Pengaruh sikap belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan keliling dan luas persegi panjang dan persegi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas VII S SMP Pangudi L

(1)

ABSTRAK

Dian Nugraheni. 2016. Pengaruh Sikap dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Persegipanjang dan Persegi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Di Kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran matematika (2) sikap belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa (3) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar siswa (4) pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar siswa (5) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, kuesioner sikap dan motivasi belajar, serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika. Validitas butir soal diperoleh dengan uji coba instrumen. Butir soal yang tidak valid kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk direvisi. Reliabilitas untuk instrumen sikap belajar berdasarkan fakta r = 0,716 dan berdasarkan opini r = 0,704, untuk instrumen motivasi belajar berdasarkan fakta r = 0,740 dan berdasarkan opini r = 0,774 , sedangkan untuk instrumen tes hasil belajar r = 0,452.

Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah terlaksana dengan baik dengan keterlaksanaan RPP sebesar 98,29% (2) sikap belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten tergolong sedang (3) motivasi belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten tergolong tinggi (4) hasil belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten tergolong sedang (5) model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, terlihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 67,73 meningkat menjadi 78,25 pada tes hasil belajar (6) sikap belajar dan hasil belajar tidak berpengaruh secara signifikan (7) motivasi belajar dan hasil belajar tidak berpengaruh secara signifikan.

Kata kunci : sikap belajar, motivasi belajar, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)


(2)

ABSTRACT

Dian Nugraheni. 2016. The influence of Student’s Learning Attitude and Student’s Motivation toward the Learning Achievement on The Topic of Rectangles and Squares Using Cooperative Learning Type Teams Games Tournament (TGT) in Grade VIIC of SMP Pangudi Luhur I Klaten Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research has purposes to find out (1) the achievement of mathematics learning using cooperative learning type TGT (2) learning attitude, learning motivation, and student’s learning result (3) the influence of cooperative learning type TGT toward student’s learning result (4) the influence of student’s learning attitude toward student’s learning result (5) the influence of student’s learning motivation toward student’s learning result.

The researcher used qualitative and quantitative descriptive method. The subject of this study are the students in class VIIC of SMP Pangudi Luhur I Klaten academic year 2015/2016. This research used some instruments such as observation sheets of Lesson Plan (RPP), attitude questionnaire sheets, motivation questionnaire sheets, and learning achievement test. The content validity is achieved from the lecturer and the teacher of the subject. The validity of the question is achieved by testing it and if the questions are invalid there will be a revision. The questions reliability of student’s learning attitude for fact r = 0,716 and for opinion r = 0,704, and the questions reliability of student’s motivation for fact r = 0,740 and for opinion r = 0,774, while learning outcomes r = 0,452.

Based on the analysis it is found that (1) the implementation of cooperative learning type TGT has run well with average percentage of Lesson Plan is about 98,29% (2) student’s learning attitude can be included in the category of medium (3) student’s motivation can be included in the category of high (4) student’s learning result can be included in the category of medium (5) there is an influence between cooperative learning type TGT toward student’s learning result. It is shown by the average of the pre- test score from 67,73 increased to 78,25 on learning achievement test (6) there is no significant correlation between student’s learning attitude and student’s learning result (7) there is no significant correlation between student’s motivation and student’s learning result.

Keywords : learning attitude, student’s motivation, cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT)


(3)

PENGARUH SIKAP BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN KELILING

DAN LUAS PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII C SMP PANGUDI LUHUR I KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Dian Nugraheni

121414105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH SIKAP BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN KELILING

DAN LUAS PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII C

SMP PANGUDI LUHUR I KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Dian Nugraheni

121414105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kebaikan yang kau lakukan hari ini mungkin saja sudah dilupakan orang besok pagi;

bagaimanapun, berbuat baiklah.”

-Mother Teresa-

Dengan penuh syukur dan segenap kerendahan hati, kupersembahkan skripsi ini untuk : Tuhan Yesus dan Bunda Maria, Almarhum Papa & Mama tercinta, Mas tersayang Leonardus Sri Harjanto, Adek tersayang Martina Arum dan Marcellina Ellya,

Mas Gabriel Hendri Susanto, Seluruh keluarga besar dan teman-teman, Terima kasih atas segala doa, dukungan, dan cinta kasih


(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK

Dian Nugraheni. 2016. Pengaruh Sikap dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Persegipanjang dan Persegi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Di Kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran matematika (2) sikap belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa (3) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar siswa (4) pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar siswa (5) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten Tahun Ajaran 2015/2016. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, kuesioner sikap dan motivasi belajar, serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika. Validitas butir soal diperoleh dengan uji coba instrumen. Butir soal yang tidak valid kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk direvisi. Reliabilitas untuk instrumen sikap belajar berdasarkan fakta r = 0,716 dan berdasarkan opini r = 0,704, untuk instrumen motivasi belajar berdasarkan fakta r = 0,740 dan berdasarkan opini r = 0,774 , sedangkan untuk instrumen tes hasil belajar r = 0,452.

Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah terlaksana dengan baik dengan keterlaksanaan RPP sebesar 98,29% (2) sikap belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten tergolong sedang (3) motivasi belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten tergolong tinggi (4) hasil belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten tergolong sedang (5) model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, terlihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 67,73 meningkat menjadi 78,25 pada tes hasil belajar (6) sikap belajar dan hasil belajar tidak berpengaruh secara signifikan (7) motivasi belajar dan hasil belajar tidak berpengaruh secara signifikan.

Kata kunci : sikap belajar, motivasi belajar, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)


(11)

viii ABSTRACT

Dian Nugraheni. 2016. The influence of Student’s Learning Attitude and Student’s Motivation toward the Learning Achievement on The Topic of Rectangles and Squares Using Cooperative Learning Type Teams Games Tournament (TGT) in Grade VIIC of SMP Pangudi Luhur I Klaten Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research has purposes to find out (1) the achievement of mathematics learning using cooperative learning type TGT (2) learning attitude, learning motivation, and student’s learning result (3) the influence of cooperative learning type TGT toward student’s learning result (4) the influence of student’s learning attitude toward student’s learning result (5) the influence of student’s learning motivation toward student’s learning result.

The researcher used qualitative and quantitative descriptive method. The subject of this study are the students in class VIIC of SMP Pangudi Luhur I Klaten academic year 2015/2016. This research used some instruments such as observation sheets of Lesson Plan (RPP), attitude questionnaire sheets, motivation questionnaire sheets, and learning achievement test. The content validity is achieved from the lecturer and the teacher of the subject. The validity of the question is achieved by testing it and if the questions are invalid there will be a revision. The questions reliability of student’s learning attitude for fact r = 0,716 and for opinion r = 0,704, and the questions reliability of student’s motivation for fact r = 0,740 and for opinion r = 0,774, while learning outcomes r = 0,452.

