EFEKTIVITAS PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO POWTOON PADA MATA PELAJARAN KIMIA TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 1.
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Isnaini Kholilurrohmi 13303244019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
maupun materiil serta doa diantaranya :
Ayah dan Ibuku (Crys Fajar Partana dan Pristiwati) tersayang, terimakasih atas dorongan, dukungan, pengorbanan, doa dan kasih sayang yang Ayah dan Ibu berikan selama ini.
Kakakku (Almh. mbak Ashry), mas Habibi dan adikku Maahir yang aku sayangi.
Sahabat-sahabatku yang aku sayangi yang selalu memberikan semangat, Della, Dewik, Cahya. Sahabat terus yaa.
Teman-teman D’Chlorine yang solidaritasnya paling banget, terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
Teman-teman Pendidikan Kimia 2013
Teman-teman KKN 207D dan PPL di SMA N 1 Pleret.
Terimakasih semua yang telah hadir dalam hidupku yang telah memberiku banyak cerita.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(6)
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Penerapan Media Pembelajaran Video PowToon pada Mata Pelajaran Kimia Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas X Semester 1”.
Penyusunan skripsi ini dapat dilaksanakan dengan lancar atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mnyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M. Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Bapak Jaslin Iskan, M.App.Sc., Ph.D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd, selaku Koordinator Tugas Akhir Skripsi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
5. Bapak M. Pranjoto Utomo, M. Si, selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan.
6. Ibu Dra. Susila Kristianingrum, M. Si, selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi
7. Bapak Sukisman Purtadi, M. Si, selaku penguji utama yang berkenan memberi masukan hingga terselesaikannya penulisan Tugas Akhir Skripsi ini.
8. Ibu Endang Dwi Siswani, M. T, selaku penguji pendamping yang berkenan memberi masukan hingga terselesaikannya penulisan Tugas Akhir Skripsi ini. 9. Bapak Drs. Imam Nurrohmat, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pleret
(7)
12.Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Kimia 2013.
13.Semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki pada kesempatan selanjutnya. Untuk itu peneliti mohon maaf jika belum bisa memberikan hasil yang sempurna kepada semua pihak yang telah membantu jalannya proses penelitian. Selain itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Yogyakarta, 17 april April 2017
(8)
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ...xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan ... 9
1. Deskripsi Teori ... 9
2. Penelitian yang Relevan ... 33
B. Kerangka Berfikir ... 34
C. Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III. METODE PENELITIAN ... 38
(9)
E. Teknik Analisis Data ... 49
I. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian ... 54
B. Pembahasan ... 78
II. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
(10)
Gambar 2. Diagram Alur Kerja Penelitian... 48
(11)
Tabel 2. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar ... 42
Tabel 3. Skala Penilaian untuk Pengisian Angket ... 43
Tabel 4. Kisi-Kisi Butir Instrumen Motivasi Belajar Kimia ... 44
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal Prestasi Belajar Kimia ... 46
Tabel 6. Data Validitas Soal Prestasi ... 47
Tabel 7. Data Motivasi Belajar Kimia Peserta Didik ... 55
Tabel 8. Data Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik ... 55s Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kimia ... 56
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Kimia ... 57
Tabel 11. Hasil Uji-t Sama Subjek untuk Motivasi Belajar Kimia ... 59
Tabel 12. Hasil Uji-t Beda Subjek Motivasi Belajar Peserta didik ... 60
Tabel 13. Hasil Uji-t Beda Subjek Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik ... 61
Tabel 14. Data Hasil Penelitian untuk Motivasi Belajar Peserta Didik ... 77
(12)
Lampiran 3. Silabus ... 200
Lampiran 4. Angket Motivasi Belajar Kimia ... 203
Lampiran 5. Soal Prestasi dan Kunci Jawaban Sebelum Validasi ... 206
Lampiran 6. Data Validasi dan Reabilitas Tes Prestasi ... 218
Lampiran 7. Uji Validasi dan Reabilitas Tes Prestasi ... 220
Lampiran 8. Soal Prestasi dan Kunci Jawaban Sesudah Validasi ... 223
Lampiran 9. Data Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas Eksperimen .... 232
Lampiran 10. Data Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas Kontrol ... 233
Lampiran 11. Data Motivasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas Eksperimen .. 234
Lampiran 12. Data Motivasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas Kontrol ... 235
Lampiran 13. Data Gain Skor Motivasi Belajar Kimia Peserta Didik ... 236
Lampiran 14. Ringkasan Data Penelitian ... 237
Lampiran 15. Hasil Uji Normalitas ... 238
Lampiran 16. Hasil Uji Homogenitas ... 239
Lampiran 17. Hasil Uji-t Sama Subjek Kelas Eksperimen ... 240
Lampiran 18. Hasil Uji-t Sama Subjek Kelas Kontrol ... 241
Lampiran 19. Hasil uji-t Beda Subjek ... 242
Lampiran 20. Hasil Uji Anova Satu Jalur... 243
Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian ... 244
Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian ... 245
Lampiran 23. T-tabel ... 248
(13)
Oleh :
Isnaini Kholilurrohmi 13303244019
Pembimbing Utama : Dra. Susila Kristianingrum, M. Si ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon dan tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon dan mengetahui efektivitas penerapan media pembelajaran video PowToon terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas X semester I SMA Negeri 1 Pleret.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan desain perbandingan kelompok statik dengan dua sampel. Sampel penelitian sebanyak 55 peserta didik kelas X yang terbagi menjadi kelas eksperimen (XC) dan kelas kontrol (XD). Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan media pembelajaran video PowToon, sedangkan kelas kontrol tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon. Data dalam penelitian ini meliputi data motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Analisis yang digunakan adalah uji-t sama subjek dan uji-t beda subjek.
Berdasarkan hasil uji-t sama subjek untuk motivasi belajar kelas eksperimen menunjukkan bahwa p = 0.000 (p < 0.05) dan kelas kontrol menunjukkan bahwa p= 0.007 (p < 0.05) yang berarti ada peningkatan yang signifikan pada motivasi belajar peserta didik sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Pada uji-t beda subjek menunjukkan bahwa p = 0.261 (p > 0.05) yang berarti tidak ada perbedaan motivasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada uji-t beda subjek untuk prestasi belajar peserta didik menunjukan bahwa p = 0.041 (p < 0.05) yang berarti ada perbedaan prestasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran video PowToon kurang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, namun efektif digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar kimia peserta didik kelas X semester I SMA Negeri 1 Pleret.
Kata kunci: penelitian eksperimen, media pembelajaran, PowToon, motivasi belajar, prestasi belajar
(14)
STATE SENIOR HIGH SCHOOL 1 PLERET By :
Isnaini Kholilurrohmi 13303244019
Supervisor : Dra. Susila Kristianingrum, M. Si ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the difference in student motivation and chemistry achievement using instructional media PowToon video and without the use of instructional media, and effectiveness of instructional media PowToon video towards motivation and chemistry achievement of student of first grade in senior high school 1 Pleret.
This research was experimental research, design with static group comparison with two samples. The samples are 55 first grade students who are divided to experiments class (XC) and control class (XD). Experiment class using instructional media PowToon video, while the control class without using instructional media PowToon video. The data in this research includes student motivation data and chemistry achievements. The analysis that used in This research is dependent subject t-test and independent subject t-test.
