD Cooperative Learning Model. Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research was aimed to: (1) find out how the implementation of STAD cooperative learning model to the fourth graders of SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013 in improving the students’ creativity and achivement in Social Science under theme of Social problems; (2) find out the students’ creativity improvement in Social Science under the theme of social problems by implementing STAD cooperative learning model to the fourth graders of SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013; (3) find out the students’ learning achivement improvement in Social Science under the theme of social problems by implementing STAD cooperative learning model to the fourth graders of SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013.

It was a Class Action Research with 29 students of class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta as the research subjects. The research objects were the creativity and learning achievement improvements in learning Social Science. The data were collected descriptively and qualitatively using observation instrumens, multiple choice tests and interviews.

The research results showed that: (1) the improvements of the creativity and learning achivement of the students class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013 in Social Science under the theme of social problems used STAD cooperative learning model that consisted of class presentations, teams, quizzes, personal improvement scores, and team recognitions; (2) the implementation of STAD cooperative learning model could improve the creativity of the students class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. At the initial condition, the percentage of the students’ creativity was 10,65%. After the action in cycle I, it was improving and reaching 54,61% and after the action in cyle II , it reached 71%; (3) the implemantation of STAD cooperative learning model could improve the Social Science learning achievement of the students class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. At the initial condition, the students’ average score was 48,93 with percentage of the students who passed the Minimum Passing Score was 35,06%. After the action in cycle I, the students’ average score was 78,62 with 93,10% of the students’ passed the Minimum Passing Score. After the action in cycle II, the students’ average score was 84,4 with 96,55% of the students passed the Minimum Passing Score.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KREATIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 YOGYAKARTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STAD” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah memberikan waktu, saran, masukan, dukungan, dan motivasinya sejak awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Theresia Yunia S., S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing II skripsi yang telah memberikan waktu, saran, masukan, dukungan, dan motivasinya sejak awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan PGSD yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan dan selalu terbuka untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi peneliti.

6. Karti Andayani, S.Pd., selaku Kepala SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta yang telah bersedia member ijin untuk mengadakan penelitiaan tindakan kelas di kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta.

7. Haryati Rahayu, S.Pd., yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, dan pikiran selama menjadi pengajar dan membantu dalam pelaksanaan penelitian di kelas.

8. Siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, yang bersedia menjadi subjek penelitian.


(11)

xi

9. Seluruh guru SDN Caturtunggal 3 yang selalu memberikan dukungan, saran dan motivasinya.

10.Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sampai akhir.

11.Kakakku Rina Pramudiyanti dan Ari Setya Wibawa yang selalu memberikan semangat, saran dan motivasinya hingga skripsi ini selesai.

12.Abur Raihan Ahmad yang selalu memberikan motivasi, semangat dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. 13.Sahabat-sahabatku Linda Kurniawati, Windy Ariezona, Tias Mahesti Dewi

yang telah memberikan semangat, saran dan motivasinya.

14.Teman-teman PPL SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta yang selalu membantu dan memberikan motivasi.

15.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 Juli 2013 Peneliti,


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRAC ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Batasan Masalah ... 7

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E.Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Kreatifitas ... 11

1. Pengertian Kreatifitas ... 11

2. Ciri Kreatifitas ... 14


(13)

xiii

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas ... 17

5. Cara Mengukur Kreatifitas ... 21

B. Prestasi Belajar ... 22

1. Pengertian Belajar ... 22

2. Pengertian Prestasi Belajar ... 23

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

C.Model Pembelajaran Kooperatif. ... 27

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif... 27

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 29

3. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif... 31

D. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Divisions (STAD)... 32

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Metode STAD ... 32

2. Karakteristik Pembelajaran KooperatifMetode STAD ... 33

3. Komponen Pembelajaran KooperatifMetode STAD ... 34

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Metode STAD ... 36

E. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa di Sekolah Dasar ... 38

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

G. Kerangka Berpikir ... 44

H. Hipotesis Tindakan... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Setting Penelitian ... 48

C.Rencana Tindakan... 49

1. Persiapan ... 50

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 51

D.Instrumen Penelitian ... 56

1. Instrumen NonTes ... 56


(14)

xiv

E.Teknik Pengumpulan Data ... 60

1. Validitas ... 60

2. Reliabilitas ... 64

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 66

1. Pengumpulan Data ... 66

2. Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

1. Deskripsi Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus I ... 72

2. Deskripsi Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus II ... 88

B. Pembahasan... 99

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode STAD ... 99

2. Peningkatan Kreatifitas ... 113

3. Peningkatan Prestasi Belajar ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 128


(15)

xv

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 2.1 Pedoman Poin Kemajuan ... 38

Tabel 2.2 Pedoman Kriteria Penghargaan ... 38

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan ... 49

Tabel 3.2 Pengamatan (Lembar Observasi Kreatifitas) ... 57

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Wawancara Guru ... 58

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Siklus I ... 59

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Siklus II ... 59

Tabel 3.6 Kriteria Validasi Lembar Observasi ... 61

Tabel 3.7 Skor Hasil Penghitungan Validasi Lembar Observasi... 61

Tabel 3.8 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 3.9 Skor Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 63

Tabel 3.10 Kriteria Reliabilitas ... 65

Tabel 3.11 Target Kriteria Keberhasilan ... 68

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal Siklus I ... 75

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Soal Siklus II ... 89

Tabel 4.3 Rata-Rata Perolehan Nilai Kuis ... 111

Tabel 4.4 Data Kreatifitas Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II ... 117

Tabel 4.5 Data Ketercapaian Tingkat Kreatifitas Siswa ... 119

Tabel 4.6 Data Prestasi Belajar Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II... 122


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas... 48

Gambar 4.1 Siswa Mengerjakan Soal Kuis Pertama ... 101

Gambar 4.2 Presentasi Kelas oleh Guru ... 104

Gambar 4.3 Siswa Melakukan Kegiatan dalam Tim atau Kelompok... 108

Gambar 4.4 Siswa Mengerjakan Soal Kuis Kedua ... 110

Gambar 4.5 Peningkatan Rata-Rata Nilai Kuis ... 111

Gambar 4.6 Siswa Mendapat Penghargaan Tim atau Kelompok ... 113

Gambar 4.7 Peningkatan Kreatifitas Siswa ... 120

Gambar 4.8 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 123


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 133

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 134

Lampiran 3. Silabus ... 135

Lampiran 4. Silabus II ... 138

Lampiran 5. RPP Siklus I ... 141

Lampiran 6. Materi Ajar Siklus I ... 147

Lampiran 7. LKS dan Kunci Jawaban Siklus I ... 150

Lampiran 8. Soal Kuis dan Kunci Jawaban Siklus I... 159

Lampiran 9. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I ... 161

Lampiran 10. Pedoman Penilaian Siklus I ... 164

Lampiran 11. RPP Siklus II ... 168

Lampiran 12. Materi Ajar Siklus II ... 174

Lampiran 13. LKS dan Kunci Jawaban Siklus II ... 178

Lampiran 14. Soal Kuis dan Kunci Jawaban Siklus II ... 185

Lampiran 15. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ... 188

Lampiran 16. Pedoman Penilaian Siklus II ... 192

Lampiran 17. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Siklus I ... 196