Based on the analysis it is found that (1) the implementation of cooperative learning type TGT has run well with average percentage of Lesson Plan is about 98,29% (2) student’s learning attitude can be included in the category of medium (3) student’s motivation can be included in the category of high (4) student’s learning result can be included in the category of medium (5) there is an influence between cooperative learning type TGT toward student’s learning result. It is shown by the average of the pre- test score from 67,73 increased to 78,25 on learning achievement test (6) there is no significant correlation between student’s learning attitude and student’s learning result (7) there is no significant correlation between student’s motivation and student’s learning result.

Keywords : learning attitude, student’s motivation, cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT)


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Terima kasih atas saran, kritik, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Br. Antonius Hardianto, FIC., selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur I Klaten yang telah memberikan ijiin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Ibu S.Setyawati T., S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika SMP Pangudi Luhur I Klaten yang telah membimibing dan mendampingi selama pelaksanaan penelitian di sekolah.


(13)

x

7. Siswa-siswa SMP Pangudi Luhur I Klaten kelas VII C dan VII A yang telah membantu selama melakukan penelitian di sekolah.

8. Orang tuaku (Alm) Thomas Suyud dan Elisabeth Sri Sudarmi serta saudara-saudariku tercinta Leonardus Sri Harjanto, Martina Arum, dan Marcellina Ellya. Terima kasih atas doa, dukungan, bantuan, motivasi ,dan cinta yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 9. Rm. Clay Pareira, S.J. yang telah banyak membantu dan memberikan

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

10.Gabriel Hendri Susanto, yang selalu memberikan kasih, doa, dan motivasi kepada penulis.

11.Teman seperjuangan, Trifosa Ester Seftiyani, yang telah banyak sekali membantu dan memberikan motivasi mulai dari awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi.

12.Sahabat-sahabatku Vita, Tya, Dewi, Ocep, dan Nia yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

13.Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Definisi Istilah ... 9


(15)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Belajar ... 13

1. Pengertian Belajar dan Mengajar ... 13

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 14

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 17

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... . 18

3. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ... 20

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 22

C. Sikap Belajar ... 27

1. Pengertian Sikap ... 27

2. Struktur Pembentuk Sikap ... 28

3. Taksonomi Tujuan Pengajaran Ranah Afektif ... 29

4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ... 30

D. Motivasi Belajar ... 31

1. Pengertian Motivasi ... 31

2. Hierarki Kebutuhan Maslow ... 32

3. Jenis Motivasi Belajar ... 35

E. Hasil Belajar ... 36

F. Korelasi ... 36

G. Materi Pembelajaran Matematika ... 39

1. Persegi Panjang ... 40


(16)

xiii

H. Penelitian Terdahulu ... 54

I. Kerangka Berpikir ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Jenis Penelitian ... 58

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 59

C. Subyek Penelitian ... 59

D. Obyek Penelitian ... 60

E. Variabel Penelitian ... 60

F. Instrumen Penelitian ... 61

G. Validitas dan Reliabilitas ... 68

H. Metode Analisis Data ... 76

BAB IV PELAKSANAAN,ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Kelayakan Analisis ... 80

B. Deskripsi Data ... 81

C. Korelasi ... 98

D. Pembahasan ... 101

E. Pendalaman Analisis ... 103

F. Keterbatasan Penelitian ... 118

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Peningkatan ... 26

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TGT ... 26

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Berdasarkan Fakta ... 63

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Berdasarkan Opini ... 63

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Berdasarkan Fakta ... 65

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Berdasarkan Opini ... 65

Tabel 3.5 Kriteria penilaian kuesioner berdasarkan fakta... 66

Tabel 3.6 Kriteria penilaian kuesioner berdasarkan opini ... 66

Tabel 3.7 Silabus Pembelajaran Matematika Kelas VII ... 67

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 68

Tabel 3.9 Interpretasi Tingkat Validitas ... 70

Tabel 3.10 Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 71

Tabel 3.11 Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 72

Tabel 3.12 Uji Validitas Kuesioner Sikap Berdasarkan Fakta ... 72

Tabel 3.13 Uji Validitas Kuesioner Sikap Berdasarkan Opini ... 73

Tabel 3.14 Uji Validitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Fakta ... 74

Tabel 3.15 Uji Validitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Opini ... 75

Tabel 4.1 Data Mentah Keterlaksanaan RPP ... 81

Tabel 4.2 Data Mentah Kuis ... 82

Tabel 4.3 Data Skor Peningkatan ... 83

Tabel 4.4 Data Hasil Turnamen Meja A ... 84


(18)

xv

Tabel 4.6 Data Hasil Turnamen Meja C ... 84

Tabel 4.7 Data Hasil Turnamen Meja D ... 85

Tabel 4.8 Hasil Turnamen ... 85

Tabel 4.9 Data Mentah Sikap Belajar ... 86

Tabel 4.10 Kategori Sikap Belajar ... 88

Tabel 4.11 Data Mentah Motivasi Belajar ... 89

Tabel 4.12 Kategori Motivasi Belajar ... 91

Tabel 4.13 Data Pre-Test dan Tes Hasil Belajar ... 92

Tabel 4.14 Data Mentah Pre-Test ... 94

Tabel 4.15 Data Mentah Tes Hasil Belajar ……….. 95

Tabel 4.16 Kategori Hasil Belajar ... 97


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Pembagian Kelompok Pembelajaran TGT ... 25

Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow ... . 32

Gambar 2.3 Diagram Terserak Korelasi Linier ... 37

Gambar 2.4 Diagram Terserak Korelasi Nonlinier ... . 37

Gambar 2.5 Diagram Terserak Korelasi Positif ... . 38

Gambar 2.6 Diagram Terserak Korelasi Negatif ... . 38

Gambar 2.7 Diagram Terserak Tidak Berkorelasi ... . 39

Gambar 2.8 Persegipanjang ܣܤܥܦ ... . 40

Gambar 2.9 Pembuktian Sifat I Persegipanjang ... . 41

Gambar 2.10 Pembuktian Sifat I Persegipanjang ... . 41

Gambar 2.11 Pembuktian Sifat II Persegipanjang ... 42

Gambar 2.12 Pembuktian Sifat II Persegipanjang ... 42

Gambar 2.13 Pembuktian Sifat III Persegipanjang ... 43

Gambar 2.14 Pembuktian Sifat III Persegipanjang ... 43

Gambar 2.15 Pembuktian Sifat VI Persegipanjang ... 45

Gambar 2.16 Persegi ܣܤܥܦ ... 47

Gambar 2.17 Pembuktian Sifat I Persegi ... 48

Gambar 2.18 Pembuktian Sifat II Persegi ... 48

Gambar 2.19 Pembuktian Sifat II Persegi ... 49

Gambar 2.20 Pembuktian Sifat III Persegi ... 49


(20)

