Penggunaan kartu kata bergambar untuk meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 SD.

(1)

viii ABSTRAK

Agatha. (2015). Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman, Ketelitian, dan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas 1 SD. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini didasari pada masalah yang terjadi dalam kelas di mana siswa kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru. Permasalahan tersebut berupa pemahaman siswa mengenai kegiatan di siang hari, ketelitian dalam menulis, serta keterampilan menulis deskripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada tema “Kegiatanku”, (2) mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada tema “Kegiatanku”, (3) mengetahui peningkatan ketelitian siswa pada tema “Kegiatanku”, (4) mengetahui

peningkatan keterampilan menulis deskripsi siswa pada tema “Kegiatanku”.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Media yang digunakan adalah kartu kata bergambar. Subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian adalah pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes dan nontes (wawancara, observasi, silabus, rancangan perencanaan pembelajaran, lembar kerja siswa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis

deskripsi pada tema “Kegiatanku”. (2) Rata-rata awal pemahaman siswa yaitu 50, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58,9, dan akhir siklus II sebesar 75,7. (3) Rata-rata awal ketelitian siswa yaitu 46,4, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58, dan siklus II sebesar 86. (4) Rata-rata awal keterampilan menulis deskripsi siswa yaitu 51, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 61, dan siklus II sebesar 82.

Kata kunci: Pemahaman, Ketelitian, Keterampilan Menulis Deskripsi, Kartu Kata Bergambar


(2)

viiii ABSTRACT

Agatha. (2015). The Use Of Word Pictorial Cards To Increase The Understanding, Accuary, and Skill To Write a Description Of The First Grade in Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Studies Program Elementary School Teacher Sanata Dharma.

This research was based on the problems that occurred in the classroom where the students less mastered the materials which were given by the teacher. Those problems were the students' comprehension of daytime activities, writing accuracy, and description writing skill. This study was aimed to (1) describe the use of word pictorial cards media to improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme, (2) discover the students’ comprehension improvement on "Kegiatanku" theme, (3) discover the students’ accuracy improvement on "Kegiatanku" theme, (4) discover the students’ description writing skill improvement on "Kegiatanku" theme.

This research was Classroom Action Research which was conducted in two cycles. The media were word pictorial cards. The research subjects were the first-graders of SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu 2014/2015. There were 28 students. The research object was the comprehension, accuracy, and description writing skill. The research instruments were tests and non-test (interviews,

observation, syllabus, lesson plan, and the students’ worksheets).

The results showed that (1) the use of word pictorial cards media could improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme. (2) The initial average of students’ comprehension was 50, the end of the first cycle increased 58.9, and the end of the second cycle was 75.7.

(3) The initial average of students’ accuracy was 46.4, the end of the first cycle

increased 58, and the second cycle was 86. (4) The initial average of students' description writing skill was 51, the end of the first cycle increased 61, and the second cycle was 82.

Keywords: Comprehension, Accuracy, Skill To Write a Description, Word Pictorial Cards


(3)

PENGGUNAA

UNTUK MENINGKATKAN

DAN KETERA

Diajukan untuk Memenuhi Salah S

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Agatha Gitty Chrisna W

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR

MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KETELITIAN,

DAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

SISWA KELAS 1 SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Gitty Chrisna Wisudawardhani 111134202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

BERGAMBAR

KETELITIAN,

ULIS DESKRIPSI

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


(4)

PENGGUNAA

UNTUK MENINGKATKAN

DAN KETERA

Diajukan untuk Memenuhi Salah S

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Agatha Gitty Chrisna W

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS

i

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR

MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KETELITIAN,

DAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

SISWA KELAS 1 SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Gitty Chrisna Wisudawardhani 111134202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

BERGAMBAR

KETELITIAN,

MENULIS DESKRIPSI

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


(5)

SICRIPSI

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAPIBAR UNTUK

DIENINGKATKAN PEⅣ

LIINAN,ICETELITIAN,DAN

KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSISISWA KELAS l SD

Tanggal4 Agustus 2015

Pembimbing

II

Tanggal4 Agustus 2015 Agatha Gitty Chri sna Wi sudaw ar dhati

dulus Wahana, M.Hum.


(6)

Ketua

Sekretaris

Anggota 1 Anggota 2

Anggota 3

SK][PSI

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGA卜 IBAR UNTUK

IENINGKATKAN PEⅣ

IAⅡ

AMAN,KETELITIAN,DAN

KETERAル

IPILAN ⅣIENULIS DESKRIIPSI SIS`Ⅳ

A KELASiSD

Di persiapkan dan ditulis olchi

AGATHA GITTY CI― IRISNA WISUDA恥″

ARDHttI

lll134202

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji padatanggal 12 Agustus 2015

dan dtnyatakantelah lulus memenuhi syarat

Susunan P anrtra Penguj i

Nama Lengkap

: G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.