Lampiran 18. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Siklus II ... 202

Lampiran 19. Data Kreatifitas Siswa ... 208

Lampiran 20. Transkrip Wawancara ... 212

Lampiran 21. Pembagian Tim STAD ... 221

Lampiran 22. Penilaian Kuis STAD ... 223

Lampiran 23. Rangkuman Perolehan Lembar Skor Kelompok ... 227

Lampiran 24. Penilaian Afektif dan Psikomotorik ... 231

Lampiran 25. Daftar Nilai IPS Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 233

Lampiran 26. Daftar Nilai IPS Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 234

Lampiran 27. Hasil Kerja Siswa ... 235

Lampiran 28. Foto-Foto Kegiatan ... 263


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kunci pembangunan di masa mendatang bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan dalam menentukkan perkembangan dan perwujudan diri individu. Sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat tertentu. Pendidikan dapat diwujudkan dalam proses belajar mengajar (PBM) di sekolah. Pentingnya proses belajar mengajar di sekolah bertujuan untuk menyukseskan pendidikan yang ada. Komponen-komponen utama dalam proses belajar mengajar (PBM) yaitu guru, siswa, pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Sehingga pembelajaran di sekolah merupakan suatu proses dimana siswa secara disengaja dikelola agar siswa dapat turut merespon situasi tertentu yang dihadapi serta dapat menghasilkan hal-hal baru yang bermanfaat. Pada akhirnya, siswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah di kehidupan masyarakat serta menemukan penemuan-penemuan baru yang dapat


(19)

dimanfaatkan masyarakat luas. Berfikir kreatif sangat penting untuk membuat siswa dapat melihat bermacam-macam kemungkinan dalam penyelesaian suatu masalah. Munandar (2009:31) mengemukakan bahwa kreatifitas sangat penting didalam kehidupan karena kreatifitas merupakan satu-satuya kemungkinan bagi suatu bangsa yang sedang berkembang, untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam menghadapi masalah yang semakin komplek. Maka dari itu kita sebagai pribadi maupun sebagai kelompok bangsa, kita harus mampu memikirkan, membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar dapat bertahan hidup dan tidak hanyut dan tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan negara. Oleh karena itu kreatifitas sangatlah penting ditanamkan sejak dini. Bangku sekolah dasar merupakan salah satu cara untuk mengajarkan siswa dalam berfikir kreatif. Kelak berfikir kreatif dapat mewujudkan diri siswa menjadi manusia yang berguna. Hal tersebut dikarenakan kreatifitas atau daya cipta dapat mendorong manusia untuk menemukan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia yang lain.

Pentingnya pengembangan kreatifitas dalam sistem pendidikan telah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan: ”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kraeatif,


(20)

mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggungjawab.” Sistem pendidikan diharapkan dapat merangsang pemikiran, sikap, perilaku kreatif, disamping pemikiran logis dan penalaran. Pemikiran kreatif harus dilatih untuk membuat anak lancar dalam berpikir, mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang, mampu melahirkan banyak gagasan serta penemuan-penemuan baru. Maka dari itu kreatifitas perlu ditanamkan dalam diri anak dalam bangku sekolah dasar. Tujuan kreatifitas ditanamkan dalam bangku sekolah dasar yaitu untuk membentuk karakter siswa agar menjadi pribadi yang kreatif. Menuntun siswa agar selalu berpikir kreatif tidak luput dari peran guru di sekolah. Sehingga peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas untuk menuntun siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir kreatif yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Hal tersebut mendorong peneliti mengadakan penelitian mengenai kreatifitas siswa di sekolah dasar. Penelitian tersebut berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreatifitas siswa serta cara mengajar guru di kelas.

Penelitian dilakukan di kelas IV SDN Caturtunggal 3 Depok, Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih kelas IV di SDN Caturtunggal 3 sebagai subjek dan objek penelitian dikarenakan masih rendahnya tingkat kreatifitas siswa di kelas IV SDN Caturtunggal 3 sehingga pengelolaan serta pembelajaran di dalam kelas masih membutuhkan perbaikan untuk meningkatakan kreatifitas siswa. Rendahnya kreatifitas siswa ditunjukkan dari hasil observasi yang dilakukan peneliti sebanyak dua kali. Observasi pertama dilakukan pada tanggal 10 Januari pukul 07.00-08.10 WIB. Hasil dari observasi pertama diketahui rata-rata tingkat kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3


(21)

Yogyakarta sebesar 10,05%. Observasi kedua dilakukan pada tanggal 15 Januari 2013 pukul 08.10-09.20 WIB. Hasil dari observasi kedua diketahui rata-rata tingkat kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta sebesar 11,25%. Rata-rata kreatifitas siswa dari observasi pertama dan kedua yaitu sebesar 10,65%. Hasil dari observasi pertama dan kedua diketahui bahwa guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi pembelajaran. Hasil observasi yang sudah dilakukan menunjukkan masih rendahnya tingkat kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. Hasil tersebut merupakan hal yang mendasari peneliti melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3.

Pada hari Kamis tanggal 20 September 2012 pada pukul 12.30 WIB, peneliti melakukan wawancara secara intensif dengan wali kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, wali kelas IV mengungkapkan bahwa siswa kelas IV masih mengalami kesulitan pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial. Hal tersebut didukung dengan studi dukumen mata pelajaran IPS materi masalah sosial tahun pelajaran 2010/2011 dengan rata-rata nilai siswa sebesar 48,78 dengan persentase pencapaian nilai KKM siswa sebesar 36,11% dari 36 siswa dan studi dokumen tahun pelajaran 2011/2012 dengan nilai rata-rata siswa sebesar 49,09 dengan persentase pencapaian nilai KKM siswa sebesar 31,25% dari 32 siswa. Sehingga rata-rata nilai IPS materi masalah sosial siswa dalam tahun pelajaran 2010/2011 dan tahun pelajaran 2011/2012 yaitu sebesar 48,93. Hasil studi dokumen tersebut menujukkan bahwa siswa kelas IV masih


(22)

mengalami kesulitan pada mata pelajaran IPS dalam menerima dan mempelajari materi masalah sosial.