xvii

Gambar 2.22 Pembuktian Sifat VII Persegi ... 52

Gambar 4.1 Diagram Data Sikap Belajar... 88

Gmabar 4.2 Diagram Data Motivasi Belajar ... 92

Gambar 4.3 Diagram Rata-rata Nilai Pre-Test dan THB... 93

Gambar 4.4 Diagram Data Hasil Belajar ... 98

Gambar 4.5 Diagram Terserak Sikap Belajar dan Hasil Belajar ... 99


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Surat Keterangan Penelitian ... L1 Silabus ... L2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... L8 Pre-Test (Soal, Kunci Jawaban, Penilaian ... L19 Lembar Kerja Siswa I (Soal, Kunci Jawaban, Penilaian) ... L21 Lembar Kerja Siswa II (Soal, Kunci Jawaban, Penilaian) ... L26 Kuis I (Soal, Kunci Jawaban, Penilaian) ... L30 Kuis II (Soal, Kunci Jawaban, Penilaian) ... L33 Tes Hasil Belajar (Kisi-kisi, Soal, Kunci Jawaban, Penilaian) ... L35 Turnamen (Soal) ... L40 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP ... L48 Kuesioner Sikap Belajar (Revisi) ... L56 Kuesioner Motivasi Belajar (Revisi) ... L61 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar ... L65 LAMPIRAN B

Validitas dan Reliabilitas Butir Soal THB ... L66 Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Sikap ... L69 Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Motivasi ... L77


(22)

xix LAMPIRAN C

Contoh Hasil Pengamatan Keterlaksanaan RPP ... L87 Contoh Hasil Pre-Test ... L93 Contoh Hasil LKS I ... L94 Contoh Hasil LKS II ... L97 Contoh Hasil Kuis I ... L99 Contoh Hasil Kuis II ... L100 Contoh Hasil Tes Hasil Belajar ... L101 Contoh Hasil Kuesioner Sikap Belajar ... L102 Contoh Hasil Kuesioner Motivasi Belajar ... L106 LAMPIRAN D Foto- foto ... L110


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang berbeda namun sangat erat kaitannya. Menurut Hilgard (dalam Suyono, 2011:12) belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri. Belajar menemukan merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa menemukan pola atau struktur matematika untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman-pengalaman konkrit (Herman Hudoyo, 1980:20).

Mengajar dilukiskan sebagai proses interaksi antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih guru itu hendaknya relevan dengan tujuan dari pelajaran yang diberikan dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan demikian, mengajar adalah untuk melihat bagaimana proses belajar berjalan. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menalar, dan bahkan menebak dan mendebat (Herman Hudoyo, 1980:18). Oleh sebab itu, guru harus selalu mengupayakan untuk menemukan cara-cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan motivasi dan membangun sikap positif siswa sehingga terbentuk interaksi yang baik antara guru dan siswa.


(24)

Sikap siswa yang ditunjukkan selama di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya pendidikan siswa di sekolah. (Winkel, 2009:117) mengatakan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaiannya terhadap obyek tersebut.

Motivasi merupakan pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas yang diharapkan dapat dicapai. Di dalam kegiatan belajar, anak memerlukan motivasi karena motivasi juga berkaitan erat dengan kemaknaan belajar. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, nampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun dalam belajar (Hamzah, 2007:30).

Terdapat beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran, diantaranya adalah dengan menggunakan simulasi dan permainan. Suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami, atau dihargai. Selain itu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. Pada gilirannya suasana tersebut akan meningkatkan motif belajar siswa (Hamzah, 2007:35). Oleh sebab itu, guru juga harus selalu berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan motivasi siswa


(25)

dalam belajar matematika melalui berbagai cara karena motivasi dapat meningkatkan ketekunan siswa dalam belajar dan diharapkan dapat pula meningkatkan hasil belajar. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan motivasi belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik sehingga memungkinkan siswa untuk dapat mengalami proses belajar yang bermakna.

Nurulhayati (dalam Rusman, 2013:203) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe Teams Games Tournament (TGT) yang dirancang dengan model permainan. Aktivitas belajar dengan permainan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih rileks di samping dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Wawancara dan observasi aktivitas guru di kelas VII SMP Pangudi Luhur I Klaten dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2016. Hasil wawancara dan observasi tersebut menunjukkan bahwa pengajaran matematika berjalan dengan baik. Pengalaman mengajar guru yang sudah lebih dari 25 tahun membuat guru terlatih dalam hal pengelolaan kelas. Hal ini terlihat dari cara guru menyampaikan materi secara sistematis dan


(26)

selalu memberikan penguatan kepada siswa selama pembelajaran berlangsung. Setiap kali masuk kelas, guru selalu menyampaikan salam dengan antusias guna membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk memulai pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah dan tanya jawab. Secara umum keterampilan mengajar di dalam kelas sudah baik yaitu dengan penyampaian materi secara runtut dan sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Selama pembelajaran berlangsung, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara acak kepada siswa untuk mengikat perhatian siswa. Menurut guru, metode ceramah sudah cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran karena metode ini dirasa paling mudah dilaksanakan dan siswa juga lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

Metode ceramah yang digunakan guru ini memang berjalan cukup baik di kelas VII E, namun di kelas-kelas yang lain terdapat beberapa kendala diantaranya adalah siswa kurang memperhatikan guru pada saat mengajar dan justru sibuk berbicara dengan teman. Guru seringkali memberikan tugas dan latihan soal untuk dikerjakan siswa kemudian diberi nilai, dibahas bersama, dan dikembalikan lagi kepada siswa. Guru menyadari bahwa ketika tugas-tugas segera dinilai dan dikembalikan kepada siswa, maka akan memberikan dampak yang baik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan siswa akan merasa bahwa hasil pekerjaan mereka dihargai.


(27)

SMP Pangudi Luhur I Klaten yang beralamat di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo no 28 ini berdiri pada tanggal 1 Agustus 1955. Di sekolah ini terdapat 15 kelas yang terdiri dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX. Masing-masing tingkatan terdiri dari 5 kelas dan setiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Siswa di kelas VII A dan kelas VII B cenderung tenang, sedangkan kelas VII C dan kelas VII D lebih gaduh dan sulit diatur. Sedangkan kelas VII E merupakan kelas unggulan sehingga siswa-siswa yang belajar di kelas ini lebih unggul secara akademik dibanding siswa di kelas lain.