: Drs. Paulus Wahana, M.Hum.

: Th. Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum.

. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi.

Yogyakarta, 12 Agustus 2015


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Orang tuaku Andreas Bambang Giriyanto (alm), Ignatius Gatut Saksono dan Bernadeta Sri Supadmi Hartanti yang selalu memberi dukungan, semangat, dan doa.

2. Immanuel Hanu Saraga yang menemani dan memberi semangat saat penyusunan skripsi.

3. Sahabat seperjuangan Natalia, Maya, Diana, Mega, Anjar yang saling mendukung dan berjuang bersama.

4. Para sahabat terbaikku Brigitta, Rebeka, Vany, Reny, Dani, Dion, Alex, Danus, Banu, Dio, Agung K, Agung P, yang memberi dorongan dan semangat dengan cara mereka yang menyebalkan tapi menyenangkan.

5. Keluarga besar Chr. Krisman, Kadi Mardi Supeno, dan Wiryanto. 6. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(8)

v MOTTO

You are what you think ! (Bruder Giri)


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Agustus 2015

Yang Menyatakan,

Agatha Gitty Chrisna W


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agatha Gitty Chrisna Wisudawardhani

Nomor Mahasiswa : 111134202

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah ini yang berjudul:

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KETELITIAN, DAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS 1 SD

beserta perangkat yang digunakan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 12 Agustus 2015

Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

Agatha. (2015). Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman, Ketelitian, dan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas 1 SD. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini didasari pada masalah yang terjadi dalam kelas di mana siswa kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru. Permasalahan tersebut berupa pemahaman siswa mengenai kegiatan di siang hari, ketelitian dalam menulis, serta keterampilan menulis deskripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada

tema “Kegiatanku”, (2) mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada tema

“Kegiatanku”, (3) mengetahui peningkatan ketelitian siswa pada tema

“Kegiatanku”, (4) mengetahui peningkatan keterampilan menulis deskripsi siswa

pada tema “Kegiatanku”.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Media yang digunakan adalah kartu kata bergambar. Subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian adalah pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes dan nontes (wawancara, observasi, silabus, rancangan perencanaan pembelajaran, lembar kerja siswa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis

deskripsi pada tema “Kegiatanku”. (2) Rata-rata awal pemahaman siswa yaitu 50, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58,9, dan akhir siklus II sebesar 75,7. (3) Rata-rata awal ketelitian siswa yaitu 46,4, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58, dan siklus II sebesar 86. (4) Rata-rata awal keterampilan menulis deskripsi siswa yaitu 51, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 61, dan siklus II sebesar 82.

Kata kunci: Pemahaman, Ketelitian, Keterampilan Menulis Deskripsi, Kartu Kata Bergambar


(12)

ix ABSTRACT

Agatha. (2015). The Use Of Word Pictorial Cards To Increase The Understanding, Accuary, and Skill To Write a Description Of The First Grade in Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Studies Program Elementary School Teacher Sanata Dharma.

This research was based on the problems that occurred in the classroom where the students less mastered the materials which were given by the teacher. Those problems were the students' comprehension of daytime activities, writing accuracy, and description writing skill. This study was aimed to (1) describe the use of word pictorial cards media to improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme, (2) discover the students’ comprehension improvement on "Kegiatanku" theme, (3) discover the students’ accuracy improvement on "Kegiatanku" theme, (4) discover the students’ description writing skill improvement on "Kegiatanku" theme.

This research was Classroom Action Research which was conducted in two cycles. The media were word pictorial cards. The research subjects were the first-graders of SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu 2014/2015. There were 28 students. The research object was the comprehension, accuracy, and description writing skill. The research instruments were tests and non-test (interviews, observation, syllabus, lesson plan, and the students’ worksheets).

The results showed that (1) the use of word pictorial cards media could improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme. (2) The initial average of students’ comprehension was 50, the end of the first cycle increased 58.9, and the end of the second cycle was 75.7. (3) The initial average of students’ accuracy was 46.4, the end of the first cycle increased 58, and the second cycle was 86. (4) The initial average of students' description writing skill was 51, the end of the first cycle increased 61, and the second cycle was 82.

Keywords: Comprehension, Accuracy, Skill To Write a Description, Word Pictorial Cards


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman,

Ketelitian, dan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas 1 SD”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis.

5. Ibu Th. Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu A. Sri Lestari, S.Pd. Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Lusia Kesi, S.Pd. guru kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian.