Peneliti menduga rendahnya kreatifitas dan prestasi belajar siswa dikarenakan kurang maksimalnya cara mengajar guru saat proses pembelajaran. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam penyampaian materi pembelajaran. Metode ceramah yang digunakan guru kurang memaksimalkan siswa dalam menerima pembelajaran. Pendapat yang dikemukakan Thomas dalam Taniredja, dkk (2011:46) yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konsentrasi siswa akan menurun setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari 20 menit secar terus menerus. Pada observasi yang dilakukan di kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, peneliti mengamati guru sering menggunakan metode creamah dalam pengajaran selama lebih kurang 45 menit. Kelemahan dari metode ceramah yang dikemukakan Taniredja, dkk (2011:46) yaitu metode ceramah merupakan metode yang kurang memaksimalkan komunikasi antara guru dengan siswa karena hanya terjadinya komunikasi satu arah. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa cenderung mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada respon atau timbal balik dari siswa. Metode ceramah membuat seluruh siswa diperlakukan sama oleh guru. Padahal pada kenyataanya pasti ada perbedaan kecepatan siswa dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. Perbedaan antara siswa satu dengan siswa yang lain dalam memahami pembelajaran. Taniredja, dkk (2011:46) berpendapat bahwa kelemahan dalam penggunaan metode ceramah yaitu


(23)

siswa tidak diberi kesempatan untuk berpikir dan berperilaku kreatif. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa tidak diberi kesempatan untuk berpikir kreatif dalam berdiskusi dan bertukar pendapat dengan siswa lain dalam memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, peneliti ingin memaksimalkan cara mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD. Keunggulan model pembelajaran kooperatif yang dinyatakan Rusman (2010:201) yaitu model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam menghargai pendapat siswa lain saat belajar bersama di dalam kelompoknya. Siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatifnya saat melakukan diskusi dan tanya jawab di dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif metode STAD menekankan siswa pada aktifitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi serta saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembagian kelompok yang heterogen yaitu menurut peringkat kelas, jenis kelamin dan agama dapat memaksimalkan siswa untuk menerima materi pembelajaran. Siswa dapat menerima materi pembelajaran secara maksimal dikarenakan siswa yang berperestasi tinggi dapat membantu siswa yang berprestasi rendah untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Adanya penilaian skor kuis dan penghargaan kelompok dapat menjadikan siswa memiliki rasa tanggungjawab lebih saat pembelajaran berlangsung supaya siswa dapat mengerjakan kuis dengan baik yang dapat berpengaruh terhadap penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok akan mendorong siswa untuk berusaha lebih dalam


(24)

memperoleh prestasi belajar yang baik. Penggunaan model pembelajaran kooperatif metode STAD diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

B. Batasan Masalah

Kreatifitas akan dibatasi pada empat ciri-ciri kreatifitas yaitu kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, perincian dan keaslian. Peningkatan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS dibatasi pada kompetensi dasar 2.4 Mengenal Permasalahan Sosial di Daerahnya. Model pembelajaran kooperatif dibatasi pada model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode STAD.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dalam upaya meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan kreatifitas pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013?


(25)

3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dalam upaya meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013

2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif metode STAD materi masalah sosial dapat meningkatkan kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

3. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif metode STAD materi masalah sosial dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, seperti diuraikan sebagai berikut:


(26)

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan PTK, khususnya tentang pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

2. Bagi Guru

Bagi guru dapat memberi referensi dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa khususnya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013. 3. Bagi Siswa

Bagi siswa dapat menambah pengalaman belajar siswa dalam mempelajari materi masalah sosial dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif metode STAD sehingga dapat meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa.

4. Bagi Sekolah

Bagi sekolah dapat menambah bahan bacaan yang terkait dengan PTK khususnya penggunaan model pembelajaran kooperatif metode STAD dalam upaya meningkatkan pemahaman terhadap materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.


(27)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari timbulnya pertanyaan dan multi tafsir tentang istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka diberikan definisi operasional tentang beberapa istilah berikut ini:

1. Kreatifitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah dalam proses belajar. 2. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa

melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Prestasi belajar siswa dikatakan baik apabila siswa dapat menempuh dan melampaui batas nilai ketuntasan minimal.

3. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dalam sistem pembelajaran ataupun bekerjanya dibagi secara kolaboratif menjadi sebuah kelompok kecil berjumlah empat sampai enam orang. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain di dalam kelompok yang memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka antara anggota kelompok.

4. Metode STAD adalah metode pembelajaran yang dalam pembelajarannya siswa dibagi ke dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat sampai lima siswa secara heterogen yaitu adanya campuran anggota kelompok dari prestasi belajar, jenis kelamin dan agama. Metode STAD adalah metode pembelajaran yang memiliki lima komponen utama dalam pelaksanaan pembelajarannya, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim.


(28)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kreatifitas

1. Pengertian Kreatifitas

Akbar dan Hawadi (2006:58) mendefinisikan kreatifitas merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kriteria produk kreatif yaitu baru, berbeda dari yang telah ada dalam arti lebih baik, dan berguna bagi orang banyak. Definisi menurut Akbar dan Hawadi memiliki persamaan dengan definisi kreatifitas yang diungkapkan oleh Sulistorini, dkk. Sulistiorini, dkk (2006:252) menyatakan bahwa kreatifitas merupakan aktifitas-aktifitas kognitif yang menghasilkan cara baru dalam memecahkan masalah, potensi seseorang untuk menghasilkan karya atau ide yang orisional, kemampuan seseorang menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda baik berupa hasil yang dapat dinilai maupun berupa ide (kreatifitas adalah tindakan menghasilkan karya cipta baru dan berbeda), merupakan kegiatan otak yang teratur dan imajinatif menuju hasil yang orisinil, kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.

Hal yang sama dari definisi kreatifitas diungkapkan oleh Akbar dan Hawadi serta Sulitiorini, dkk yaitu kreatifitas merupakan suatu sikap serta tindakan yang menghasilkan sesuatu yang baru yang sebelumnya belum pernah ada. Persamaan dalam memaknai pengertian sesuatu yang baru tersebut terletak pada kriteria produk kreatif yaitu berupa benda maupun


(29)

gagasan, aktifitas kognitif dalam memecahkan masalah, serta memiliki cara pandang yang berbeda.

Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Santrock dalam Sujiono (2010:38) yang menyatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Persamaan yang dikemukakan antara Santrock dan ungkapan di atas terlihat dalam pernyataan aktifitas kognitif. Aktifitas kognitif yang dimaksud yaitu saat seseorang memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dalam memecahkan masalah serta memberikan solusi atau ide serta pendapatnya.

Pendapat yang berbeda dari pernyataan-pernyataan di atas dikemukakan oleh Musrofi (2008:I) yang menyatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan dalam membuat kombinasi, kemampuan untuk melihat sesuatu dengan cara pandang yang lain, sehingga pada akhirnya tercipta sesuatu yang baru. Musrofi memiliki perbedaan dengan Akbar dan Hawadi, Sulistiorini, dkk serta Santrock dalam mengungkapkan pengertian kreatifitas dari definisi di atas. Perbedaan tersebut terletak pada pada pengertian itu sendiri. Menurut pandangan Musrofi menyatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan dalam membuat kombinasi. Kombinasi baru yang dimaksud oleh Musrofi tidak harus dari unsur-unsur yang baru pula, melainkan menggunakan data, informasi, serta unsur-unsur yang telah ada untuk membuat kombinasi baru dengan menggunakan cara pandang yang lain. Sedangkan Akbar dan Hawadi, Sulistiorini, dkk serta


(30)

Santrock menyebutkan bahwa kreatifitas merupakan sesuatu yang baru harus berbeda dengan sesuatu yang pernah ada sebelumnya dan tidak dikenal oleh pembuatnya.