Sepanjang pembelajaran berlangsung, terlihat sikap siswa yang beragam dan ditemui kendala-kendala yang dapat menyebabkan proses belajar dan mengajar tidak berjalan dengan baik. Beberapa siswa terlihat cukup perhatian dan konsentrasi selama pembelajaran, namun ada pula yang hanya melamun di kelas atau justru sibuk sendiri dan membuat kegaduhan. Siswa masih terlihat antusias pada awal pelajaran, namun mulai pada pertengahan hingga akhir pelajaran, beberapa siswa terlihat mulai bosan memperhatikan guru mengajar sehingga mereka mulai menciptakan kegaduhan di kelas seperti berjalan-jalan, berbincang-bincang dengan teman sebangku, dan mengganggu teman yang lain. Dari penjabaran di atas, kendala yang nampak di SMP Pangudi Luhur I Klaten diantaranya adalah terdapat siswa-siswa yang yang cenderung belum memiliki motivasi dalam belajar matematika dan menunjukkan sikap negatif terhadap matematika. Kurangnya perhatian siswa selama


(28)

pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa dorongan siswa untuk belajar matematika masih kurang.

Sebagian besar siswa sangat antusias ketika guru membagikan hasil pekerjaan siswa yang telah dinilai. Siswa saling menanyakan hasil yang diperoleh dan berusaha mengoreksi kembali hasil pekerjaan masing-masing untuk mengetahui letak kesalahan. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa memiliki semangat persaingan dalam mendapatkan nilai yang lebih baik dari teman yang lain. Sebenarnya siswa-siswa di kelas VII termasuk siswa yang cukup aktif dan hal ini terlihat dari sikap siswa yang antusias ingin menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Namun keaktifan siswa ini kurang dapat tersalurkan dengan baik karena pembelajaran yang terlalu terpusat kepada guru siswa kurang berperan aktif selama pelajaran berlangsung.

Oleh sebab itu, harus diupayakan suatu cara untuk menumbuhkan motivasi siswa sekaligus mendorong tumbuhnya sikap positif siswa dalam belajar matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran terpusat kepada siswa sehingga siswa dapat membangun pemahamannya secara aktif melalui pengalaman belajar yang diperoleh. Terdapat beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Tipe pembelajaran ini cukup sesuai diterapkan karena sikap siswa yang cukup aktif dan memiliki semangat persaingan di dalam kelas sehingga diharapkan siswa dapat lebih termotivasi dalam


(29)

belajar dan bersaing secara sehat untuk memperoleh nilai terbaik untuk timnya. Dinamika dalam kelompok juga dapat membimbing siswa untuk membentuk sikap-sikap yang positif seperti kerjasama, saling membantu, tanggung jawab, serta keterlibatan dalam proses belajar mengajar.

Dengan melihat kendala-kendala yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas VII SMP Pangudi Luhur I Klaten serta mengetahui pentingnya sikap dan motivasi dalam mencapai keberhasilan belajar matematika siswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh sikap dan motivasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur I Klaten dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran masih terpusat pada guru.

2. Keaktifan siswa di kelas belum tersalurkan dengan baik karena siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif selama proses pembelajaran.

3. Siswa menunjukkan sikap negatif selama pembelajaran matematika. 4. Motivasi siswa dalam belajar matematika masih kurang.

5. Kurangnya perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi. 6. Hasil belajar siswa masih kurang.


(30)

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh sikap dan motivasi terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pengambilan data akan dilaksanakan di kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten. Tipe Teams Games Tournament (TGT) dipilih karena terlihat adanya daya persaingan yang baik antar siswa sehingga penerapan tipe pembelajaran menggunakan kompetisi diharapkan dapat semakin mendorong semangat siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pokok bahasan luas dan keliling persegipanjang dan persegi di kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten?

2. Adakah pengaruh sikap terhadap hasil belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten?

3. Adakah pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten?


(31)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) pada pokok bahasan luas dan keliling persegipanjang dan persegi di kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten?

2. Mengetahui pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten.

3. Mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII C SMP Pangudi Luhur I Klaten.

F. Definisi Istilah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang didefinisikan. Istilah-istilah tersebut sebagai berikut :

1. Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


(32)

2. Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan menurut Mulyasa, pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah lebih baik.

3. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kooperatif mempunyai arti bersifat kerja sama, bersedia membantu. Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokan atau tim kecil, yaitu empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda.

4. Teams Games Tournament (TGT)

Menurut Saco (dalam Rusman, 2010:224), dalam Teams Games Tournament (TGT) siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.


(33)

5. Sikap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan), perilaku, gerak gerik. Sikap adalah kecenderungan seseorang menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaiannya terhadap obyek tersebut (Winkel, 2009:117)

6. Motivasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu (Sardiman, 2007:75).

7. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2005).

G. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:


(34)

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini merupakan latihan dalam penulisan karya ilmiah. Selain itu juga menambah pengalaman dan wawasan terutama mengenai sikap belajar, motivasi belajar, dan pembelajaran kooperatif sehingga kelak ketika menjadi guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa sehingga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi FKIP Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma program studi pendidikan matematika yang berhubungan dengan sikap belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa.


(35)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar dan Mengajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek lain yang ada pada individu (Nana Sudjana, 2005:28).

Mengajar dilukiskan sebagai proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih guru itu hendaknya relevan dengan tujuan daripada pelajaran yang diberikan dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa (Herman Hudoyo, 1980:18).


(36)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2008:144) menyebutkan bahwa hanya terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu segala sesuatu serta kondisi yang berasal dari dalam dan segala sesuatu serta kondisi yang berasal dari luar individu yang belajar. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa yang bersumber dari dalam individu yang belajar.

1) Faktor Fisiologis/Fisik

Faktor-faktor jasmaniah siswa yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa antar lain indra, anggota tubuh, bentuk tubuh, kelenjar, saraf, dan kondisi fisik lainnya. Siswa dengan kondisi fisik yang kurang mendukung akan berdampak pada siswa tidak dapat berkonsetrasi selama proses belajar.