(14)

xi

9. Orang tuaku Andreas Bambang Giriyanto (alm), Ignatius Gatut Saksono dan Bernadeta Sri Supadmi Hartanti yang selalu memberi dukungan, semangat, dan doa.

10.Immanuel Hanu Saraga yang menemani dan memberi semangat saat penyusunan skripsi.

11.Sahabat seperjuangan Natalia, Maya, Diana, Mega, Anjar yang saling mendukung dan berjuang bersama.

12.Para sahabat terbaikku Brigitta, Rebeka, Vany, Reny, Dani, Dion, Alex, Danus, Banu, Dio, Agung K, Agung P, yang memberi dorongan dan semangat dengan cara mereka yang menyebalkan tapi menyenangkan.

13.Keluarga besar Chr. Krisman, Kadi Mardi Supeno, dan Wiryanto. 14.Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 12 Agustus 2015

Yang Menyatakan,

Agatha Gitty Chrisna W


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Batasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II METODE PENELITIAN A. Kajian Teori ... 10

1. Kartu Kata Bergambar... 10

2. Pemahaman ... 12

3. Ketelitian ... 14

4. Menulis ... 15


(16)

xiii

6. Keterampilan Menulis Deskripsi... 21

7. Kurikulum 2013... 21

8. Pembelajaran Tematik... 25

9. Pendekatan Saintifik... 34

10. Penilaian Autentik... 37

B. Penelitian Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir... 44

D. Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B.SettingPenelitian ... 51

C. Persiapan... 52

D. Rencana Setiap Siklus ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Instrumen Penelitian... 58

G. Teknik Pengujian Instrumen... 63

H. Teknik Analisis Data... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 73

B. Pembahasan ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 108

B. Keterbatasan Penelitian ... 109

C. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus I... 58

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus II... 59

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi... 60

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara... 61

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat... 66

Tabel 3.6 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran... 66

Tabel 3.7 Koefesien Reliabilitas……... 67

Tabel 3.8 Kriteria Keberhasilan Ketelitian dan Pemahaman... 69

Tabel 3.9 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Menulis Deskripsi…... 69

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Pemahaman pada Siklus I... 87

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Pemahaman pada Siklus II... 87

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Pemahaman... 88

Tabel 4.4 Hasil Nilai Pemahaman Siswa Siklus I dan Siklus II... 89

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Ketelitian pada Siklus I... 91

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Pemahaman pada Siklus II... 91

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Ketelitian... 92

Tabel 4.8 Hasil Nilai Ketelitian Siswa Siklus I dan Siklus II... 93

Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Siklus I... 95

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Siklus II... 96

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Keterampilan Menulis Deskripsi... 96

Tabel 4.12 Hasil Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Siklus I dan Siklus II... 95


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map... 44

Gambar 3.1 Model Siklus PTK Menurut Arikunto... 50

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Pemahaman... 88

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Ketelitian... 92


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus... 115

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 133

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa... 196

Lampiran 4 Rubrik Pengamatan... 201

Lampiran 5 Rubrik Penilaian Pemahaman... 208

Lampiran 6 Rubrik Penilaian Ketelitian... 213

Lampiran 7 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Deskripsi... 218

Lampiran 8 Soal dan Hasil Siklus I... 223

Lampiran 9 Soal dan Hasil Siklus II... 228

Lampiran 10 Rubrik dan Hasil Observasi... 233

Lampiran 11 Rubrik dan Hasil Wawancara... 238

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Siklus I... 242

Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Siklus II... 245

Lampiran 14 Perhitungan Validitas... 248

Lampiran 15 Kondisi Awal Nilai Siswa... 250

Lampiran 16 Rekapitulasi Penilaian Pemahaman Siklus I... 253

Lampiran 17 Rekapitulasi Penilaian Pemahaman Siklus II... 256

Lampiran 18 Rekapitulasi Penilaian Ketelitian Siklus I... 259

Lampiran 19 Rekapitulasi Penilaian Ketelitian Siklus II... 262

Lampiran 20 Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Menulis Deskripsi Siklus I... 264

Lampiran 21 Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Menulis Deskripsi Siklus II... 270

Lampiran 22 Surat Ijin Melakukan Penelitian... 275

Lampiran 23 Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian... 277

Lampiran 24 Foto-foto Penelitian... 279


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada jenjang sekolah dasar siswa mulai diajak untuk mengenal berbagai ilmu dari banyak sumber. Hal ini tentu saja harus didukung oleh kemampuan siswa dalam membaca dan menulis, sebagai kemampuan dasar untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pembelajaran yang berkembang umumnya mengikuti kurikulum yang berlaku saat itu. Kurikulum di Indonesia sering berubah seiring dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya kemampuan manusia. Kurikulum pendidikan yang dianut sekarang adalah Kurikulum 2013. Sistem kurikulum tersebut menuntut siswanya untuk menguasai tiga kemampuan yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Salah satu bagian dari pengetahuan adalah pemahaman. Pemahaman merupakan proses dimana siswa sudah mengetahui dan mengerti pada materi yang sedang dipelajari. Sehingga dengan demikian, siswa tidak perlu dijelaskan berkali-kali untuk mendalami materi tersebut.