Pendapat yang sama dengan Musrofi dikemukakan Munandar (2009:12) bahwa kreatifitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat. Munandar serta Musrofi memiliki persamaan dalam mengungkapkan pengertian kreatifitas yaitu kemampuan dalam membuat kombinasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Maksudnya adalah seseorang dapat mengolah data, informasi serta unsur-unsur yang ada untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Maka, dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada dengan cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi dengan pemecahan masalah-masalah yang beragam namun tetap berkualitas dan tepat guna. Cara yang dilakukan berupa sebuah sikap serta tindakan untuk menghasilkan sesuatu yang diwujudkan dalam sebuah benda dan gagasan yang dapat bermanfaat bagi semua orang.


(31)

2. Ciri Kreatifitas

Ciri kreatifitas merupakan sebuah acuan untuk melihat seseorang memilki kreatifitas atau tidak. Ciri-ciri kreatifitas yang dinyatakan oleh Guilford dalam Munandar (2009:65) yaitu sebagai berikut: (a) kelancaran berpikir (fluency of thinking); (b) keluwesan berpikir (flexibility); (c) perincian (elaboration); (d) keaslian (originality). Penjelasan dari ciri-ciri yang sudah disebutkan di atas yaitu:

a. Kelancaran Berpikir (Fluency of Thinking)

Kemampuan dalam menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Ide yang dikeluarkan dari pemikiran seseorang dapat berupa benda maupun gagasan. Ide yang dikeluarkan dari kemampuan berpikir seseorang bukan hanya cepat namun tepat. b. Keluwesan Berpikir (Flexibility)

Keluwesan berpikir merupakan kemampuan dalam hal memproduksi atau menghasilkan sejumlah ide, jawaban, serta pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, dapat mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda dalam pemecahan masalah, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif merupakan orang yang luwes dalam berpikir. Orang tersebut dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.


(32)

c. Perincian (Elaboration)

Perincian merupakan kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Seseorang mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut.

d. Keaslian (Originality)

Keaslian merukan kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. Seseorang mampu memberikan jawaban yang jarang dan berbeda dengan jawaban seseorang pada umumnya.

Kesimpulan dari ciri-ciri kreatifitas yaitu memilki banyak ide dalam menghasilkan benda maupun gagasan, dapat berpikir cepat ketika mengemukakan pendapat serta ide, dapat memperinci gagasan yang diungkapkannya, gagasan yang diungkapkannya merupakan gagasan yang jarang dan berbeda pada umumnya, serta dapat memecahkan masalah dengan cara yang berbeda-beda.

3. Pentingnya Kreatifitas dalam Kehidupan

Kreatifitas begitu bermakna dalam kehidupan, maka dari itu perlu dipupuk sejak dini. Berikut ini adalah hal-hal yang menjelaskan tentang pentingnya kreatifitas:


(33)

a. Kreatifitas dapat mewujudkan orang untuk berkreasi sebagai bentuk aktualisasi diri. Aktuliasasi diri sangat penting bagi kehidupan seseorang di masa mendatang.

b. Kreatifitas sebagai kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesaian suatu masalah.

c. Bersibuk diri secara kreatif dapat memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Menurut Biondi dalam Munandar (2009:31) dari wawancara terhadap tokoh-tokoh yaitu para seniman, ilmuwan dan ahli penemu, yang telah mendapat penghargaan ternyata mereka memiliki kepuasaan tersendiri saat berhasil menciptakan sesuatu yang bermakna, bagi mereka faktor kepuasan ini amat berperan, bahkan dari keuntungan material semata-mata.

d. Kreatifitas dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada era globalisasi ini kesejahteraan dan kemajuan dalam pembangunan negara bergantung kepada sumbangan kreatif, berupa ide-ide, penemuan baru dan teknologi baru.

Maka dari itu kreatifitas begitu penting dipupuk sejak dini, dikarenakan kreatifitas merupakan perwujudan atau aktualisasi diri sebagai manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam kehidupan di masa mendatang. Berpikir kreatif dapat berguna dalam menyelesaikan masalah dengan berbagai kemungkinan jawaban. Selain itu, kreatifitas sangatlah penting dikarenakan pada era globalisasi ini kesejahteraan dan kejayaan kehidupan masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan baru, dan teknologi baru sehingga manusia


(34)

yang terbiasa dengan kehidupan konsumtif dapat meningkatkan kualitas kehidupannya dengan menjadi manusia yang produktif. Maka dari itu perilaku kreatif perlu dipupuk sejak dini.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas

Rogers dalam Munandar (2009:34) menyatakan faktor-faktor yang dapat mendorong kreatifitas adalah sebagai berikut:

a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)

Roger dalam Munandar (2009:34) mengemukakan setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreatifitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreatifitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya Rogers dalam Munandar (2009:34). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009:34) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.

b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)

Munandar (2009:84) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreatifitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama


(35)

dalam pengembangan kreatifitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreatifitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreatifitas individu.

c. Keamanan psikologis

Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan. Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam. Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.

d. Kebebasan psikologis

Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Munandar (2009:67) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreatifitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan dan pemerkayaan bahan berpikir berupa


(36)

pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko.

Faktor-faktor yang menghambat perkembangan kreatifitas menurut Sulistyorini, dkk (2006:255) adalah sebagai berikut: (1) sikap orang tua terlalu melindungi; (2) eksplorasi anak dibatasi; (3) pengaturan waktu oleh orang tua sangat ketat; (4) membatasi khayalan; (5) peralatan bermain terstruktur; (6) orang tua konservatif; (7) tuntutan untuk membuat karya yang seragam. Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor-faktor yang menghambat kreatifitas anak:

a. Sikap orang tua terlalu melindungi

Sikap orang tua yang terlalu melindungi anak dapat menghambat anak. Contohnya anak tidak boleh bermain di tempat yang kotor dan anak jarang diperbolehkan untuk bermain di luar rumah Sehingga kemampuan anak untuk menemukan penagalaman baru menjadi terhambat.

b. Eksplorasi anak dibatasi

Orang tua sering membatasi eksplorasi anak karena orang tua sering berpikir anak yang baik adalah anak yang selalu menturuti perkataan orang tua. Sehingga anak tidak dapat mengeksplor kemampuan dalam dirinya.