Based on the results of dependent t-test of experiments class shows that p = 0.000 (p < 0.05), and control class show that p = 0.007 (p < 0.05), which means there is a significant improvement on learning motivation of participants students before and after the learning process. Independent t-test for learning motivation show that p = 0261 (p> 0.05), which means there is no difference in motivation among experiment class and control class. Independent t-test for chemistry achievement show that p = 0.041 (p , 0.05) which means there is difference in chemistry achievement beetwen experiment class and control class. It can be concluded that the instructional media PowToon video is not effective toward the learning motivation student, but effectively used toward learning achievement student of first grade in senior high school 1 Pleret.
Kata kunci: experiment research, instructional media, PowToon, learning motivation, chemistry achievement
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Semakin hari pendidikan dapat meluas melalui segala aspek. Sarana dan prasarana pendidikan pun semakin memadai dan lengkap. Hal ini diikuti dengan berkembangnya teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat cukup dirasakan di era sekarang ini untuk semua kalangan baik anak kecil sampai orang dewasa. Bahkan perkembangan ini merambah ke dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan dewasa ini sering kali bergantung pada teknologi, karena hal tersebut dapat membantu dalam pembelajaran. Banyak sekolah yang sekarang memakai teknologi ini untuk memperlancar pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
Teknologi dalam pembelajaran bisa menjadi sarana pembelajaran, metode, media dan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Pertama, teknologi sebagai sarana, teknologi merupakan alat untuk memperlancar pembelajaran. Kedua, teknologi sebagai metode dan media, teknologi sebagai inovator agar pembelajaran menjadi lebih menarik. Ketiga, teknologi sebagai sumber belajar yaitu teknologi sebagai salah satu penyedia informasi bagi peserta didik. Terkadang pendidik menemukan kesulitan agar peserta didik mengerti akan materi yang diajarkan atau peserta didik yang merasa bosan terhadap metode dan stategi dalam pengajaran yang sudah sering digunakan. Dalam pelaksanaan proses
(16)
yang digunakan serta dukungan dari media yang digunakan. Kedua aspek tersebut saling terkait satu sama lain. Pemilihan metode pembelajaran sangat mempengaruhi media pembelajaran yang digunakan. Hal tersebut berarti bahwa pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada metode pembelajaran yang digunakan.
Gerlach & Ely mengatakan dalam Azhar Arsyad (2011) bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat manusia mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Telah kita ketahui, bahwa media adalah alat atau sarana yang digunakan dalam sebuah proses, sedangkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima dengan tujuan mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap peserta didik. Selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah video. Video merupakan salah satu media tekonologi pembelajaran yang memiliki kelebihan yang cukup baik untuk pelaksanaan pembelajaran. Di era sekarang ini telah banyak macam-macam video yang telah dibuat oleh banyak kalangan dengan
(17)
berbagai aplikasi yang ada. Adanya video pembelajaran ini dapat membantu pendidik dalam menerangkan materi ajar di dalam kelas agar terkesan bervariasi dan membangun semangat peserta didik dalam belajar.
Materi Pelajaran Kimia di SMA/MA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru. Sekolah dengan input siswa yang unggulan mungkin tidak akan terpengaruh dengan permasalahan kurang dikenalnya pelajaran kimia, karena dilihat dari sisi inteligensi siswanya yang tergolong baik sehingga guru tidak akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran kimia. Akan tetapi berbanding terbalik dengan input siswa yang tergolong kurang unggul, maka ini akan menjadi tugas yang berat bagi guru kimia di sekolah tersebut untuk memberikan pemahaman yang lebih bagi para siswanya (Ristiyani & Bahriah, 2016).
Hal ini juga dapat dilihat pada peserta didik yang telah lulus. Latar belakang pendidikan peserta didik akan berbeda-beda, terdapat tiga latar belakang utama peserta didik, yaitu dari SMA (IPA dan IPS), SMK (Otomotif) dan Madrasah Aliyah (IPA). Masing-masing dari latar belakang tersebut menghasilkan lulusan yang berbeda, sebagai contoh anak SMA dan MA lebih banyak mendapat pembelajaran dari segi teoritisnya karena tidak semua sekolah mempunyai sarana yang memadai jika akan melakukan praktikum, berbeda dengan anak SMK yang lebih sering melakukan praktikum karena di SMK mempunyai sarana yang lebih memadai untuk melakukan praktikum. Ada beberapa mata pelajaran yang di
(18)
dalamnya terdapat praktikum, namun tidak didukung oleh kegiatan praktikum di laboratorium, Sehingga sulit bagi peserta didik untuk memahami materi tersebut.
Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik, perlu adanya variasi dalam proses pembelajaran yang menarik dan kreatif. Variasi dalam proses pembelajaran bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran dengan suasana yang berbeda. Variasi tersebut dapat berupa variasi pendekatan, metode, media, dan evaluasi pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan media pembelajaran sebagai variasi dalam proses pembelajaran. Ada berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya adalah media pembelajaran video PowToon. Powtoon merupakan aplikasi online yang dapat diakses siapa saja dan dimana saja untuk membuat suatu video. Video PowToon ini merupakan video yang dapat menyajikan berbagai animasi-animasi sehingga dapat menarik perhatian peserta didik. Cara membuat video ini terbilang cukup mudah, karena semua fitur seperti animasi telah tersedia di dalam aplikasinya. Penggunaan media pembelajaran video PowToon ini pun sangat mudah seperti video pada umumnya dan tidak memerlukan jaringan internet. Menurut Daryanto (2010) video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran yang bersifat massal, individual, maupun berkelompok.
Dengan adanya peserta didik yang merasa kesulitan dalam memahami materi kimia, maka dapat digunakan media pembelajaran video powtoon. Dengan menggunakan media pembelajaran video powtoon dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi kimia dengan memberi animasi-animasi yang
(19)
dapat membatu memvisualisasikan materu-materi yang dirasa sukar oleh peserta didik. Animasinya pun tidak hanya dapat menggunakan yang sudah tersedia dari aplikasi PowToon namun dapat memasukan animasi yang dikehendaki sendiri. Selain animasi, pada video powtoon ini dapat menggunakan audio. Audio dalam video inilah yang akan menarik perhatian dari peserta didik. Audio dalam video ini tidak hanya dapat menggunakan music-musik biasa, namun apabila ingin menggunakan suara sendiri untuk merekam suara penjelasan pun juga bisa. Sehingga video powtoon ini dirasa dapat membuat peserta didik menjadi tertarik untuk belajar kimia lebih dalam lagi, dan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk terus belajar, sehingga dapat meningkatkan pula prestasi dari peserta didik tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian yang
berjudul “Efektivitas Penerapan Media Pembelajaran Video PowToon Pada Mata
Pelajaran Kimia Terhadap Prestasi Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Semester 1 SMA N 1 Pleret”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
a. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. b. Kurangnya variasi media pembelajaran kimia mengakibatkan peserta didik
menganggap mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang membosankan dan sulit dimengerti.
(20)
c. Media pembelajaran video PowToon dapat digunakan sebagai variasi media pembelajaran karena dapat memasukan animasi-animasi yang dapat membantu memvisualisasikan materi kimia.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman, maka perlu adanya batasan masalah. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada hal-hal tertentu sebagai berikut:
a. Pembelajaran kimia dengan media Video PowToon dinyatakan efektif jika meningkatkan motivasi belajar kimia peserta didik yang menggunakan media pembelajaran video PowToon dibandingkan tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon.
b. Pembelajaran kimia dengan media Video PowToon dinyatakan berhasil jika meningkatkan prestasi belajar kimia peserta didik yang menggunakan media pembelajaran video PowToon dibandingkan tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon.
c. Pembelajaran kimia di kelas eksperimen menggunakan media pembelajaran video PowToon.
d. Video PowToon yang digunakan dibuat dengan menggunakan aplikasi online PowToon.
e. Pembelajaran kimia di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan media Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
f. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang digunakan adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang biasa digunakan di SMA N 1 Pleret.