Selain pengetahuan yang berupa pemahaman, sikap siswa juga perlu dikembangkan. Salah satu contoh sikap yang harus dikuasai siswa adalah ketelitian. Ketelitian dapat diterapkan ke semua kegiatan yang dilakukan siswa termasuk menulis. Ketelitian dalam menulis diperlukan seorang siswa agar apa yang ingin ia sampaikan dalam bahasa tulis tersampaikan dengan tepat. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa ketelitian


(21)

berasal dari kata teliti yang artinya cermat. Ketelitian dapat didefinisikan sebagai sikap untuk cermat dalam suatu hal agar terhindar dari kecerobohan. Hal tersebut juga berlaku saat menulis. Ketelitian dalam menulis perlu diajarkan sejak sekolah dasar agar siswa tidak ceroboh saat membuat karya tulis.

Dengan berkembangnya kemampuan dan ketelitian menulis maka keterampilan menulis siswa pun akan turut mengikuti perkembangan. Keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar memang belum serumit saat sekolah menengah namun dari sinilah mereka diajak untuk dapat membuat beberapa hasil karya tulis. Misalnya seperti membuat puisi atau mendeskripsikan suatu gambar atau benda yang mereka lihat, sehingga imajinasi dan kosakata diperlukan dalam hal ini. Dengan demikian apa yang mereka pahami akan mereka tuangkan melalui sebuah tulisan deskripsi yang ditulis secara teliti.

Di SD Pangudi Luhur Sedayu, khususnya kelas 1 terjadi permasalahan di kelas. Menurut observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Agustus 2014, ada 12 siswa dari 28 siswa yang belum terampil menuliskan sebuah deskripsi dari benda yang ia lihat. Peneliti menemukan bahwa sebagian besar siswa di kelas 1 mengalami kesulitan saat diajak untuk mendeskripsikan alat olahraga. Hasil dari deskripsi tersebut juga memperlihatkan bahwa siswa belum teliti dalam menulis. Mereka belum memperhatikan benar tidaknya pemakaian huruf dan tanda baca.


(22)

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2014, guru mengungkapkan bahwa beliau mengalami kesulitan untuk mengajarkan kepada siswanya yang belum terampil membuat deskripsi apalagi mengoreksi penulisan dan tanda baca pada siswanya satu persatu. Siswa juga belum sepenuhnya menguasai materi yang diberikan oleh guru. Beliau merasa kebingungan untuk menggunakan media pembelajaran yang tepat guna meningkatkan kemampuan menulis siswanya. Beliau sedang berproses menyesuaikan cara mengajar, materi, media, dan model yang digunakan agar siswa mencapai indikator yang diharapkan pada Kurikulum 2013. Hal tersebut beliau lakukan karena terjadi peralihan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 sehingga guru perlu melakukan penyesuaian dan pertimbangan penggunaan media saat pembelajaran di kelas.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan guru adalah 65. Berdasarkan data yang diterima peneliti, 75% siswa belum dapat paham mengenai kegiatan yang dilakukan pada siang hari, 82% kurang teliti dalam menulis, dan 64% belum terampil dalam menulis deskripsi. Dari data tersebut, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian guna menindak lanjuti pemasalahan di kelas.

Pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Pangudi Luhur Sedayu, peneliti sempat mengamati beberapa siswa kelas 1 mengenai sejauh mana kesulitan mereka dalam menulis. Ternyata peneliti mendapati bahwa sikap mereka terkadang terlalu pasif ataupun terlalu aktif sehingga menyebabkan mereka tidak konsentrasi saat menulis. Terlalu pasif


(23)

dalam hal ini adalah siswa diam saja, dan terlalu aktif yaitu siswa bertingkah terus menerus bahkan mengganggu temannya. Hal ini membuat peneliti berpikir untuk menerapkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan guna meningkatkan prestasi menulis dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Pemilihan media belajar juga dilihat dari situasi kelas dan kondisi siswa agar cocok serta dapat digunakan secara maksimal. Dari sekian banyak media pembelajaran, peneliti menemukan satu media yang cocok untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Media pembelajaran yang dipilih adalah kartu kata bergambar. Peneliti memilih media ini karena dianggap lebih mudah membuat dan menggunakannya dalam praktik mengajar. Media kartu kata bergambar juga dapat menarik perhatian siswa karena gambar dan warna-warnanya. Penggunaan media ini juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahamannya lewat imajinasi yang akan timbul saat melihat kartu kata bergambar. Pada materi kegiatan siang hari, beberapa gambar yang tertera di kartu kata bergambar merupakan kegiatan yang dilakukan pada siang hari.