c. Pengaturan waktu oleh orang tua sangat ketat

Orang tua sering mengatur jadwal anak dengan ketak, misalnya jam untuk tidur siang, jam untuk belajar dan jam untuk bermain. Sehingga anak menjadi tidak berkembang dengan kreasinya


(37)

dikarenakan kurangnya waktu yang diberikan oleh orang tua untuk berkreasi.

d. Membatasi khayalan (berpikir bahwa anak yang realistis lebih baik) Biasanya orang tua hanya berpikir bahwa anak yang pintar adalah anak yang memilki prestasi tinggi dalam bidang kognitif saja. Sehingga orang tua lebih senang jika memilki anak yang sering membaca buku pelajaran dibandingkan dengan anak yang suka bermain dan berkhayal. e. Peralatan bermain terstruktur (misalnya boneka yang berpakain lengkap

tidak bisa dibongkar)

Biasanya orang tua tidak pernah memikirkan peralatan permainan yang dapat membagnun anak. Orang tua hanya menturuti keinginan anak dalam meilih permainannya sendiri. Asalkan anak senang, maka orang tua juga senang.

f. Orang tua konservatif

Pemikiran anak harus sama dengan pemikiran orang tuanya. Konservatif sama halnya dengan kolot, jadi orang tua tidak mau menerima adanya perkembangan pengalaman dan pengetahuan di luar sana.

g. Tuntutan pada anak untuk membuat karya cipta yang seragam

Tuntutan pada anak untuk membuat karya cipta yang seragam dan sesuai dengan contoh yang diberikan guru baik berupa hasil keterampilan, gaya bicara, gaya puisi, dan lain-lain. Hal tersebut tidak dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkannya.


(38)

Kreatifitas seorang anak sangat ditentukkan oleh pola asuh orang tua. Semakin orang tua membatasi dan mengatur tingkah laku anak, maka kreatifitas anak menjadi semakin susah berkembang. Sedangkan orang tua yang lebih membebaskan anak untuk berkreasi, maka kreatifitas anak dalam kehidupan sehari-hari akan terus berkembang. Selain peran orang tua di lingkungan rumah, peran guru di sekolah sangat mempengaruhi kreatifitas anak. Guru dapat memberikan materi pelajaran dengan metode, pendekatan serta model pembelajaran yang dapat mendorong kreatifitas siswa. Misalnya dalam memecahkan sebuah masalah dengan mengungkapkan ide-ide ataupun gagasan yang dimiliki siswa. Dengan begitu siswa akan belajar untuk menemukan penyelesaian suatu permasalahan.

5. Cara Mengukur Kreatifitas

Menurut Munandar (2004:58) potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung dengan mengukur unsur-unsur yang menandai ciri-ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran non-test. Pada penelitian ini pengukuran yang digunakan untuk mengukur kreatifitas siswa yaitu dengan menggunakan menggunakan pengukuran langsung, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif dengan panduan lembar pengamatan yang sudah disesuaikan dengan ciri-ciri kreatifitas menurut Guilford dalam Munandar (2009:34). Peneliti memilih mengukur kreatifitas menggunakan


(39)

pengukuran langsung dikarenakan untuk melihat secara langsung kreatifitas siswa saat proses pembelajaran yang lebih menekankan pada perilaku siswa dibandingkan dengan pengetahuan (kognitif) siswa.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Matlin dan Myres dalam Akbar dan Hawadi (2006:168) adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Suprijono (2009:2-3) mendefinisikan belajar sebagai perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas, proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku, perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman (mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu), perubahan performance sebagai hasil latihan, perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Persamaan dari pernyataan yang diungkapkan oleh Matlin dan Myres dan Suprijono yatu belajar sebagai perubahan dari tingkah laku melalui sebuah pengalaman yang dilakukan dan bersifat permanen. Jadi, belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku individu melalui berbagai proses pengalaman dalam kehidupan dengan cara mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu yang menghasilkan sebuah perubahan yang merupakan penyesuaian dari tingkah laku.


(40)

2. Pengertian Prestasi Belajar

Kamus Bahasa Indonesia (2008:895) mendefinisikan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Sedangkan Ngalim Purwanto dalam Habsari (2005:75) menyatakan prestasi belajar adalah hasil-hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasisiwanya dalam jangka tertentu. Persamaan dari pernyataan yang diberikan dalam Kamus Bahasa Indonesia dan Ngalim Purwanto yaitu prestasi belajar merupakan sebuah hasil yang dapat dicapai. Perbedaan dari kedua pernyataan tersebut adalah kamus besar bahasa Indonesia menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang dikerjakan sedangkan menurut Ngalim Purwanto prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diberikan dari guru.

Pendapat lain dikemukakan oleh Abu Ahmadi dalam Habsari (2005:75) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha belajar untuk mengadakan perubahan atau mencapai tujuan. Pernyataan tersebut memliki makna yang sama dengan pernyataan yang dikemukakan oleh kamus besar bahasa Indonesia dan Ngalim Purwanto yaitu prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai melalui sebuah perubahan yang dilakukan. Namun terdapat perbedaan dalam definisi yang diungkapkan tersebut, yaitu Abu Ahmadi menyatakan bahwa prestasi belajar diperoleh karena ada tujuan yang ingin dicapai, sedangkan kamus besar bahasa Indonesia dan Ngalim Purwanto tidak mengemukakan adanya tujuan dalam pencapaian hasil belajar.


(41)

Persamaan pendapat dengan Abu Ahmadi juga didefinisikan oleh Olivia (2011:73) bahwa prestasi belajar merupakan puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang ditetapkan. Persamaan makna dari pengertian prestasi belajar antara Olivia dan Abu Ahmadi tersebut tampak dalam ungkapan hasil yang dicapai dikarenakan memiliki tujuan.

Prestasi belajar menurut Lanawati dalam Akbar dan Hawadi (2006:168) memiliki makna yang sama dengan definisi prestasi belajar yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Olivia, yaitu hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa. Persamaan makna dalam mendefinisikan prestasi belajar tersebut terletak pada hasil belajar yang dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Jadi, prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai hasil keberhasilan belajar terhadap tujuan belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku dari pengalaman individu. Dikatakan berhasil jika tujuan yang ditetapkan sudah tercapai.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Muhibbin Syah (2006:144) berpendapat bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor internal terdiri dari:


(42)

1) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor jasmaniah dapat diketahui langsung oleh mata. Jika anak memiliki cacat tubuh maka akan menghambat dalam proses belajarnya. Contohnya anak tuna rungu, anak perlu bimbingan khusus dari guru menangani anak-anak berkebutuhan khusus.

2) Faktor psikologis yang meliputi tingkat inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor ini merupakan faktor yang berkaitan dengan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

3) Faktor kelelahan. Jika anak sudah lelah atau capek, pasti anak menjadi malas untuk belajar.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor eksternal terdiri dari:

1) Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah

3) Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Hal berkaitan dengan hubungan siswa dalam bermasyarakat.