2) Faktor Psikologis/Psikis

Faktor-faktor psikologis siswa yang mempengaruhi proses belajar antara lain tingkat intelegensi, perhatian dalam belajar, minat terhadap materi dan proses pembelajaran, jenis bakat yang dimiliki, jenis motivasi yang dimiliki untuk belajar, tingkat kematangan dan kedewasaan, faktor kelelahan mental atau psikologis, tingkat kognitif siswa, tingkat kemampuan


(37)

afektif, kemampuan psikomotorik siswa, dan kepribadian siswa, serta bentuk-bentuk yang lainnya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang memperngaruhi proses belajar siswa yang bersumber dari segala sesuatu dan kondisi di luar diri individu yang belajar. Menurut Sumadi Suryabrata (2011:233), faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, meliputi faktor-faktor berikut :

1) Faktor Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok ini misalnya faktor cuaca, suhu, suhu udara, waktu belajar, tempat belajar (letak gedung,dan kondisi tata ruang), dan peralatan dalam belajar (alat tulis, alat peraga, buku-buku, dan perlengkapan belajar lainnya). Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran, faktor-faktor tersebut harus diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar optimal.

2) Faktor Sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah faktor manusia, baik manusia yang hadir secara langsung maupun yang tidak hadir, tetapi mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran siswa. Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok ini adalah sebagai berikut : (a) lingkungan keluarga, (b) lingkungan


(38)

sekolah, dan (c) lingkungan masyarakat dan budaya. Faktor-faktor sosial tersebut lebih banyak bersifat mempengaruhi proses belajar siswa dalam bentuk mengganggu proses belajar, mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, mengganggu tugas-tugas belajar siswa, dan sebagainya. Kondisi tersebut selanjutnya berdampak pada pencapaian prestasi belajar siswa yang rendah.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Disamping faktor internal dan eksternal, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Dari berbagai definisi belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang sehingga terjadi perubahan yang relatif permanen pada diri dalam rangka meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan yang dipelajari. Menurut teori behaviorisme, seseorang dikatakan belajar apabila telah mengalami perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan teori konstruktivisme lebih memahami belajar


(39)

sebagai suatu kegiatan membangun dan menciptakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang diperoleh.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan mengajar adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang baik dengan cara melaksanakan proses belajar yang baik pula sehingga pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah, dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang (Eveline Siregar & Hartini Nara, 2011:13).

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model atau acuan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran yang berlangsung, peserta didik mampu belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda (Slavin, 2005).


(40)

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2009:56).

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning (Rusman, 2010:206). Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuanoleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi, yaitu : fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, fungsi manajemen sebagai organisasi, dan fungsi manajemen sebagai kontrol.


(41)

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok (Rusman, 2010:206)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran dimana siswa belajar di dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen dan dilihat dari berbagai aspek diantaranya adalah prestasi akademik, jenis kelamin, ras, dan latar belakang sosial budaya. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk berperan aktif di dalam kelompok, mampu bekerja sama, dan bertanggung jawab atas keberhasilan belajar semua anggota kelompok. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.


(42)

3. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah. Jenis-jenis model tersebut adalah sebagai berikut : a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan 4-5 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

b. Jigsaw

Pembelajaran tipe Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.


(43)

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Dalam model pembelajaran ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih kemudian mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

d. Make a Match (Membuat Pasangan)

Guru mempersiapkan kartu yang berisi persoalan dan kartu yang berisi jawabannya. Setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya. Setiap siswa mencari kartu yang cocok dengan persoalannya. Kartu kemudian dikumpulkan kembali dan dikocok untuk diteruskan ke babak selanjutnya.

e. Think Pair Share (TPS)

Pada tipe ini, guru menyajikan materi secara klasikal dan memberikan persoalan kepada siswa. Kemudian siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan dengan teman sebangku (think-pairs) dan hasilnya dipresentasikan.

f. Numbered Head Together (TGT)

Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa dan kepada setiap anggota kelmpok diberi nomor antara 1 sampai dengan 5. Kemudian guru mengajukan suatu pertanyaan dan siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan


(44)

tersebut serta meyakinkan bahwa setiap anggota dalam kelompok tersebut mengetahui jawabannya. Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut dan menjelaskannya untuk seluruh kelas (Trianto, 2009:68).

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Tipe Teams Games Tournament (TGT) dikembangkan oleh De Vries dan Slavin pada tahun 1978 di John Hopkins University. Slavin menyatakan bahwa TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan peserta didik bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya sebelum mengajukan pertanyaannya kepada guru. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih rileks di samping dapat


(45)

menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Slavin (2005:143) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu:

a. Tahap Penyajian Kelas (Class Presentation).

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi (prasyarat belajar). Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar. Pada tahap penyajian kelas ini, peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik untuk bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game, karena skor game juga menentukan skor kelompok.

b. Tahap Belajar dalam Kelompok (Teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 peserta didik yang anggotanya beragam. Dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, rasa atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal.

Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT. Jika ada satu anggota yang tidak bisa mengerjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait dengan soal tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan


(46)

soal atau pertanyaan tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan, maka peserta didik dapat meminta bimbingan guru.

Setelah belajar kelompok selesai, guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai fasilitator berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan.

c. Permainan (Games)

Permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan peserta didik yang diperoleh dari penyajian kelas dan belajar dalam kelompok. Peserta didik yang benar dalam menjawab pertanyaan tersebut akan mendapatkan skor.

d. Pertandingan (Tournaments)

Turnamen dilakukan pada akhir pelajaran setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi peserta didik ke dalam meja-meja turnamen. Setelah masing-masing peserta didik berada dalam meja turnamen berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set perangkat soal turnamen. Satu set perangkat


(47)

turnamen terdiri dari soal turnamen, kartu soal, lembar jawaban, dan lembar skor turnamen.

e. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Guru mengumumkan kelompok yang menang dan memberikan reward. Tim mendapatkan julukan “Super Team” jika rata-rata

skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45,

dan “Good Team” apabila rata-rata 30-40.

Gambar 2.1 Skema Pembagian Kelompok dalam TGT TEAM A

TEAM B TEAM C

Skor siswa dibandingkan dengan rerata skor yang mereka peroleh sebelumnya dan poin yang diperoleh siswa sesuai dengan seberapa jauh siswa tersebut dapat melampaui prestasi yang telah dilalui sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa tabel sistem perhitungan

A1 A2 A3 A4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

B1 B2 B3 B4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

C1 C2 C3 C4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Meja

Turnamen 1

Meja Turnamen

2

Meja Turnamen

3

Meja Turnamen


(48)

skor peningkatan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) :

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Peningkatan

Skor Kuis Poin

Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT, disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT

Kelebihan Kekurangan

1. Keterlibatan peserta didik dalam belajar mengajar.

2. Peserta didik menjadi bersemangat dalam belajar.

3. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik bukan semata-mata dari guru, tapi juga melalui konstruksi oleh peserta didik itu sendiri.

4. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri, seperti kerja sama, toleransi, serta bisa menerima pendapat orang lain. 5. Hadiah dan penghargaan yang diberikan

akan memberikan dorongan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. 6. Pembentukan kelompok-kelompok kecil

dapat mempermudah guru untuk memonitor peserta didik dalam belajar dan bekerjasama.