Peneliti mengharapkan dengan menggunakan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur Sedayu terutama dalam tema 3 yaitu tema “Kegiatanku”. Media yang dianggap baik untuk mengajarkan menulis deskripsi ini dikreasikan peneliti untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Selain itu, media kartu kata bergambar juga dipilih untuk meningkatkan ketelitian dan pemahaman siswa mengenai kegiatan pada siang hari.


(24)

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada tema 3 “Kegiatanku” dengan subtema 2 “Kegiatan Siang Hari”. Subjek yang dikenai dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu. Batasan masalah tersebut digunakan karena siswa kelas 1 memiliki kemampuan memahami macam-macam kegiatan, ketelitian dalam menulis, dan keterampilan menulis deskripsi yang kurang. Masalah tersebut akan diatasi dengan menggunakan kartu kata bergambar dalam penelitian yang dilakukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015?

2. Apakah penggunaan media kartu kata bergambar mampu meningkatkan pemahaman siswa pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015?

3. Apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan ketelitian pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015?


(25)

4. Apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan media kartu kata bergambar mampu meningkatkan pemahaman siswa pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan ketelitian pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015.

4. Untuk mengetahui apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015.


(26)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penggunaan kartu kata bergambar untuk meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 pada tema 3 subtema 2. 2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Melalui penelitian ini, pemahaman siswa mengenai kegiatan pada siang hari dapat meningkat. Siswa juga dapat lebih teliti menggunakan huruf dan tanda baca setiap menulis serta membantu siswa keluar dari kesulitan membuat deskripsi.

b. Bagi guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat lebih diperkaya pengetahuan tentang model pembelajaran yang dapat digunakan

dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan ketrampilan

menulis siswa. Sehingga guru lebih selektif dalam memilih media pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah di dalam kelas. c. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui praktek penggunaan metode PTK di sekolah dasar serta lebih memahami

penggunaan kartu kata bergambar untuk meningkatkan pemahaman,


(27)

tema 3. Penelitian ini juga merupakan pengalaman berharga yang didapat peneliti dalam menerapkan PTK dengan menggunakan media kartu kata bergambar.

d. Bagi sekolah

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

sekolah guna meningkatkan inovasi pembelajaran dimana

penggunaan media diperlukan dalam setiap pembelajara. Dengan demikian diharapkan prestasi siswa meningkat dan mutu sekolah semakin baik.

F. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kartu kata bergambar

Kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang digunakan untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran. Media ini berupa kartu dengan gambar yang menarik serta kata yang mewakili isi dari gambar tersebut. Media ini tergolong media visual diam yang mudah dan praktis dalam penggunaannya.

2. Pemahaman

Pemahaman merupakan hal di mana kita mengerti akan suatu ucapan atau tingkah laku. Pemahaman dalam penelitian ini berupa macam kegiatan yang dilakukan ketika siang hari. Siswa diajak untuk menggali


(28)

informasi tentang kegiatan yang dilakukan pada siang hari melalui penjelasan dari guru dan media yang digunakan.

3. Ketelitian

Ketelitian merupakan sikap cermat dan tepat dalam suatu hal. Ketelitian meminimalkan sesorang untuk bertindak ceroboh. Dalam penelitian ini ketelitian yang dimaksud mengenai teliti dalam menggunakan huruf, tanda baca, serta ejaan saat menulis kata atau kalimat.

4. Keterampilan menulis deskripsi

Keterampilan menulis deskripsi merupakan kemampuan menggambarkan suatu obyek dengan menggunakan bahasa tulis. Obyek dideskripsi dengan jelas sehingga pembaca dapat seolah-olah merasakan atau melihat sesuatu yang digambarkan tersebut. Menulis deskripsi juga dapat didefinisikan sebagai pemaparan suatu obyek secara jelas dan tepat.


(29)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kartu Kata Bergambar

Kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang dibutuhkan guru untuk membantu dalam pembelajaran. Media ini merupakan media visual diam yang hanya mengandalkan indra penglihatan (Djamarah dkk, 2010). Jaruki (2008) mendefinisikan media kartu kata bergambar sebagai sebuah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar.