(21)
g. Materi yang digunakan adalah Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur. h. Prestasi belajar kimia peserta didik adalah nilai tes hasil belajar materi
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur kelas X semester I SMA Negeri 1 Pleret tahun ajaran 2016/2017.
i. Pengukuran prestasi belajar dilakukan setelah proses pembelajaran kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selesai.
j. Pengukuran motivasi belajar dilakukan sebelum dan setelah proses pembelajaran kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
k. Penelitian ini terbatas pada peserta didik kelas X semester I SMA Negeri 1 Pleret tahun ajaran 2016/2017 yang diambil 2 dari 5 kelas paralel.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan motivasi belajar kimia peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon dan tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon?
2. Adakah perbedaan prestasi belajar kimia peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon dan tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon?
3. Manakah pembelajaran yang lebih efektif diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik, dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon atau tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon?
(22)
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan motivasi belajar kimia peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon dan tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon.
2. Mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon dan tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon.
3. Mengetahui efektivitas penerapan media pembelajaran video PowToon terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas X semester I SMA Negeri 1 Pleret.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Bagi Jurusan pendidikan kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
Sebagai acuan untuk pengembangan media pembelajaran lainnya khususnya dalam bidang pendidikan kimia.
b. Bagi sekolah SMA Negeri 1 Pleret
Memberikan alternatif bagi guru tentang variasi teknik pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik.
(23)
c. Bagi peneliti
Mengetahui kelayakan media pembelajaran berbasis video pada pembelajaran kimia setelah diujikan pada peserta didik.
(24)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi teori dan penelitian yang relevan 1. Deskripksi Teori
a. Teori Belajar
Demi menghindari terjadinya kesalahpahaman pengertian dalam memahami maksud judul skripsi ini, penulis perlu memberikan penegasan istilah dari judul
“Efektivitas Penerapan Media Pembelajaran Video PowToon pada Mata Pelajaran
Kimia Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X semester I SMA N 1 Pleret”
Adapun istilah-istilah yang dijelaskan antara lain : 1) Pengertian belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga erupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu, indikator belajar ditunjukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola respon yang berupa ketrampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman (Daryanto & Raharjo, 2012).
Reber mendefinisikan belajar dalam Sugihartono (2013) dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar
(25)
sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (Sugihartono, 2013).
2) Pendidikan dalam arti luas
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyaharjo, 2001).
3) Pendidikan dalam arti sempit
Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka (Mudyaharjo, 2001).
4) Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2004).
Menurut Daryanto (2010) secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain :
1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
(26)
3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
6. proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
5) Media pendidikan atau media pembelajaran
Media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru professional (Hamalik, 1994).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Daryanto, 2010).
Media pembelajaran juga dapat dikatakan alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk mendidik proses komunikasi interaksi antara guru dan siswa agar menjadi efektif dan efisien (Damanik, 2015).
Media pembelajaran sebagai alat memiliki fungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran dan proses
(27)
belajar dengan bantuan media dapat meningkatkan kegiatan belajar pada siswa dalam waktu yang lama. Kegiatan belajar dengan menggunakan media akan menghasilkan hasil yang lebih baik daripada jika tidak menggunakan media pembelajaran (Murdani, 2015).
Kontribusi media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam Daryanto (2010) :
1. penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 2. pembelajaran dapat lebih menarik.
3. pembelajaran jadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar. 4. waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5. kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
6. proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan. 7. sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
8. peran guru mengalami perubahan kearah yang positif.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media (Bahri Djamarah & Zain, 2013).
(28)
6) Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efektivitas berasal dari kata keefektifan yang berarti keberhasilan (tentang usaha, tindakan). Hal ini dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat mengakibatkan keberhasilan yang memuaskan. Efektivitas juga merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukkan derajad kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.
Efektivitas dalam penelitian ini artinya seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan yang menyatakan seberapa jauh target telah tercapai. Di mana semakin besar pencapaian target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya atau minimal sebanding antara pencapaian target dan usaha tersebut (Izzudin, 2013).
Indikator efektivitas dalam hal ini berupa motivasi dan hasil belajar menggunakan media pembelajaran video PowToon lebih baik, adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar yang signifikan, dan hasil belajar tersebut dapat mencapai KKM.
b. Pembelajaran Kimia
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem balajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk
(29)
mencapai tujuan fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan (Daryanto & Raharjo, 2012).
Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan prosedur media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru (Sadiman., Raharjo., Haryanto., & Rahardjito, 2011).
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut (Daryanto, 2010) :
1) verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
2) salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya.
3) perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan
(30)
bahan pelajaran tanpa variasi, kadang adanya pengawasan dan bimbingan guru.
4) tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulya konsep.
Teori yang dikemukakan oleh Edgar Dale, yaitu teori Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience). Dale menekankan peserta didik sebagai pengamat kejadian sehingga menekankan stimulus yang dapat diamati, Brunner menekankan pada proses operasi mental peserta didik pada saat mengamati objek.
Ilmu kimia secara singkat, dapat dikatakan ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rekayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu
(31)
mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi. Oleh karena itu ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut (Purba, 2006).
Ilmu kimia juga memelajari sifat materi. Selain itu juga mempelajari sifat zat, tetapi juga berusaha mencari prinsip yang mengatur sifat-sifat zat tersebut, serta merumuskan teori untuk menerangkan mengapa hal itu terjadi. Bagian paling penting dari ilmu kimia adalah tentang perubahan materi (Purba, 2006).
c. Pembelajaran Kimia dengan Metode Konvensional
Metode pembelajaran yang masih sering digunakan oleh guru adalah metode pembelajaran konvensional. Guru membiarkan adanya peserta didik yang mendominasi kelopok atau ada yang menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering mengabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas (Azmi, 2012).
Pembelajaran konvensional masih dilaksanakan atas asumsi bahwa suatu pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Metode pengajaran secara konvensional selama ini lebih ditekankan pada tugas guru untuk memberikan intruksi atau ceramah selama proses pembelajaran berlangsung, sementara itu siswa hanya menerima pembelajaran secara pasif. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang
(32)
sudah biasa dilakukan oleh guru di kelas, pembelajaran berlangsung terpusat pada guru sebagai pusat informasi, dan siswa hanya menerima materi secara pasif (Khoirullah, 2016).
d. Pembelajaran Kimia dengan Media Pembelajaran
Media adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya (Arsyad, 2004).
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan menglah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2010: 8).
Multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) serta dapat merangsang pilihan, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali (Daryanto, 2010: 52).
Multimedia pembelajaran interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah media video. Video merupakan suatu medium yang efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massa, individual, maupun berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat massa (mass instruction), manfaat kaset video sangat nyata.
Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai ke hadapan peserta didik secara langsung. Di samping itu
(33)
video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini dikarenakan karakteristik dari teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada peserta didik, di samping suara yang menyertainya. Peserta didik merasa seperti berada pada suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video tersebut. Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Program video dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada peserta didik, selain itu juga program video dapat di kombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu menyampaikan materi yang bersifat dinamis (Daryanto, 2010).