1. Bagi para pengajar pemula, model ini membutuhkan waktu yang banyak.

2. Membutuhkan

sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal turnamen. 3. Peserta didik

terbiasa belajar dengan adanya hadiah.


(49)

C. Sikap Belajar

1. Pengertian Sikap

Menurut Slameto (1988:191), sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai persamaan unsur, yaitu adanya kesediaan untuk berespon terhadap suatu situasi.

Winkel (2009:117) mengatakan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaiannya terhadap obyek tersebut. Bila obyek dinilai baik, maka ia akan memberikan sikap yang positif. Bila obyek dinilai jelek baginya, maka dia akan memberikan sikap yang negatif. Sedangkan bila obyek dinilai tidak bernilai baik maupun buruk, maka dia akan bersikap biasa-biasa saja.

Menurut Jihad dan Haris (2012:102), secara umum obyek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut: (a) Sikap terhadap materi pelajaran, (b) Sikap terhadap guru/pengajar, (c) Sikap terhadap proses pembelajaran, (d) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.


(50)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang telah diamati, dievaluasi, dan dinilai. Terdapat tiga macam sikap, yaitu sikap positif, sikap negatif, dan sikap netral.

2. Struktur Pembentuk Sikap

Menurut Slameto dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, menyebutkan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek, dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap obyek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Harus ada informasi pada seseorang untuk dapat bersikap terhadap suatu obyek karena informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap.

Dari penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sikap terbentuk atas aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku. Aspek kognitif berhubungan dengan persepsi dan pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek. Aspek afektif berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap obyek. Sedangkan aspek perilaku berhubungan


(51)

dengan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap obyek tertentu.

3. Taksonomi Tujuan Pengajaran Ranah Afektif

Taksonomi ranah afektif yang paling luas dipakai adalah hasil rumusan Krathwohl, Bloom, dan Masia. Taksonomi ini mengklasifikasikan emosi atau perasaan siswa terhadap aneka pengalaman belajar yang diperolehnya di dalam maupun di luar kelas, atau cara siswa menanggapi orang, benda, atau situasi dengan menggunakan perasaannya.

Taksonomi tujuan pengajaran ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia (dalam Supratiknya, 2012) yaitu sebagai berikut : a. Taraf kemampuan mau menerima fenomena tertentu (Receiving

phenomena), yaitu mau menyadari, mau mendengarkan, atau mau memberikan perhatian.

b. Taraf kemampuan mau memberikan respon terhadap fenomena tertentu (Responding to phenomena), meliputi mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.

c. Taraf kemampuan mau memberikan nilai/mau memandang bernilai (Valuing) yaitu mulai dari sekedar menerima sesuatu sebagai bernilai sampai menunjukkan komitmen yang lebih kompleks. d. Taraf kemampuan mau mengorganisasikan nilai-nilai


(52)

prioritas (mengurutkan dari yang paling penting/ bernilai sampai yang paling kurang penting/kurang bernilai).

e. Taraf kemampuan mau menginternalisasikan nilai-nilai atau karakterisasi (Internalizing Values) yaitu memiliki suatu sistem nilai yang dijadikan pedoman berperilaku sehingga perilaku menjadi konsisten, bisa diprediksi, dan yang terpenting menjadi ciri atau karakteristik prbadi yang bersangkutan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Menurut Saifuddin Azwar (1988:24), sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat..

b. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.


(53)

c. Orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

d. Media massa

Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

e. Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama telah meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Emosi dalam diri individu

Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Menurut Isbandi Rukminto (dalam Hamzah, 2007:3) menyebutkan bahwa istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif merupakan daya


(54)

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Banyak teori motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya.

Dari pengertian mengenai motivasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu yang disenanginya untuk dapat mencapai tujuan tertentu.

2. Hierarki Kebutuhan Maslow

Maslow sebagai tokoh motivasi aliran humanism, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs) yang digambarkan secara hierarkis sebagai berikut :

Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow

Aktualisasi Diri Harga Diri Dicintai dan disayangi

Rasa Aman

Fisiologis Fisiologis Rasa aman Dicintai dan disayangi

Harga Diri Aktualisasi


(55)

Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasikan gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar / fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan Fisiologis

Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologis (kebutuhan akan udara, makanan, minuman, dan sebagainya) yang ditandai dengan kekurangan sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).

b. Kebutuhan Rasa Aman

Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut, cemas, dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, jika safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya perilakunya pun akan cenderung ke arah negatif.


(56)

c. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi

Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka akan timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai. Sebagai makhluk sosial, manusia merasa perlu memenuhi kebutuhannya akan kedekatan dengan orang lain seperti pertemanan, dan hubungan kekeluargaan.

d. Kebutuhan Harga Diri

Ada dua macam kebutuhan akan harga diri yaitu yang pertama adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain yang meliputi status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri, akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain, dan selalu siap berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah ketepatan seseorang di dalam menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam dirinya. Ahli jiwa Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Kebutuhan aktualisasi diri meliputi kebutuhan memenuhi


(57)

keberadaan diri (self fulfillment) dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan dan potensi diri.

Teori Maslow ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan, teori ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Misalnya dengan profesionalisasi guru dan kematangan dalam melaksanakan tugas guru. Guru dapat memahami keadaan peserta didik secara perorangan, memelihara suasana belajar yang baik, keberadaan peserta didik (rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa cemas) dan memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar menyenangkan, bebas dari kebisinganatau polusi, tanpa gangguan dalam belajar (Hamzah, 2007:7).

3. Jenis Motivasi Belajar

Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan

faktor-faktor di luar peserta didik (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2012:26).


(58)

E. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2005). Sedangkan menurut Hamalik (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:15) tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Menurut teori behaviorisme, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang sifatnya menetap. Sedangkan menurut teori konstruktivisme, hasil belajar merupakan terbentuknya pengetahuan yang baru melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh.

Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa secara nyata setelah melakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Hasil belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik.

F. KORELASI

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempelajari sifat keterhubungan antara dua variabel adalah dengan menggunakan diagram terserak (Scatter Plot). Dengan memperhatikan letak titik-titik dalam diagram terserak, dapat diperkirakan korelasi antara variabel-variabel


(59)

tersebut. Apabila letak titik-titik tersebut di sekitar garis lurus, maka cukup beralasan untuk menduga adanya korelasi linier. Jika letak titik-titik di sekitar garis lengkung, maka wajar untuk menduga adanya korelasi nonlinier yaitu dapat berupa parabola, pangkat tiga, atau bentuk lainnya (Sudjana, 2005:313).