Penggunaan media ini tergolong mudah, karena hanya menyiapkan beberapa kartu yang berisi gambar dan sebuah kata yang mewakili gambar tersebut. Gambar-gambar tersebut dapat menarik minat peserta didik saat pembelajaran berlangsung dan meningkatkan perhatian mereka. Kartu kata bergambar memiliki beberapa kelebihan (Indriana, 2011) yaitu mudah dibawa kemana-mana karena bentuknya yang kecil dan tidak memakan banyak tempat, kemudian praktis dalam pembuatan dan penggunaannya sebab membuat kartu kata bergambar ini tidak memerlukan banyak alat dan bahan, hanya kertas berisi gambar dan kata kemudian dapat dilekatkan pada sebuah karton agar tampak tebal. Penggunaannya pun tergolong mudah, seperti memakai kartu biasa pada umumnya, hanya saja kartu ini diggunakan sebagai media dalam


(30)

pembelajaran. Kelebihan lain dari kartu kata bergambar ini adalah gampang diingat karena menarik, gambar-gambar yang tertera dengan warna cerah, serta bentuknya yang kecil membuat siswa mudah untuk mengingat media ini. Lebih menarik lagi jika guru membagi satu kartu kepada satu siswa, maka siswa akan lebih mudah mengingatnya, apalagi jika gambar pada kartu kata bergambar yang ia terima cocok dengan kesukaannya. Dan kelebihan yang terakhir adalah menyenangkan sebagai media pembelajaran. Penggunaan kartu kata bergambar dapat digunakan sebagai media yang menarik dalam sebuah pembelajaran. Penggunaannya yang mudah dapat menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan terbantu dengan adanya kartu kata bergambar ini. Siswa akan merasa terhibur apalagi mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media yang menarik dan menyenangkan bagi mereka. Namun begitu, media ini juga memiliki kekurangan yaitu hanya menampilkan persepsi indra mata, ukurannya terbatas, dan gambar di interpretasikan secara personal (Rahadi, 2003).

Arsiyati (2012) mengungkapkan bahwa kartu kata bergambar dapat meningkatkan menulis deskripsi pada siswa SD, begitu juga Samsodin (2012) dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa kartu kata bergambar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Peningkatan tersebut didapat melalui sebuah penelitian. Penelitian tersebut dilakukan dalam dua siklus sebagai perbandingan untuk melihat peningkatannya. Seiring dengan peningkatan pemahaman dan menulis deskripsi dengan


(31)

menggunakan kartu kata bergambar, peneliti berpendapat bahwa ketelitian juga dapat meningkat seiring dengan seringnya siswa menulis saat membuat deskripsi.

Dengan demikian kartu kata bergambar merupakan sebuah media yang berbentuk kartu dengan gambar dan kata di dalamnya. Kata yang tertera di gambar mewakili isi dari gambar tersebut. Media ini sangat sederhana, mudah dibuat, mudah digunakan dan dapat menarik perhatian siswa karena gambar-gambar yang tertera. Media ini dirasa cocok apalagi untuk membantu menyampaikan materi pada pembelajaran kelas bawah. 2. Pemahaman

Pemahaman merupakan hal di mana kita mengerti pada suatu ucapan, tingkah laku, isyarat, atau informasi dari orang lain. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mendefinisikan pemahaman sebagai suatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah diketahui dan diingat (Sudijono, 2009). Dengan kata lain, pemahaman merupakan kemampuan di mana seseorang mengerti apa yang sedang dikomunikasikan orang lain. Pemahaman memiliki kemampuan yang dapat dijabarkan menjadi tiga (Daryanto, 2008), yaitu: a. Menerjemahkan

Pemahaman tidak harus disampaikan melalui penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa lainnya, namun dapat juga dialihkan dalam model simbol. Menerjemahkan bahasa bukan berarti mengganti isi


(32)

dari apa yang ingin disampaikan, melainkan menyampaikannya menggunakan bahasa lain. Bahasa juga tidak selalu dari ucapan, bisa juga mengunakan bahasa lain, misal bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Penerjemahan ini membantu seseorang memahami sesuatu dengan bantuan orang lain.

b. Menginterpretasi

Kemampuan ini merupakan masa di mana seseorang sudah mulai mengenal dan memahami. Seorang individu dikatakan mampu menginterpretasi ketika mampu menggambarkan sebuah informasi melalui bahas lisan, tulis, gambar, simbol, atau bahasa yang lain. Intepretasi bertujuan untuk meningkatkan pengertian namun juga dapat mengacaukan atau membingungkan sebuah pengertian jika tidak dapat menyampaikannya dengan baik. Penginterpretasian yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai makna yang berbeda.