Alat yang berbasis video akan meningkatkan kreativitas dan kerjasama siswa. Akses video dapat membantu memotivasi siswa dan menciptakan konteks yang khas untuk pengalaman belajar mereka. Kombinasi video dan teks dirasa bagus, karena diyakini bahwa video lebih efektif dari sekedar proses yang dinamis. Video itu sendiri adalah alat untuk belajar yang apabila diterapkan dengan benar dapat diperoleh manfaat yang luas. Ini juga merupakan media untuk kolaborasi, dan bahasa dengan daya tarik tersendiri yang universal. Efek dari penggunaan video yaitu dapat meningkatkan aktivitas siswa. Satu hal yang penting adalah membangun metodologi penerapan video untuk bahan ajar multimedia dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran (Mendoza., Caranto., David., 2015).
(34)
Siswa tidak akan merasa bosan dan menjadi termotivasi untuk belajar konsep dan teknik analisis dengan penggunaan media seperti animasi dan simulasi yang merupakan salah satu inovasi dan motivasi yang diberikan melalui perantara media yang relevan dalam rangka memfasilitasi pengiriman konten. Teknik ini diharapkan akan diterima lebih baik. hambatan belajar akan diatasi dengan penggunaan media pembelajaran, sehingga siswa akan dapat menerima pesan yang lebih baik dan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan efektif (Salim & Tiawa, 2014).
Video pembelajaran interaktif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi video PowToon. Media pembelajaran dengan video PowToon merupakan suatu proses pembelajaran yang dikemas ke dalam media inovatif dan menghibur. Pada saat pembelajaran berlangsung terlebih dahulu guru menyampaikan sedikit ulasan tentang materi yang akan diberikan, kemudian dilanjutkan dengan menayangkan video PowToon kepada peserta didik.
Setelah semua materi yang diberikan selesai, guru memberikan ulangan harian untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menerima pelajaran pada materi tersebut.
e.
PowToonPowToon merupakan layanan online untuk membuat sebuah paparan yang memiliki fitur animasi sangat menarik. Fitur animasi tersebut dapat berupa animasi tulisan tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan time line yang sangat mudah. Hampir semua fitur dapat diakses dalam satu layar dan mudah digunakan dalam proses pembuatan sebuah paparan.
(35)
Paparan yang memiliki built-in karakter kartun, model animasi dan benda benda kartun lainnya membuat layanan ini sangat cocok digunakan untuk membuat media ajar khususnya untuk para pelajar yang suka dengan suasana santai dan non formal dalam pembelajaran di kelas (Andika, 2013).
f. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa latin “monvere” yang berarti menggerakkan. Wlodkowski menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut (Siregar & Nara, 2010).
Kata motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno, 2008).
Hamzah B. Uno (2008) mengartikan motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. (Daryanto & Rahardjo, 2012).
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik lebih mengacu pada melakukan suatu kegiatan untuk kepuasan sendiri dan bukan karena dorongan dari yang lain. Ketika seseorang termotivasi secara intrinsik, orang itu terlibat dalam kegiatan yang menarik
(36)
perhatian mereka, dan mereka melakukannya dengan bebas, dengan rasa penuh kemauan dan tanpa perlu imbalan materi atau kendala (Demir, 2010).
Seorang siswa yang termotivasi secara intrinsik adalah ketika ia termotivasi dari dalam diri. Siswa yang termotivasi dari dalam akan melibatkan diriya pada saat belajar untuk mencapai tujuan ilmiah dan tujuan pribadi mereka sendiri (Afzal., Ali., Khan., & Hamid, 2010).
Jenis motivasi ini timbul akibat dari dalam diri individu itu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain. Misalnya anak mau belajar karena ingin menjadi orang berguna bagi nsa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu dia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain (Daryanto & Raharjo, 2012).
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik, berbeda dengan motivasi intrinsik, motivasi ini membutuhkan suatu sarana, antara aktivitas dan beberapa akibat dari kegiatan yang dilakukan, seperti imbalan nyata atau verbal, sehingga kepuasan tidak berasal dari diri sendiri melainkan dari imbalan karena telah melakukan kegiatan tersebut (Demir, 2010).
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat peratama dikelasnya (Daryanto & Raharjo, 2012).
(37)
Terdapat 4 kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar poses pembelajaran yang dilakukan menarik, bermakna dan memberi tantangan pada peserta didik (Sugihartono, 2013). Keempat kondisi tersebut adalah :
1. attention (perhatian), muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin tahu perlu mendapat rangsangan sehingga peserta didik berminat dan memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan, guru dapat menyampaikan materi dengan model secara bervariasi, senantiasa mendorong keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar, dan banyak menggunakan contoh dalam kehidupan sehari-hari untuk memperjelas konsep. 2. relevance (relevansi), menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran
dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila peserta didik menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. 3. confidence (kepercayaan diri), merasa diri kompeten atau mampu merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1997) mengembangkan konsep tersebut dengan mangajukan konsep self efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Self efficacy tinggi akan semakin mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar tekun dalam mencapai prestasi belajar maksimal. Agar kepercayaan diri siswa meningkat guru perlu memperbanyak pengalaman berhasil siswa misalnya dengan menyusun aktivitas pembelajaran sehingga mudah dipahami, menyusun kegiatan pembelajaran ke dalam
(38)
bagian-bagian yang lebih kecil, meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan persyaratan untuk berhasil, dan memberikan umpan balik yang konstruktif selama proses pembelajaran.
4. satisfaction (kepuasan), keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan peserta didik akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan dalam pencapaian tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri peserta didik, guru memberikan penguatan berupa pujian dan pemberian kesempatan dan sebagainya.
g. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah prestasi merupakan hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan istilah belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Secara umum, hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri peserta didik dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri peserta didik. Faktor internal dibagi menjadi tiga (Daryanto & Raharjo, 2012) yaitu:
1) Faktor fisiologis atau faktor jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi:
(39)
a. Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat. b. Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
2. Faktor non intelektual yaitu komponen komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
3) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor eksternal adalah :
1. Faktor sosial yang terdiri atas : a. Faktor lingkungan keluarga b. Faktor lingkungan sekolah c. Faktor lingkungan masyarakat d. Faktor kelompok
2. Faktor budaya seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.
3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya.
4. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi dan kecemasan (Daryanto & Raharjo, 2012).
Bloom mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan enam tingkatan yaitu:
(40)
pengetahuan, pemahaman, pengertian, aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses hasil belajar (Daryanto & Raharjo, 2012).
h. Mata Pelajaran Kimia SMA/MA Kelas X Semester I
Materi pokok kimia untuk kelas X semester I antara lain Struktur Atom, Sister Periodik Unsur, Ikatan Kimia dan Stoikiometri. Pada penelitian ini materi yang digunakan adalah Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur. Standar kompetensinya adalah memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia. Adapun kompetensi dasarnya adalah memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik, serta menyadari keteraturannya, melalui pemahaman konfigurasi elektron.
1) Struktur Atom
Atom adalah partikel terkecil dari suatu atom. Atom tersusun dari 3 partikel dasar, yaitu proton, neutron dan elektron. Penulisan atom tunggal dilengkapi dengan nomor atom di sebelah kiri bawah dan nomor massa di sebelah kiri atas dari lambang atom tersebut.
X
Z A
(41)
Keterangan :
X= lambang atom A= nomor massa Z= nomor atom a) Partikel Dasar Penyusun Atom
Tabel 1. Partikel Penyusun Atom
Partikel Massa Muatan
Sesungguhnya (gram) Relatif thd proton (sma) Sesungguhnya (coulomb) Relatif thd proton Proton (p) 1,67 x 10-24 1 1,6 x 10-19 +1
Neutron (n) 1,67 x 10-24 1 0 0
Elektron (e) 9,11 x 10-28
18401 -1,6 x 10
-19 -1
Catatan : massa partikel dasar dinyatakan dalam satuan massa atom (sma). 1 sma = 1.66 x − 4 gram
1. Nomor Atom
a) Menyatakan jumlah proton dalam atom.
b) Untuk atom netral, jumlah proton = jumlah elektron (nomor atom juga menyatakan jumlah elektron).
c) Diberi simbol huruf Z
d) Atom yang melepaskan elektron berubah menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima elektron berubah menjadi ion negatif.