Gambar 2.3 Diagram Terserak Korelasi Linier

(Sumber : Sudjana, 2005:313)

Gambar 2.4 Diagram Terserak Korelasi Nonlinier

(Sumber : Sudjana, 2005:132)

Variabel-variabel yang berkorelasi linier seperti pada gambar 2.3 dapat ditunjukkan dengan beberapa jenis diagram terserak seperti berikut ini:


(60)

Gambar 2.5 Diagram Terserak Korelasi Positif

(Sumber : Suharsimi Arikunto, 1993:259)

Jika titik-titik merupakan garis lurus menyudut, menunjukkan adanya korelasi positif. Artinya ada hubungan yang erat antara kedua variabel yang dikorelasikan.

Gambar 2.6 Diagram Terserak Korelasi Negatif

(Sumber : Suharsimi Arikunto, 1993:259)

Korelasi negatif, menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Makin tinggi nilai variabel maka nilai variabel semakin rendah, begitu pula sebaliknya.


(61)

Gambar 2.7 Diagram Terserak Tidak Berkorelasi

(Sumber : Suharsimi Arikunto, 1993:259)

Titik-titik yang menyebar tidak beraturan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel-variabel yang dikorelasikan (Suharsimi Arikunto, 1993:259).

G. Materi Pembelajaran Matematika

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang dan persegi.

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Materi Pembelajaran : Materi Ajar : Segiempat


(62)

1. Persegipanjang a. Definisi

Persegipanjang merupakan jajargenjang yang besar salah satu sudutnya 900.

Jajargenjang merupakan bangun segiempat yang memiliki dua pasang sisi berhadapan yang sejajar.

b. Unsur-unsur persegipanjang Gambar 2.8 Persegipanjang

Dari gambar 2.3 di atas, dapat diidentifikasi unsur-unsur dari persegipanjang sebagai berikut:

1) Sisi persegipanjang ABCD adalah garis AB, BC, CD, dan DA. 2) Sudut-sudut persegipanjang ABCD adalah ABC, BCD,

CDA, dan DAB

D C


(63)

c. Sifat-sifat persegipanjang

1) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang

Gambar 2.9 Pembuktian Sifat I Persegipanjang Perhatikan Gambar 2.9. Jika persegipanjang dibalik menurut garis , persegipanjang tersebut akan menempati bingkainya, sehingga titik akan menempati titik , dan titik akan menempati titik , ditulis ↔ . Demikian halnya diperoleh ↔ , sehingga ↔ . Hal ini berarti

= .

C C

Gambar 2.10 Pembuktian Sifat I Persegipanjang Perhatikan Gambar 2.10. Jika persegipanjang dibalik menurut garis , persegipanjang tersebut akan menempati bingkainya, sehingga diperoleh ↔ . Demikian halnya

A B

C

D C D

B A

A B

C D

D C

B A

D C

A B

D C

A B

D C

A B

D C

A B


(64)

diperoleh ↔ , sehingga ↔ . Hal ini berarti = .

Dari pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa jarak dan

selalu tetap. Demikian halnya dengan jarak dan .

Oleh karena itu, sejajar dan sejajar .

2) Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan saling membagi dua sama panjang.

Gambar 2.11 Pembuktian Sifat II Persegipanjang

Baliklah persegipanjang dengan diagonal menurut garis sehingga menempati bingkainya kembali seperti pada Gambar 2.6. berdasarkan Gambar 2.11, diperoleh ↔ ,

↔ , ↔ , dan = .

Gambar 2.12 Pembuktian Sifat II Persegipanjang Perhatikan Gambar 2.12. Putarlah persegipanjang ABCD sejauh setengah putaran, dengan diagonal dan berpotongan di titik O. Dari pemutaran tersebut, diperoleh

D C

B A

C D

B A

O

A B

C

D O

C D

B A

k

A B

D

C

A

D D C

B

A B

C D

A

C


(65)

↔ , ↔ , ↔ , sehingga ↔ dan ↔ . Hal ini berarti = dan = .

3) Keempat sudutnya sama besar dan siku-siku.

= CBA

Gambar 2.13 Pembuktian Sifat III Persegipanjang Untuk menyelidiki besar sudut pada persegipanjang, baliklah persegipanjang menurut garis k, sehingga menempati bingkainya. Berdasarkan Gambar 2.13, diperoleh bahwa sudut ↔ sudut dan sudut ↔ sudut . Dengan demikian, sudut = sudut dan sudut = sudut

.

Gambar 2.14 Pembuktian Sifat III Persegipanjang Selanjutnya, jika persegipanjang dibalik menurut garis l, persegipanjang akan menempati bingkainya seperti pada Gambar 2.14. Diperoleh bahwa sudut ↔ sudut dan sudut ↔ sudut . Dengan demikian, sudut =

A B

C

D C D

B A

A B

C D

D C

B A D A C B D A C B D A C B k l A D B C


(66)

sudut dan sudut = sudut . Akibatnya, sudut DAB = sudut ADC = sudut BCD = sudut CBA. Jadi semua sudut persegipanjang adalah sama besar dan merupakan sudut siku-siku.

4) Mempunyai dua simetri lipat.

5) Mempunyai simetri putar tingkat dua.

6) Dapat menempati bingkainya dengan empat cara. (i) (ii) D A C B

D C

A B

C D

B A

A B

C D

C D

B A

D C

B A

D

A

C

B A B

D

A

C

A B

D

D

B

C DD CC

C

K

L


(67)

(iii)

(iv)

Gambar 2.15 Pembuktian Sifat VI Persegipanjang Perhatikan Gambar 2.15

(i) Tempatkan persegipanjang pada posisi awal

(ii)Dari posisi awal, baliklah persegipanjang menurut garis , ternyata persegipanjang dapat menempati bingkainya secara tepat, sehingga menempati .

(iii)Dari posisi awal, baliklah persegipanjang menurut garis , ternyata sisi dapat menmpati sisi , sehingga persegipanjang dapat menempati bingkainya.

(iv)Dari posisi awal, putarlah persegipanjang setengah putaran, ternyata persegipanjang dapat menempati bingkainya secara tepat, sehingga sisi menempati .