c. Mengekstrapolasi

Kemampuan ini merupakan kemampuan yang levelnya lebih tinggi dari dua diatas. Mengekstrapolasi merupakan kemampuan untuk melihat kelanjutan dari suatu temuan. Kemampuan ini mengandalkan intelektual yang tinggi misalnya membuat sebuah telaahan terhadap kemungkinan yang dapat terjadi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman timbul dari komunikasi, membaca, ataupun sekedar melihat dan mendengar. Pemahaman juga dapat disampaikan melalui pembelajaran di


(33)

kelas, di mana guru menjelaskan suatu materi pelajaran agar siswanya memahami materi tersebut. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesan timbal balik diantara keduanya.

3. Ketelitian

Ketelitian memiliki kata dasar teliti yang berarti cermat dan seksama (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Teliti merupakan sikap di mana seseorang cermat dalam suatu hal. Teliti menghindarkan seseorang untuk melakukan kesalahan atau hal ceroboh. Teliti berarti pula sebagai sikap waspada atau jeli. Sikap ini memiliki ciri yaitu bersikap waspada yang berarti mawas diri, bersikap hati-hati yang artinya tenang saat melakukan sesuatu, dan besar perhatian yang artinya mencurahkan segenap perhatian pada sesuatu yang sedang diperbuat. Teliti merupakan bagian dari sikap di mana sikap merupakan respon yang masih tertutup terhadap suatu obyek (Notoadmodjo, 2003).

Sikap teliti diperlukan dalam dunia pendidikan untuk menghindarkan peserta didik dari hal ceroboh. Guru perlu menanamkan sikap tersebut agar para peserta didik selalu cermat baik dalam sikap maupun pembelajaran. Ketelitian bisa menyangkut pada banyak hal termasuk dalam menulis. Siswa sekolah dasar terutama kelas bawah biasanya kurang teliti dalam menulis suatu kata atau kalimat. Mereka kurang teliti misalnya kurang huruf atau tidak memakai tanda baca. Ketelitian dalam menulis yang dimaksud adalah pemilihan kata yang tepat, penyusunan kata menjadi kalimat yang efektif, menganalisis


(34)

tersampainya pesan kepada pembaca, dan menggunakan konjungsi yang jelas (Ishak & Yustinah, 2008)

Dengan demikian ketelitian merupakan sikap yang perlu ditanamkan pada tiap individu. Sikap ini bersifat positif dan menjauhkan seseorang dari kecerobohan. Ketelitian berarti berhati-hati sebelum dan saat melakukan sesuatu untuk menghindari sebuah kesalahan.

4. Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai setiap individu. Menulis itu sendiri memiliki hubungan masing-masing dengan membaca dan berbicara. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan menulis sebagai membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur) yang membuat anak-anak belajar, melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang dan membuat surat). Lain lagi pendapat Tarigan (2008) bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara garis besar menulis merupakan kegiatan yang melibatkan pikiran dan melatih bahasa siswa untuk berkomunikasi menggunakan media tulisan. Menulis merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan membaca karena keduanya merupakan bagian dari komunikasi dan bahasa. Fungsi dari menulis itu sendiri adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung (Tarigan, 2008). Tarigan menambahkan bahwa menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar untuk berpikir.


(35)

Menulis itu sendiri juga memiliki tujuan yang akan mengarahkan seseorang untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik dan pesan yang dituangkan dalam kata-kata dapat tersampaikan kepada pembacanya. O’Malley dan Pierce (1996) mengungkapkan ada tiga tujuan menulis yaitu informatif yang artinya digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau sekedar berbagi informasi dan pengetahuan. Pengungkapan gagasan ini dijelaskan sedetail mungkin agar pembaca tahu apa yang ingin disampaikan penulis. Hal tersebut juga berlaku pada tujuan menulis untuk memberi informasi, karena memberi informasi harus jelas dan sesuai dengan fakta. Tujuan menulis selanjutnya adalah ekpresif, yaitu tujuan yang digunakan penulis saat membuat sebuah tulisan narasi. Penulisan narasi menuntut penulis untuk berekspresi sebaik mungkin agar maksud dari tulisan tersebut dapat tersampaikan kepada pembaca. Kemudian tujuan menulis yang terakhir adalah persuasif. Tujuan ini digunakan untuk mempengaruhi orang lain atau juga dapat digunakan sebagai cara untuk mengajak orang lain melakukan sesuatu. Biasanya tujuan menulis ini dapat kita jumpai di media cetak seperti koran atau majalah.