Contoh : 19K
Artinya unsur K (kalium) memiliki nomor atom 19 2. Nomor Massa
a) Menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam inti atom (diberi lambang huruf A).
(42)
Contoh : U
92 238
Dimana : X (lambang atom) : U A (nomor massa) : 238 Z (nomor atom) : 92 3. Susunan Ion
a) Suatu atom dapat kehilangan/melepaskan elektron atau mendapat/menerima elektron tambahan.
b) Atom yang kehilangan/melepaskan elektron, akan menjadi ion positif (kation). c) Atom yang mendapat/menerima elektron, akan menjadi ion negatif (anion). d) Dalam suatu Ion, yang berubah hanyalah jumlah elektron saja, sedangkan
jumlah proton dan neutronnya tetap.
Rumus umum untuk menghitung jumlah proton, neutron dan elektron untuk atom netral, ion positif, dan ion negative adalah sebagai berikut:
a) atom netral :
X
A
Z : p = Z
e = Z n = (A-Z) b) Ion positif (kation) :
y
X
A
Z : p = Z
e = Z – (+y) n = (A-Z)
(43)
c) Ion negatif (anion) :
y
X
A
Z : p = Z
e = Z – (-y) n =(A-Z)
4. Isotop, Isobar Dan Isoton a) Isotop
Adalah atom-atom dari unsur yang sama (mempunyai nomor atom yang sama) tetapi berbeda nomor massanya.
Contoh :12C 6 ; C
13
6 ; C 14
6
b) Isobar
Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai nomor massa yang sama.
Contoh :14C
6 dengan N 14
7
c) Isoton
Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai jumlah neutron yang sama.
Contoh :31P
15 dengan S 32 16
b) Perkembangan Teori Atom 1. Model Atom Dalton
2. Model Atom Thompson 3. Model Atom Rutherford
(44)
c) Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron, yaitu susunan elektron pada masing-masing kulit. Data yang digunakan untuk menuliskan konfigurasi elektron adalah nomor atom suatu unsur, di mana nomor atom unsur menyatakan jumlah elektron dalam atom unsur tersebut. Elektron pada kulit terluar dikenal dengan sebutan elektron valensi. Untuk menentukan konfigurasi elektron suatu unsur, ada beberapa patokan yang harus selalu diingat, yaitu:
1. masing-masing lintasan disebut kulit ke-1 (kulit K), kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M), kulit ke-4 (kulit N), dan seterusnya.
2. jumlah elektron maksimum (paling banyak) yang dapat menempati masing-masing kulit adalah:
2n2
dengan n = nomor kulit
Kulit K (n = 1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron Kulit L (n = 2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron Kulit M (n = 3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron Kulit N (n = 4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron
Kulit O (n = 5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron
Untuk unsur golongan utama ( golongan A ), konfigurasi elektronnya dapat ditentukan sebagai berikut :
1. Sebanyak mungkin kulit diisi penuh dengan elektron. 2. Tentukan jumlah elektron yang tersisa.
(45)
a) Jika jumlah elektron yang tersisa > 32, kulit berikutnya diisi dengan 32 elektron.
b) Jika jumlah elektron yang tersisa < 32, kulit berikutnya diisi dengan 18 elektron.
c) Jika jumlah elektron yang tersisa < 18, kulit berikutnya diisi dengan 8 elektron.
d) Jika jumlah elektron yang tersisa < 8, semua elektron diisikan pada kulit berikutnya.
2) Sistem Periodik Unsur
a) Perkembangan Dasar Pengelompokkan Unsur 1. Hukum Triade Dobereiner
2. Hukum Oktaf Newlands 3. Hukum Mendeleyev 4. Tabel Periodik Modern
Tabel periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) yang disusun menurut kemiripan sifat dan lajur horizontal (periode) yang disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya.
1) Lajur vertikal (golongan) ditulis dengan angka Romawi terdiri atas 18 golongan.
a) Golongan A (Golongan Utama)
b) Golongan Transisi/Golongan Tambahan (Golongan B), terbagi atas: 2) Lajur Horizontal (Periode) ditulis dengan angka Arab terdiri atas 7 periode.
(46)
b) Periode 2 berisi 8 unsur. Periode 6 berisi 32 unsur.
c) Periode 3 berisi 8 unsur. Periode 7 berisi 23 unsur (belum lengkap) b) Sifat-Sifat Periodik Unsur
1. Jari-Jari Atom
a) Adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar.
b) Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut.
c) Semakin besar nomor atom unsur-unsur, semakin banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya.
2. Jari-Jari Ion
a) Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata (signifikan) jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.
b) Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari yang lebih kecil, sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari yang lebih besar jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.
3. Energi Ionisasi ( satuannya = kJ.mol-1 )
a) Adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam wujud gas untuk melepaskan satu elektron sehingga membentuk ion bermuatan +1 (kation).
b) Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih besar (disebut energi ionisasi kedua), dst. EI 1 < EI 2 < EI 3 dst
(47)
4. Afinitas Elektron ( satuannya = kJ.mol-1 )
Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral dalam wujud gas apabila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negatif (anion). Beberapa hal yang harus diperhatikan :
Unsur yang mempunyai harga afinitas elektron bertanda negatif, mempunyai daya tarik elektron yang lebih besar daripada unsur yang mempunyai harga afinitas elektron bertanda positif. Atau semakin negatif harga afinitas elektron suatu unsur, semakin besar kecenderungan unsur tersebut untuk menarik elektron membentuk ion negatif (anion).
Afinitas elektron bukanlah kebalikan dari energi ionisasi. 5. Keelektronegatifan
a) Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul suatu senyawa (dalam ikatannya).
b) Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar, cenderung menerima elektron dan akan membentuk ion negatif (anion).
c) Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung melepaskan elektron dan akan membentuk ion positif (kation).
2. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang mengkaji tentang penerapan penggunaan media pembelajaran video interaktif. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Maulana Izzudin (2013), mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Efektifitas Penggunaan Media Pembelajaran Video Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Praktik Service
(48)
Engine dan Komponen-komponennya”. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa ada perbedaan pada prestasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan media video interaktif dengan peserta didik yang tidak menggunakan media video interaktif. Prestasi belajar peserta didik yang menggunakan media video interaktif lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang tidak menggunakan media video interaktif.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Taufik (2013), mahasiswa Universitas Jember yang berjudul “Penggunaan Media Video untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa (studi Kasus Pada Kelas X5 SMA Muhammadiyah 3 Jember Semester Ganjil Tahun 2013-2014 Pada Mata Pelajaran Ekonomi kompetensi dasar mendiskripsikan pola perilaku Konsumen dan Produsen dalam Kegiatan Ekonomi)”. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa penerapan media video dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa seiring engan peningkatan motivasi belajar siswa. Hasil belajar siswa sebelum menggunakan media video memiliki ketuntasan belajar sebesar 31,11%, pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 40%, dan pada siklus II pesentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 80%.