D A

C

B D C

B A

D A

C B

B

C D

A

A B

D C

A

D C

B

A B

C D

A B


(68)

Jadi, persegipanjang dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.

d. Keliling dan luas persegipanjang 1) Keliling persegipanjang

Keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh panjang sisinya. Jika adalah persegipanjang dengan panjang p dan lebar l, maka keliling persegi panjang tersebut adalah :

l

p Keliling persegipanjang = p + l + p + l

= 2 ( p + l )

2) Luas persegipanjang

Luas persegipanjang adalah banyaknya persegi satuan yang dibutuhkan untuk menutup persegipanjang tersebut. Jika alas persegipanjang adalah p dan tingginya l, maka :

Luas Persegipanjang = p x l

A B

C D


(69)

2. Persegi a. Definisi

Persegi merupakan persegipanjang yang keempat sisinya sama panjang.

b. Unsur-unsur persegi

Gambar 2.16 Persegi

Berdasarkan gambar 2.16, diketahui unsur-unsur persegi sebagai berikut :

1) Sisi-sisi persegi panjang ABCD adalah garis AB, BC, CD, dan DA.

2) Sudut

Sudut-sudut persegi panjang ABCD adalah ABC, BCD, CDA, dan DAB.

D C

A B

D C


(70)

c. Sifat-sifat persegi

1) Semua sisi persegi sama panjang.

Gambar 2.17 Pembuktian Sifat I Persegi

Persegi diputar sejauh 900 searah jarum jam sehingga diperoleh bahwa seperti pada gambar 2.17 :

= = = =

Maka dapat disimpulkan bahwa = = =

2) Keempat sudutnya siku-siku

Gambar 2.18 Pembuktian Sifat II Persegi

Untuk menyelidiki besar sudut pada persegi, baliklah persegi menurut garis k, sehingga menempati bingkainya. Berdasarkan Gambar 2.18, diperoleh bahwa sudut ↔ sudut dan sudut ↔ sudut . Dengan demikian, sudut = sudut dan sudut = sudut .

B A

C

D A

B C

D

B A

C

D C

B

D

A k

A B

C

D D C

A B

D A C B C D


(71)

Gambar 2.19 Pembuktian Sifat II Persegi

Selanjutnya, jika persegi dibalik menurut garis l, persegi akan menempati bingkainya seperti pada Gambar 2.19. Diperoleh bahwa sudut ↔ sudut dan sudut ↔ sudut . Dengan demikian, sudut = sudut dan sudut = sudut . Akibatnya, sudut DAB = sudut ADC = sudut BCD = sudut CBA. Jadi semua sudut persegi adalah sama besar dan merupakan sudut siku-siku.

3) Sudut-sudut persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

Gambar 2.20 Pembuktian Sifat III Persegi

Berdasarkan gambar 2.20, diperoleh bahwa sudut ↔ sudut , sehingga sudut = sudut dan sudut

B A

C

D D

C A B B A C

D A

D B C l D A

D C

B

C D

A B

C

A B

D C


(72)

↔ sudut . Hal ini menunjukkan bahwa diagonal membagi dua sama besar sudut dan sudut . Dengan cara yang sama, dapat dibuktikan bahwa diagonal membagi dua sama besar sudut dan sudut .

4) Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang dan membentuk sudut siku-siku.

Gambar 2.21 Pembuktian Sifat IV Persegi

Perhatikan gambar 2.21, dengan pusat , putarlah persegi seperempat lingkaran searah jarum jam sehingga diperoleh bahwa :

Sudut = sudut ; sudut = sudut ; sudut = sudut ; sudut = sudut ;

Karena persegi dapat tepat menempati bingkainya kembali dapat dikatakan bahwa sudut = sudut = sudut = sudut .

Diketahui bahwa sudut satu putaran penuh adalah 3600 akibatnya,

AOB = BOC = COD = AOD = 360

0

4

= 90

0 B

A

C D O

O

B C

A D

A

D C

B

A

D C


(73)

5) Memiliki 4 simetri lipat

6) Mempunyai simetri putar tingkat empat.

7) Dapat menempati bingkainya dengan delapan cara. (i) B A C

D A

B C

D

B A

C D A

B C D B A C

D A

B C

D

B A

C D

A B C D D B A C

D C

A B

D C

A B

D

A B

C D C

A B

D A C B D A C B

D C

A B

D

A

C


(74)

(ii) (iii) (iv) (v)

Gambar 2.22 Pembuktian Sifat VII Persegi B

A

C

D C

B D A B A C

D A

D B C B A C

D D

C A B B A C

D B

A C D D A C B D A C B D A C B D A C B A D B C A D B C A D B C A D B C


(75)

Perhatikan Gambar 2.22

(i) Tempatkan persegi pada posisi awal, kemudian putar persegi tersebut setiap 900 sehingga persegi tersebut dapat menempati bingkainya secara tepat sebanyak empat kali.

(ii)Dari posisi awal, baliklah persegi menurut garis , ternyata persegi dapat menempati bingkainya secara tepat, sehingga menempati .

(iii)Dari posisi awal, baliklah persegi menurut garis , ternyata sisi dapat menmpati sisi , sehingga persegi

dapat menempati bingkainya.

(iv)Dari posisi awal, putarlah persegi setengah putaran, ternyata persegi dapat menempati bingkainya secara tepat, sehingga sisi menempati .

Jadi, persegi dapat menempati bingkainya kembali dengan delapan cara.

d. Keliling dan luas persegi 1) Keliling persegi

Keliling persegi adalah jumlah panjang seluruh sisinya. D s C

s s

A s B


(76)

2) Luas Persegi

Luas persegi adalah kapasitas banyaknya persegi satuan yang dibutuhkan untuk menutup persegi tersebut. Persegi merupakan bangun segiempat yang keempat sisinya sama panjang sehingga panjang alas persegi sama dengan tinggi persegi yaitu s. Luas persegi sama dengan hasil kali alas dengan tinggi sehingga dapat dituliskan sebagai berikut :

Luas Persegi = s x s = s2

H. Penelitian Terdahulu

Sebelum melaksanakan penelitian mengenai pengaruh sikap dan motivasi siswa terhadap hasil belajar matematika, sudah terdapat penelitian yang relevan dari Ana Karisma Adi Purwito yang meneliti

mengenai “Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap

Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015.” Dari penelitian ini diketahui bahwa motivasi memberikan kontribusi terhadap hasil belajar sebesar 7,69% dengan koefisien korelasi sebesar 0,28. Peneliti lain yang melakukan penelitian yang relevan adalah Maria Anjelina Irawati Ule dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi dan Sikap Terhadap Hasil Belajar Matematika Dalam Pokok Bahasan Aljabar


(1)

(2)

(3)

Uji coba instrumen penelitian di kelas VII A


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA LUAS DAN KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA LUAS DAN KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI PENDEKATAN STUDENT FA

0 1 17

Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe stad yang dilengkapi dengan alat peraga di kelas VII-D SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.

0 2 348

Motivasi dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi di SMP Negeri 3 Depok Sleman.

0 1 312

Motivasi dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada topik persegipanjang dan persegi di SMP Negeri 3 Depok Sleman

0 1 310