(43)

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dalam mempelajari materi-materi pelajaran. Hal ini berkaitan dengan cara mengajar guru di kelas. Jika strategi, model serta metode pembelajaran yang diberikan guru tepat sasaran, pasti akan berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa.

Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu berasal dari faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. faktor internal tergantung dari pengelolaan diri masing-masing individu, seperti perasaan serta konsep diri, kondisi fisik serta psikis dan minat. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan rumah yang berhubungan dari prestasi belajar anak tergantung pada pola asuh orang tua saat di rumah dan keadaan sosial anak di rumah. Sedangkan di lingkungan sekolah yaitu tergantung dari peran warga sekolah dalam membentuk karakter, kepribadian, serta sikap anak, bagaimana anak belajar yang dipengaruhi oleh kurikulum, organisasi sekolah, fasilitas sekolah, serta keadaan lingkungan sekolah serta komunikasi yang lancar atupun jarang antara pihak sekolah dengan orang tua siswa akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan di lingkungan masyarakat tergantung dari keadaan sosial, politik dan ekonomi maksudnya yaitu bagaimana interaksi siswa di masyarakat, keadaan ekonomi siswa dapat mempengaruhi kepribadian siswa yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.


(44)

Faktor pendekatan belajar yang meliputi pemilihan strategi, model dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dalam mempelajari materi-materi pelajaran. Ketepatan hal-hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2009:46) mendefinisikan model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat membantu guru dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan peserta didik mendapatkan informasi pengetahuan, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman untuk merancang atau merencanakan pembelajaran bagi guru dalam kegaiatan ataupun aktifitas pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Agus Suprijono (2009:54) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Persamaan dari makna yang diungkapkan Agus juga diungkapkan oleh Suyatno (2010:37) bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tuntutan pembelajaran. Persamaan tersebut tampak dari pengertian yang didefinisikan yaitu


(45)

pembelajaran yang digunakan menggunakan model pembelajaran ini berbentuk kelompok-kelompok kecil.

Pendapat lain diungkapkan oleh Slavin dalam Taniredja (2011:55) bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat sampai enam orang secara kolaboratif dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Persamaan pengertian dari model pembelajaran kooperatif juga diungkapkan oleh Rusman (2011:202) yaitu model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Makna yang sama dalam pernyataan Slavin dan Rusman tampak pada pembentukkan kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang dibentuk secara kolaboratif atau heterogen. Kolaboratif atau heterogen yang dimaksudkan dalam pernytaan tersebut yaitu pembagian kelompok yang terdiri atas prestasi akdemik siswa (memilki prestasi tinggi, sedang dan rendah), jenis kelamin dan agama.

Pernyataan yang berbeda diungkapkan oleh Solihatin dan Raharjo (2005:4) bahwa model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat


(46)

dipengaruhi oleh keterlibatan dalam setiap anggota kelompok itu sendiri. Perbedaan dari pernyataan Slavin dan Rusman serta pernyataan di atas terletak pada pembentukan kelmompok. Slavin dan Rusman menyatakan pembentukan kelompok terdiri dari empat sampai enam orang sedangan Solihatin dan Raharjo menyatakan pembentukan kelompok terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif menurut pernyatan-pernyataan di atas adalah kegiatan belajar siswa dengan cara pembentukan kelompok secara heterogen sehingga dalam kelompok terdapat bermacam-macam latar belakang seperti agama dan jenis kelamin yang berbeda serta kemampuan pengetahuan yang berbeda pula, yang beranggotakan empat sampai enam siswa yang bertujuan untuk mendorong siswa mau berpikir dan semangat kerja karena hasil kerjanya akan ditentukkan dengan keterlibatan seluruh anggota kelompok.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2011: 207) adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara tim atau kelompok. Setiap anggota tim atau kelompok harus saling bantu membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(47)

b. Didasarkan pada Manejemen Kooperatif

Karakteristik model pembelajaran kooperatif yang dilihat berdasarkan manajemen kooperatif dijelasakan menurut fungsi manejemen dibawah ini, yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanakan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukkan.

2) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

3) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukkan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

c. Kemauan untuk Bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukkan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prisnsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerjasama dipraktekan melalui aktifitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Siswa perlu didorong untuk


(48)

mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Roger dan David Johnson dalam Rusman (2010:212) adalah sebagai berikut:

1. Prinsip ketergantungan positif (positive independence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.


(49)

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Student Teams Achivement Divisions (STAD)

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Metode STAD

Definisi model pembelajaran kooperatif metode STAD menurut Slavin (2005:143) adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Suyatno (2009:52) yaitu model pembelajaran kooperatif metode STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

Student Teams Achivement Divisions (STAD) memiliki ciri khas dalam kata divisions yang dalam bahasa Indonesia berarti divisi. Divisi dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:359) memiliki arti kelompok dari suatu organisasi. Divisi dari makna STAD di atas memiliki pengertian sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa anak yang memiliki latar belakang yang berbeda (jenis kelamin, prestasi akademik dan agama) yang


(50)

disatukan dalam kelompok atau tim yang saling berbagi tanggung jawab dalam mendapatkan prestasi belajar yang baik.

Jadi, model pembelajaran kooperatif metode STAD adalah suatu kegiatan belajar siswa dengan cara pembentukkan kelompok atau tim dengan mencampurkan siswa ke dalam latar belakang yang berbeda (prestasi akademik, jenis kelamin, agama) yang dalam kegiatan pembelajarannya terdapat presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim yang masing-masing anggotanya memiliki tanggungjawab atas hasil kerja kelompoknya.

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Metode STAD

Suyatno (2009:52) mengemukakan karakteristik ataupun ciri-ciri pembelajaran metode STAD adalah sebagai berikut:

1. Kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil

Pada saat pembelajaran berlangsung siswa dibagi ke dalam kelompok kecil. Kelompok kecil digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran di dalam kelas yaitu siswa diharapkan dapat saling membantu di dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar.

2. Tiap kelompok terdiri empat sampai lima anggota yang heterogen Kelompok dibagi secara heterogen. Heterogen maksudnya dalam satu kelompok terdiri atas siswa yang memilki perbedaan prestasi akademik, jenis kelamin dan agama. Setiap satu kelompok beranggotakan empat sampai lima siswa.


(51)

3. Belajar dengan model pembelajaran kooperatif

Belajar dengan model pembelajaran kooperatif maksudnya menggunakan sistem kerja kelompok. Tanggung jawab individu di dalam kelompok sangat dibutuhkan. Hal tersebut bertujuan agar setiap anggota kelompok memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan saling membantu antar anggota kelompok.