B. Kerangka Berpikir
Permasalahan yang ada pada pembelajaran di sekolah, khususnya untuk mata pelajaran kimia ada pada keterbatasan dalam penguasaan konsep-konsep kimia oleh peserta didik. Kebanyakan peserta didik masih ada yang kesulitan untuk memahami materi kimia yang bersifat abstrak. Selain itu kimia adalah mata
(49)
pelajaran yang kurang menarik karena berupa hal-hal yang sulit dimengerti oleh peserta didik dan menganggap tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka. Ditambah lagi apabila pembelajaran menggunakan metode pembelajaran konvensional yang mengutamakan pada hafalan, mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran berpusat pada guru. Sedangkan dalam pembelajaran inovasi, dalam memahami konsep kimia peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Semakin banyak peserta didik terlibat dalam pembelajaran maka keberhasilan pembelajaran semakin baik.
Mata pelajaran kimia di jenjang sekolah menengah selama ini lebih sering dijelaskan menggunakan metode konvensional atau sekedar membaca buku teks, namun semakin hari perkembangan inovasi pembelajaran semakin marak yaitu pembelajaran kimia harus disertai melakukan keaktifan, melakukan observasi demonstrasi, dan penyimpulan. Di sini peranan guru sangat penting agar dapat menimbulkan motivasi peserta didik untuk bertanya, menjawab, melakukan demonstrasi/ eksperimen, melakukan observasi, dan menemukan konsep. Inovasi metode pembelajaran saat ini menjadi perhatian utama para guru, untuk itu perlu diadakan penelitian perbandingan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran inovasi yaitu yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran video PowToon untuk mengetahui perbedaan motivasi dan prestasi peserta didik sehingga dapat mengetahui metode yang lebih baik diterapkan.
Media pembelajaran video PowToon merupakan media pembelajaran yang berbasis multimedia pembelajaran. Hal ini dikarenakan media ini merupakan
(50)
gabungan dari berbagai unsur media seperti teks, gambar, animasi, dan video. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran merupakan alat, metode, dan pendekatan yang digunakan untuk membantu menciptakan komunikasi yang lebih berkesan diantara guru dan peserta didik. Dengan menggunakan media pembelajaran video powtoon dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi kimia dengan memberi animasi-animasi yang dapat membatu memvisualisasikan materi-materi yang dirasa sukar oleh peserta didik. Animasinya pun tidak hanya dapat menggunakan yang sudah tersedia dari aplikasi PowToon namun dapat memasukan animasi yang dikehendaki sendiri. Selain animasi, pada video powtoon ini dapat menggunakan audio. Audio dalam video inilah yang akan menarik perhatian dari peserta didik. Audio dalam video ini tidak hanya dapat menggunakan musik-musik biasa, namun apabila ingin menggunakan suara sendiri untuk merekam suara penjelasan pun juga bisa. Sehingga video powtoon ini dirasa dapat membuat peserta didik menjadi tertarik untuk belajar kimia lebih dalam lagi, dan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk terus belajar, sehingga dapat meningkatkan pula prestasi dari peserta didik tersebut.
Pada penelitian ini penggunaan media pembelajaran video PowToon akan dibatasi pada mata pelajaran kimia kelas X semester I untuk materi struktur atom dan sistem periodik unsur. Penggunaan media pembelajaran video PowToon diharapkan dapat memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran kimia. Dengan digunakannya media pembelajaran video PowToon ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih menarik, bervariasi, dan dapat
(51)
meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga akan menaikkan prestasi belajar peserta didik pula.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah :
a. Penerapan media pembelajaran video PowToon pada mata pelajaran kimia dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pleret tahun ajaran 2016/2017.
b. Penerapan media pembelajaran video PowToon pada mata pelajaran kimia dapat meningkatkan Prestasi belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pleret tahun ajaran 2016/2017.
c. Penerapan media pembelajaran video PowToon lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon.
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini merupakan metode kuasi. Penelitian eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk mencari akibat dari suatu perlakuan. Sampel penelitian akan diberi perlakuan langsung dengan memberikan pembelajaran menggunakan media pembelajaran video interaktif pada kelas eksperimen.
Penelitian ini di desain pretest – posttest nonequivalent group. Masing-masing kelompok tidak diberikan pretes prestasi, tetapi pretest motivasi tetap dilakukan untuk mengetahui kondisi awalnya serta diberi postes untuk mengetahui gejala yang terjadi setelah diberikan perlakuan. Pada desain ini kelas kontrol tidak diberi perlakuan seperti kelas eksperimen tetapi diberikan tes yang sama dengan tes yang diberikan pada kelas eksperimen kemudian hasilnya dibandingkan dengan kelas eksperimen. Dua sampel adalah dua kelompok yang dijadikan perbandingan yaitu kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan media video PowToon dan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran tanpa menerapkan media pembelajaran video PowToon.
(53)
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pleret semester gasal tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah enam kelas yaitu kelas XA, XB, XC, XD, XE dan XF.
2. Sampel Penelitian
Dari seluruh kelas X yang terdapat di SMA Negeri 1 Pleret, peneliti mengambil dua kelas sebagai sampel yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XC dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yaitu kelas XD.
Kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan media video PowToon. Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan media LKPD.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2001) pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster sampling dengan memilih dua kelas dari lima kelas yang ada. Cluster sampling adalah teknik pengambilan sampel apabila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Pada penelitian ini dilakukan teknik cluster sampling sampai pada tahap pertama, yaitu menentuka sampel daerah yang akan di beri perlakuan.
(54)
C. Definisi Operasional Variable Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan variabel jenis interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran. Dalam penelitian ini melibatkan dua varaibel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variable Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan media pembelajaran video PowToon dalam rangka penerapan pembelajaran inovatif untuk kelas eksperimen.
2. Variable terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan prestasi hasil belajar kimia dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon dan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon.
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk menentukan data dan pengambilan data.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan instrumen untuk mewujudkan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan dalam setiap pertemuan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan 2 jenis RPP yaitu RPP untuk kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran video
(55)
PowToon, dan RPP untuk kelas kontrol yang tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon. Total RPP yang digunakan berjumlah 4 buah RPP. RPP pertama berisi materi tentang struktur atom dan partikel dasar penyusun atom. RPP kedua berisi materi teori atom dan konfigurasi elektron. RPP ketiga berisi materi tentang sistem periodik unsur dan RPP keempat berisi materi tentang sifat periodik unsur.
b. Media Pembelajaran Video PowToon
Media pembelajaran video PowToon merupakan instrumen yang diberikan pada kelas eksperimen. Video PowToon ini disusun dari beberapa referensi dengan materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur yang terdiri dari enam judul video, yaitu partikel penyusun atom, perkembangan teori atom, konfigurasi elektron, sistem periodik unsur, golongan dan periode dan sifat periodik unsur.