4. Prosedur kuis

Setiap pembelajaran yang berlangsung menggunakan kuis awal dan kuis kedua setelah kerja dalam kelompok berlangsung. Kuis awal digunakan untuk menentukkan skor awal siswa dan kuis kedua digunakan untuk skor akhir siswa. Skor kuis tersebut digunakan sebagai perbandingan untuk mengetahui pemahaman siswa di awal dan akhir pembelajaran.

3. Komponen Pembelajaran Kooperatif Metode STAD

Slavin (2005:143) mengemukakan bahwa komponen-kompenen metode STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Penjabaran komponen-kompenen dari metode STAD adalah sebagai berikut:

1. Presentasi kelas

Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberi persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah


(52)

dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki.

2. Tim

Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal prestasi akademik, jenis kelamin dan agama dengan pembagian kelompok menurut Slavin. Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas yang akan dipelajari. Saat kerja kelompok berlangsung, siswa dapat saling berbagi tugas serta pengetahuan. Siswa dapat saling membantu serta bertukar ide serta pendapatnya. Guru bekerja sebagai fasilitator dan motivator.

3. Kuis

Kuis diadakan sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode periode praktek tim kira-kira 10 menit. Kuis awal dan kedua berisi soal yang sama. Siswa tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, setiap siswa bertanggungjawab dalam memahami materi pelajaran.

4. Skor Kemajuan Individu

Tahap ini dilakukan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik. Skor kemajuan bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa jika mereka belajar secara sungguh-sungguh akan mendapkan prestasi belajar yang maksimal dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya. Setiap siswa akan diberikan skor awal yang diperoleh dari kinerja siswa sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang


(53)

sama. Siswa akan mengumpulkan poin berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis dibandingkan dengan skor awal.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan penghargaan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (Slavin 2005:146).

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Metode STAD

Rusman (2011:215) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode STAD terdiri dari penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam tim (kerja tim), dan kuis (evaluasi), penghargaan prestasi tim. Penjelasan dari langkah-lagkah tersebut yaitu:

a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut. Motivasi bertujuan agar siswa lebih bersemangat dan memilki rasa ingin tahu dalam belajar.

b. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, jenis kelamin dan agama.


(54)

c. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pembelajaran kemudian memberi motivasi siswa agar siswa lebih aktif dan kreatif. Saat proses pembelajaran berlangsung guru menggunakan media pembelajaran. d. Kegiatan Belajar dalam Tim

Kegiatan belajar dilakukan di dalam kelompok yang sudah dibentuk. Guru membagi lembar kerja di dalam setiap kelompok. Selama kelompok menyelesaikan tugasnya, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan jika diperlukan.

e. Kuis

Guru menetapkan batas skor soal kuis. Guru mengevalusi hasil belajar siswa melalui kuis yang diberikan. Saat kuis berlangsung siswa tidak dibenarkan bekerja sama. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat bertanggungjawab atas dirinya sendiri dalam memahami bahan ajar. f. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah kuis berakhir, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan siswa skor dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan kepada tim dengan melakukan tahapan-tahapan berikut ini:

1) Menghitung Skor Individu

Penghitungan perkembangan skor individu yang didefinisikan Slavin dalam Rusman (2005:159) adalah sebagai berikut:


(55)

Tabel 2.1. Pedoman Poin Kemajuan

2) Penghitungan Skor Kelompok

Perhitungan skor yaitu dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok. Rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata perkembangan kelompok, diperoleh skor sebagai berikut:

Tabel 2.2. Pedoman Kriteria Penghargaan

3) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok

Setelah masing-masing kelompok mengetahui peringkat dan hasil kerjanya, guru memberi hadiah atau penghargaan sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

E. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa di Sekolah Dasar

Ilmu Sosial adalah bidang bidang keilmuwan yang mempelajari manusia di masyarakat, mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Definisi dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu penelaahan atau kajian tentang masyarakat. Tujuan pendidikan IPS yang dikemukakan oleh Hamid

No. Skor Kuis Poin Kemajuan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin 2. 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin 3. Skor 0 sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin 4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin 5. Pekerjaan sempurna (terlepas dari skor awal) 30 poin

No. Rata-Rata Skor Kuis

Kualifikasi/Penghargaan

1. 0 ≤ N ≤ 5 -

2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang Baik ( Good Team )

3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang Baik Sekali ( Great Team ) 4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang Istimewa ( Super Team )


(56)

Hasan dan Kosasih dalam Solihatin dan Raharjo (2008:1) adalah penyelenggara IPS mampu mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Pendapat lain yang diungkapkan Solihatin dan Raharjo (2008:1) yaitu tujuan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tujuan diajarkan IPS di sekolah adalah agar siswa dapat mengerti kenyataan masyarakat dengan berbagai masalahnya, yang pemecahannya tidak mungkin dilakukan dengan satu ilmu pengetahuan saja. Masalah sosial perlu dilihat sebagai suatu kekompleksan yang memerlukan pembahasan dari berbagai segi sehingga melibatkan berbagai ilmu pengetahuan.

Hakekat dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. Ilmu Sosial digunakan untuk melakukakan sebuah pendekatan, analisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah yang dilaksanakan pada pengkajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku serta kebutuhannya. Inti dari hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mempelajari, menelaah, serta mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi.


(57)

Ruang lingkup pengajaran IPS di sekolah dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala serta masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berada di lingkungan kehidupan murid-murid sekolah dasar. Ruang lingkup dari tahun ke tahun harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang yang ada di sekitar tempat tinggal, sekolah, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara, negara-negara tetangga yang berkaitan dengan hubungan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya di wilayah yang bersangkutan.

Pengajaran IPS bukan hanya sekedar materi-materi yang memenuhi ingatan peserta didik melainkan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri yang sesuai kebutuhan dalam tuntutan masyarakat. Melalui pengajaran IPS diharapkan peserta didik dapat menjadi warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap kesimpang siuran yang terjadi, serta terampil dalam mengatasi segala masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri terutama yang menimpa kehidupan masyarakat.

Materi yang diambil peneliti adalah tentang masalah sosial. Peserta didik diharapkan dapat menemukan gagasan atau ide untuk memecahkan suatu permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat lebih peka terhadap permasalahan sosial yang ada di lingkungan sekitar siswa. Pemecahan permasalahan sosial dapat dijumpai ketika siswa dihadapkan oleh masalah sosial mengenai rusak atau buruknya fasilitas


(58)

umum yang dipakai oleh seluruh masyarakat, kemudian siswa diminta untuk memberikan ide dan gagasan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Servista Bukit (2013) melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD di Kelas V SDN 105309 Sibolangit T.A 2012/2013”. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam dua siklus. Objek penelitiannya adalah siswa kelas V SD yang berjumlah 35 orang siswa dengan 14 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Teknik pengunpulan data menggunakan lembar observasi kreatifitas belajar siswa.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Servista Bukit menunjukkan adanya peningkatan kreatifitas siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS materi perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan siswa dari kondisi awal sebesar 33,8 menjadi meningkat ketika diterapkan model cooperative learning metode STAD, yaitu sebesar 41,17 di pertemuan pertama dan 52,63 di pertemuan ke dua.