c. Soal Prestasi Belajar Penelitian
Soal prestasi adalah instrumen yang bersifat mengukur kemampuan individual di akhir penelitian. Soal prestasi belajar kimia terdiri dari 27 butir soal objektif dengan lima alternative jawaban yang dikerjakan dalam waktu 90 menit. Dalam memenuhi validasi soal secara logis, maka penyusun soal membuat kisi-kisi soal dengan memperhatikan sebaran C1-C6. Enam jenjang kemampuan ini
diurut dari yang paling mudah sampai yang paling sukar antara lain: Ingatan (C1), Pemahaman (C2), Aplikasi (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6). Soal prestasi belajar kimia sebelumnya divalidasi secara logis dan empiris terlebih
(56)
dahulu. Validasi empiris diperoleh dengan cara mengujikan soal-soal prestasi belajar kimia yang terdapat pada kelas selain kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kisi-kisi soal merupakan rancangan berbentuk Tabel yang diidalamnya memuat konsep atau subkonsep, jenjang kemampuan, jumlah butir tes tiap konsep atau subkonsep, jumlah butir tes tiap jenjang kemampuan, dan jumlah keseluruhan butir tes. Kisi-kisi soal prestasi belajar kimia dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Prestasi Belajar
No. Materi Pembelajaran
Dimensi Proses Kognitif Jumlah Butir
Soal
%
C1 C2 C3 C4,5,6
1. Perkembangan teori atom
11*, 12*, 13*, 14, 15, 16,
6 15
2. Partikel Penyusun Atom 2, 3,4,5 1,6, 7, 8, 9
10* 10 25
3. Konfigurasi Elektron
17, 28,
27,
32 4 10
4. Sistem
Periodik Unsur 31, 34 18*
19, 20,
21*, 29, 7 17,5 5. Golongan dan
Periode 24*
23,
25 26* 22, 30* 6 15
6. Sifat Periodik
Unsur 35, 36* 40
33*, 37*,38, 39
7 17.5
Total 40 100
(57)
d. Angket Motivasi Belajar
Angket motivasi belajar adalah instrumen yang bersifat mengukur motivasi di awal dan akhir penelitian. Dari angket ini peneliti akan mengetahui dengan metode mana peserta didik lebih termotivasi dalam proses pembelajaran, apakah menggunakan metode dengan media pembelajaran video PowToon atau tanpa menggunakan media pembelajaran video PowToon.
Pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi angket yang telah disusun oleh Firdiawan Ekaputra (2015) dengan reliabilitas 0,941. Dengan beberapa penyesuaian, angket ini berjumlah 35 butir. Dalam setiap pertanyaan terdapat 5 alternatif jawaban (skala likert). Untuk mengisi skala likert dalam instrumen penelitian telah disediakan alternatif jawaban dari setiap butir pernyataan dan responden dapat memilih satu jawaban yang sesuai. Pemberian skor untuk jawabannya adalah 5,4,3,2,1 dan 1 untuk pernyataan positif dan 1,2,3,4, dan 5 untuk pernyataan negatif. Kisi-kisi angket motivasi belajar kimia peserta didik terdapat dalam Tabel 4 dan skala penilaian untuk pengisian angket dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Skala Penilaian untuk Pengisian Angket
Alternatif Jawaban Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)
Selalu (SL) 5 1
Sering (SR) 4 2
Kadang-kadang (KD) 3 3
Jarang (J) 2 4
(58)
Tabel 4. Kisi-Kisi Butir Instrumen Motivasi Belajar Kimia
No. Indikator Nomor Pertanyan Jumlah
1. Minat 1,2,3,23,25,30,32 7
2. Ketekunan dalam belajar
4,5,6,7,8,22,28,31,3
4 9
3. Partisipasi aktif dalam belajar
9,10,11,12,13,21,27,
35 7
4. Usaha untuk
belajar 14,15,16,17,24,29 7
5. Besar perhatian
dalam belajar 18,19,26,33 4
6. Penyesuaian tugas 20 1
Jumlah 35
Adaptasi angket motivasi belajar ini dilakukan pada kalimat motivasi pada beberapa nomor. Pengubahan kalimat dilakukan pada motivasi nomor sebagai berikut:
Angket nomor delapan yaitu untuk menambah, memperluas, dan memperdalam pengetahuan tentang materi kimia, saya mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan materi kimia tersebut diperpustakaan, diubah menjadi menambah, memperluas, dan memperdalam pengetahuan tentang materi kimia, saya mengunjungi dan mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan materi kimia tersebut diperpustakaan. Angket nomor tiga belas yaitu saat kerja kelompok saya berusaha memberikan masukan pendapat untuk memecahkan persoalan kimia yang sedang dihadapi diubah menjadi Pada saat melakukan diskusi saya berusaha memberikan
(59)
masukan pendapat untuk memecahkan persoalan kimia yang sedang dihadapi. Angket nomor sembilan belas yaitu dalam menghadapi kesulitan belajar kimia, saya berusaha belajar kimia bersama teman diubah menjadi dalam menghadapi kesulitan belajar kimia, saya berusaha belajar kimia secara mandiri dan bersama teman. Angket motivasi nomor dua puluh empat yaitu setiap selesai materi kimia, saya mempelajari kembali materi kimia tersebut diubah menjadi setiap selesai materi kimia, saya mempelajari kembali materi kimia tersebut dan mengerjakan soal latihan. Angket motivasi nomor dua puluh sembilan yaitu saya membuat ringkasan pelajaran kimia sebelum menghadapi ulangan diubah menjadi saya membuat ringkasan pelajaran kimia sesudah pelajaran dan sebelum menghadapi ulangan.
2. Analisis Instrumen Penelitian
Setelah perangkat instrumen disusun terlebih dahulu instrumen tersebut diuji cobakan dan hasilnya dicatat. Cara perhitungannya menggunakan Microsoft excel agar dapat mempermudah dalam menganalisis data. Instrumen soal prestasi belajar kimia harus memenuhi syarat validitas dan reabilitas.
a. Validitas Butir Soal
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Cara menghitung validasi item dapat menggunakan rumus γpbi yang
rumus lengkapnya adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2002) :
γ � = �− √
(60)
γpbi : koefisien korelasi point biserial
Mp : rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya Mq : rerata skor total
St : standar deviasi dari skor total
P : proporsi peserta didik yang menjawab benar q : proporsi peserta didik yang menjawab salah
Kemudian harga γpbs dikonsultasikan dengan harga rtabel pada taraf
signifikansi 5%. Bila harga rpbs > rtabel, maka butir soal tersebut valid dan dapat
diujikan.
b. Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas butir soal pilihan ganda yang valid dicari dengan menggunakan rumus KR-20, yaitu :
=
−[
��2��−∑2]
Keterangan :r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
k : jumlah butir soal atau item
SB : simpangan baku atau standar deviasi
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Kriteria koefisien reliabilitas yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2002) :
(61)
0,2 – 0,4 : reliabilitas rendah 0,4 – 0,6 : reliabilitas sedang 0,6 – 0,8 : reliabilitas tinggi
0,8 – 1,0 : reliabilitas sangat tinggi
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 21. Berbagai data hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan beberapa instrumen. Salah satu instrumen yang digunakan adalah instrumen soal tes prestasi belajar kimia. Agar diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan, maka instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Oleh karena itu uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap soal tes prestasi belajar kimia yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal Prestasi Belajar Kimia Jumlah Soal Reliabilitas
Soal
Jumlah Responden
Lokasi Validasi Sebelum Valid
40 27 0.881 28 SMA N 1 Pleret
Perhitungan korelasi point biserial menghasilkan kesimpulan bahwa dari 40 soal yang diujikan pada 27 peserta didik kelas XE SMA Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta menghasilkan 27 butir soal yang valid dengan rit > rtabel (rtabel = 2.05).
Daftar soal yang valid dapat dilihat pada Tabel 6.
Perhitungan dengan SPSS 21 menghasilkan kesimpulan bahwa reliabilitas dari perhitungan ke 27 soal prestasi belajar kimia yang diujikan sebesar r11 =
0,881, hal ini berarti bahwa soal-soal tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa soal prestasi belajar kimia
(62)
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen. Data validitas soal prestasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 6. Data Validitas Soal Prestasi No.