Abu Mahsyuri (2013) yang mengadakan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar IPA melalui pembelajaran cooperative learning metode STAD menemukan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar IPA. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 01 Sewurejo, Mojogedang, Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan yang


(59)

menjadi obyek penelitian adalah pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning metode STAD (Students Team Achievement Divisions). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, tes tertulis, dan dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Abu Mahsyuri terjadi peningkatan prestasi belajar IPA siswa. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pencapaian KKM pada setiap siklus sebagai berikut: (1) siklus I jumlah anak yang nilainya dibawah KKM sebanyak 4 anak atau 17,39 % sedangkan jumlah anak yang nilainya diatas KKM 19 anak atau 83,61 %, (2) siklus II jumlah anak yang nilainya dibawah KKM sebanyak 3 anak atau 13,03 % sedangkan jumlah anak yang nilainya di atas KKM 20 anak atau 86,96%, (3) siklus III jumlah anak yang nilainya dibawah KKM sebanyak 0 atau 0 %, sedangkan jumlah anak yang nilainya di atas KKM 23 anak atau 100%.

Van Dat Tran melakukan penelitian tentang pengaruh metode STAD terhadap prestasi belajar dan perilaku siswa SMA Vietnam kelas 9 dalam mempelajari mata pelajaran matematika. Van Dat Tran mengambil judul “Effects of Student Teams Achievement Division (STAD) on Academic Achievement, and Attitudes of Grade 9th Secondary School Students towards Mathematics” pada penelitiannya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian tersebut membandingkan hasil rata-rata nilai pembelajaran matematika dari kelompok kontrol yang berjumlah 38 siswa dan kelompok eksperimen yang berjumlah 36 siswa.

Penelitian yang dilakukan Van Dat Tran menunjukkan adanya perbedaan prestasi belajar antara kelompok kontrol dan kelompok


(1)

(2)

263

FOTO-FOTO KEGIATAN

siswa mengerjakan soal kuis pertama presentasi kelas oleh guru

siswa dan guru melakukan tanya jawab siswa melakukan kegiatan di dalam saat presentasi kelas kelompok

siswa sedang menempel gambar dalam siswa sedang mendengarkan lembar kerja presentasi hasil kerja kelompok lain

Lampiran 28

Lampiran 24


(3)

guru membimbing siswa dalam kegiatan siswa melakukan presentasi di depan kelompok kelas bersama anggota kelompoknya

siswa mengerjakan soal kuis kedua siswa mengerjakan soal evaluasi

siswa mendapatpenghargaan siswa mendapat penghargaan

(Super Team) (Great Team)


(4)

265

BIODATA PENULIS

Anita Anggraeni Puspitasari lahir di Magelang, 5 Maret 1991. Pendidikan dasar diperoleh di SD Kartika XV-4 Magelang, tamat pada tahun 2003. Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP N 1 Kota Mungkid, Magelang tamat pada tahun 2006.Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA N 1 Mertoyudan, Magelang tamat pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma pada fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi pendidikan guru sekolah dasar. Salah satu syarat kelulusan yaitu melakukan penelitian dan menyusun skripsi. Skripsi yang dibuat oleh peneliti berjudul “Peningkatan Kreatifitas dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta” .


(5)

viii

ABSTRAK

Puspitasari, Anita Anggraeni. 2013. Peningkatan Kreatifitas dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Metode STAD. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013; (2) mengetahui peningkatan kreatifitas siswa pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013; (3) mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang subyek penelitiannya adalah siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 29. Obyek penelitian dalam penelitian ini peningkatan kreatifitas dan prestasi belajar IPS. Data dikumpulkan menggunakan instrumen observasi, tes pilihan ganda serta wawancara dan secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD yang terdiri dari presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan kreatifitas siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. Pada kondisi awal persentase tingkat kreatifitas siswa sebesar 10,65%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat sebesar 54,61%, kemudian dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II meningkat sebesar 71%; (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. Pada kondisi awal rata-rata nilai siswa sebesar 48,93 dengan rata-rata persentase pencapaian nilai KKM siswa sebesar 35,06%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa meningkat sebesar 78,62 dengan pencapaian nilai KKM siswa sebesar 93,10%, kemudian dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata nilai siswa meningkat sebesar 84,4 dengan pencapaian nilai KKM siswa sebesar 96,55%.

Kata kunci : kreatifitas, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif metode STAD


(6)

ix

ABSTRACT

Puspitasari, Anita Anggraeni. 2013. The Improvement of The Creativity and Social Science Learning Achivement of The Fourth Graders of SDN Caturtunggal

3 Yogyakarta Using STAD Cooperative Learning Model. Thesis. Yogyakarta:

Sanata Dharma University.

This research was aimed to: (1) find out how the implementation of STAD cooperative learning model to the fourth graders of SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013 in improving the students’ creativity and achivement in Social Science under theme of Social problems; (2) find out the students’ creativity improvement in Social Science under the theme of social problems by implementing STAD cooperative learning model to the fourth graders of SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013; (3) find out the students’ learning achivement improvement in Social Science under the theme of social problems by implementing STAD cooperative learning model to the fourth graders of SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013.

It was a Class Action Research with 29 students of class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta as the research subjects. The research objects were the creativity and learning achievement improvements in learning Social Science. The data were collected descriptively and qualitatively using observation instrumens, multiple choice tests and interviews.

The research results showed that: (1) the improvements of the creativity and learning achivement of the students class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta, academic year 2012/2013 in Social Science under the theme of social problems used STAD cooperative learning model that consisted of class presentations, teams, quizzes, personal improvement scores, and team recognitions; (2) the implementation of STAD cooperative learning model could improve the creativity of the students class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. At the initial condition, the percentage of the students’ creativity was 10,65%. After the action in cycle I, it was improving and reaching 54,61% and after the action in cyle II , it reached 71%; (3) the implemantation of STAD cooperative learning model could improve the Social Science learning achievement of the students class IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta. At the initial condition, the students’ average score was 48,93 with percentage of the students who passed the Minimum Passing Score was 35,06%. After the action in cycle I, the students’ average score was 78,62 with 93,10% of the students’ passed the Minimum Passing Score. After the action in cycle II, the students’ average score was 84,4 with 96,55% of the students passed the Minimum Passing Score.

Key words: creativity, learning achievement, STAD cooperative learning model.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 2 305

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 9 245

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IV di SDN Srumbung 02.

0 3 354

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SDN Minomartani tahun pelajaran 2012/ 2013.

0 0 179

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II.

0 8 235

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SDN Minomartani tahun pelajaran 2012 2013

0 2 177

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

0 1 233

Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta melalui model pembelajaran kooperatif metode STAD - USD Repository

0 1 282