Soal
Keterangan Soal Valid/ Tidak Valid
No. Soal
Keterangan Soal Valid/ Tidak Valid
1 Valid 21 Tidak valid
2 Valid 22 Valid
3 Valid 23 Valid
4 Valid 24 Tidak valid
5 Valid 25 Tidak valid
6 Valid 26 Tidak valid
7 Valid 27 Valid
8 Valid 28 Valid
9 Valid 29 Valid
10 Tidak valid 30 Tidak valid
11 Tidak valid 31 Valid
12 Tidak valid 32 Valid
13 Tidak valid 33 Tidak valid
14 Valid 34 Valid
15 Valid 35 Valid
16 Valid 36 Tidak valid
17 Valid 37 Tidak valid
18 Tidak valid 38 Valid
19 Valid 39 Valid
20 Valid 40 Valid
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang baik dalam sebuah penelitian dipengaruhi oleh cara memperoleh data dan harus mengikuti metode dan teknik yang sesuai dengan permasalahan penelitian yang dibahas. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui soal prestasi belajar kimia dan angket motivasi belajar peserta didik. Soal prestasi belajar kimia digunakan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik. Angket motivasi digunakan untuk mengetahui
(63)
seberapa besar motivasi peserta didik sebelum dan sesudah diterapkan media pembelajaran video PowToon. Alur kerja penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
E. Teknik Analisis Data
Gambar 2. Diagram Alur Kerja Penelitian Pengambilan 2 sampel dari 5 kelas X SMA N 1 Pleret
Pemilihan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen
nn
Pembelajaran Tanpa Media Pembelajaran Video PowToon
Pembelajaran dengan Media
Pembelajaran Video PowToon
Tes Prestasi Belajar Kimia Pengisian Angket Motivasi
Belajar
Analisis Data
Pengisian Angket Motivasi Belajar
Pengisian Angket Motivasi Belajar
(64)
Pada penelitian ini menggunakan analisis uji t dan analisis varian satu jalur (anova). Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis. Uji persyaratan hipotesis terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas. 1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji dilakukan terhadap prestasi belajar kimia peserta didik. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk uji normalitas, antara lain dengan uji Chi kuadrat (χ2). Langkah-langkah uji normalitas χ2 adalah sebagai berikut :
a. Menyusun data dari yang tertinggi ke yang terendah. b. Membuat interval kelas dan menentukan batas kelasnya. c. Menghitung harga z dengan rumus :
� = � − ���
Dengan, x : populasi X : rerata kelas SB : simpangan baku d. Menghitung χ2 dengan rumus :
χ = ∑�ℎ− � �ℎ
Dengan, Fh : frekuensi harapan
Fo : frekuensi observasi
e. Menjumlahkan harga-harga χ2 pada langkah 4, kemudian membandingkan
dengan harga χ2 tabel pada taraf signifikan 5% dan db k-1. Data berdistribusi
(65)
f. Perhitungan dapat dihitung juga dengan program SPSS 21 Statistik diperoleh nilai p > 0.05.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji dilakukan terhadap data motivasi belajar dan prestasi belajar kimia peserta didik. Salah satu uji homogenitas adalah dengan uji variansi sebagai berikut (Sugiyono, 2010) :
a. Menghitung harga F dengan rumus :
� =����22 atau � =� �� � �
b. Harga F hitung dibandingkan dengan harga F tabel dengan db pembilang (nb
-1) dan db penyebut (nk-1). Data berasal dari populasi yang homogen jika
Fhitung< F table atau dengan program SPSS 21 Statistik diperolehnilai p > 0.05.
3) Uji Hipotesis a. Uji-t Sama Subjek
Uji-t sama subjek digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan dan perbedaan keadaan satu faktor dengan dua kali pengamatan. Pengukuran motivasi belajar kimia peserta didik dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran kimia. Hipotesis nolnya (Ho) adalah tidak ada peningkatan
yang signifikan pada motivasi belajar kimia dengan menerapkan media pembelajaran video PowToon.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 125), hipotesis nol tersebut diuji menggunakan uji t sam subjek dengan rumus:
(66)
� = � √ ∑� �� � −
Keterangan :
t : nilai t yang dihitung
Md : rata-rata dari perbedaan motivasi awal dengan akhir ∑ Xd : deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑� �: jumlah kuadrat deviasi n : jumlah anggota sampel d : motivasi akhir- motivasi awal
Harga t0 dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikas 5%. H0 diterima
diterima jika t0 < t(1 –0.5α)db atau jika p hitung < 0.05 maka H0 ditolak, berati ada
perbedaan motivasi belajar kimia peserta didik kelas X sebelum dan sesudah proses pembelajaran.
b. Uji-t Beda Subjek
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peerbedaan keadaan satu faktor dengan dua sampel. Uji t beda subjek diuji terhadap gain skor, yaitu selisih antara skor motivasi awal dengan skor motivasi akhir baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hipotesis nolnya (Ho) adalah tidak ada
perbedaan motivasi belajar kimia antara peserta didik yang menerapkan media pembelajaran video PowToon dalam proses pembelajaran dengan peserta didik yang mengkuti pembelajaran tanpa menerapkan media pembelajaran dalam proses pembelajaran.
(67)
Selain untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada motivasi belajar kimia peserta didik, uji-t beda subjek ini juga digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara prestasi belajar kimia peserta didik antara kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hipotesis nolnya (Ho) adalah tidak ada
perbedaan prestasi belajar kimia antara peserta didik yang menerapkan media pembelajaran video PowToon dalam proses pembelajaran dengan peserta didik yang mengkuti pembelajaran tanpa menerapkan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Oleh karena data yang digunakan berdistribusi normal dan populasi yang digunakan homogen maka hipotesis nolnya diuji menggunakan uji t beda subjek dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2011) :
� = |� − � | �√� + �
� = − � ++ − − �
Keterangan :
S : simpangan baku
S1 : simpangan baku untuk data kelompok 1
S2 : simpangan baku untuk kelompok 2
N1 : jumlah anggota kelompok 1
N2 : jumlah anggota kelompok 2
Besarnya t0 hasil perhitungan dikonsultasikan dengan ttable pada tarif
signifikan 5% (α = 0.05) dengan db = n1 + n2– 2. Jika p dihitung < 5%, maka db
(68)
pembelajaran, dengan peserta didik yang tidak menerapkan media pembelajaran video PowToon dalam proses pembelajaran.
(69)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan ini ada dua, yaitu data prestasi dan motivasi belajar peserta didik. Uji prasyarat hipotesis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t sama subjek, uji-t beda subjek, dan uji-t beda subjek terhadap prestasi belajar.
Peneliti menentukan sampel yang akan digunakan dengan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan mengambil dua sampel untuk kelas X semester I. Satu kelas akan digunakan sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas lainnya akan digunakan sebagai kelas kontrol.
Sebelum melakukan pembelajaran pada kedua kelas, peserta didik diberi angket motivasi awal belajar kimia. Setelah diberikan angket motivasi awal belajar, masing-masing kelas akan diberikan perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang diberikan untuk kelas kontrol yaitu dengan pembelajaran yang biasa digunakan guru kimia di sekolah tersebut, yaitu dengan menggunakan media Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), sedangkan untuk kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran video PowToon. Setelah keduanya diberi perlakuan yang berbeda, peserta didik akan diberikan angket motivasi akhir belajar kimia. Nilai motivasi awal dan motivasi akhir ini yang akan digunakan untuk data motivasi belajar kimia peserta didik yang akan digunakan untuk uji-t sama subjek dan uji-t beda subjek. Pada akhir
(1)
(2)
Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian
247
Dokumentasi Penelitian
Pembelajaran di kelas kontrol menggunakan media LKPD
Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan media video PowToon
(3)
Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian
248
Pengisian angket motivasi oleh peserta didik
(4)
Lampiran 22. Dokumentasi Penelitian
249
(5)
Lampiran 23. T-tebel
250 T-Tabel
(6)
Lampiran 24. F-tabel
251 F-tabel