Hal lain yang ada dalam menulis adalah manfaatnya, adapun manfaat menulis menurut Akhadiah, dkk. (1994) adalah pertama, dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis. Hal ini mengajak kita untuk dapat menemukan potensi atau bakat yang kita miliki dalam bidang tulis menulis serta ketelitian kita dalam menanggapi permasalahan yang


(36)

sedang kita tulis. Kedua, kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan. Kegiatan ini membantu kita untuk berpendapat dan menuangkannya dalam bahasa tulis. Hal ini dapat membantu mereka yang kurang percaya diri mengungkapkan gagasan melalui bahasa lisan sehingga bahasa tulis menjadi alternatif yang cocok. Ketiga, dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan. Kemampuan seseorang dapat terasah melalui menulis. Menulis membuat kemampuan berpikir sesorang menjadi lebih luas, apalagi jika diimbangi dengan membaca. Dengan membaca suatu masalah, seseorang dapat mengembangkan wawasannya lewat sebuah karya tulis. Tidak melulu menulis ssebuah teori, namun dapat mengembangkan teori tersebut dengan kemampuan dan wawasan yang ia miliki kemudian dituangkan dalam bahasa tulis. Keempat, permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan menulis. Suatu permasalahan yang kurang begitu jelas arahannya dapat dipertegas dengan bantuan tulisan, di mana tulisan dapat dipakai sebagai media untuk menjelaskan permasalahn tersebut hingga pada akhirnya dapat menemukan titik terang dan jalan keluar. Manfaat menulis yang terakhir adalah, tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif. Penilaian sebuah gagasan dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah tulisan. Penilaian menggunakan tulisan dirasa lebih obyektif daripada


(37)

lisan karena dapat meminimalisir kecurangan yang mungkin dapat dilakukan.

Imron (2009) mengungkapkan empat tujuan menulis. Yang pertama, memberitahukan dan menjelaskan, yang berarti dengan tulisan kita dapat memberitahukan sebuah informasi atau masalah serta menjelaskannya dengan rinci agar pembaca mengerti dan memahami apa yang ingi kita sampaikan melalui tulisan tersebut. Kedua, meyakinkan pembaca, lewat bahasa tulis kita dapat menyakinkan pembaca mengenai hal yang kita sampaikan. Hampir sama dengan tujuan persuasif maka tujuan menulis ini dapat juga digunakan untuk mempengaruhi pembaca dengan apa yang kita tulis. Ketiga, menceritakan sesuatu, melalui menulis kita dapat menceritakan suatu kejadian atau pengalaman. Kegiatan ini dapat disebut sebagai mendokumenkan suatu kejadian agar kita tidak lupa dengan kejadian tersebut. Menulis juga dapat digunakan sebagai media mengungkapan suatu cerita untuk mereka yang pendiam dan malu untuk berbicara lisan. Terakhir adalah, mempengaruhi pembaca, tujuan ini dapat dikategorikan sebagai tujuan persuasif di mana penulis mempengaruhi pembacanya melalui sebuah tulisan.

Dengan demikian menulis merupakan hal pokok yang harus dipelajari individu. Dengan menulis, seseorang pada menyampaikan apa yang dia rasakan kepada pembacanya. Oleh karena itu, menulis merupakan salah satu cara seseorang untuk berkomunikasi. Menulis memiliki tujuan dan manfaat yang hampir sama, salah satunya adalah


(38)

menjelaskan sesuatu, di mana penulis berusaha menjelaskan suatu keadaan atau permasalahan dengan menggunakan bahasa tulis agar tersampaikan kepada pembacanya.

5. Menulis Deskripsi

Deskripsi merupakan bentuk tulisan yang menggambarkan suatu objek di mana penggambaran objek dilakukan dengan rinci sehingga menimbulkan tanggapan dari pancaindra (Tompkins, 1994). Akhadiah (1997) mengungkapkan bahwa deskripsi merupakan tulisan yang menggambarkan sesuatu dengan jelas. Penggambaran yang jelas ini membuat pembaca seolah-olah dapat melihat atau mengalami sendiri sesuatu yang digambarkan tersebut. Dengan demikian, deskripsi dapat juga didefinisikan sebagai sebuah tulisan yang memuat objek di dalamnya dan dituliskan secara jelas agar pembaca ikut merasakan apa yang tertulis dalam deskripsi tersebut.

Dalam menulis deskripsi diperlukan ketepatan pemilihan kata agar penggambaran objek tersampaikan kepada pembaca. Menulis deskripsi yang baik juga memerlukan teknik. Tompkins (1994) mengungkapkan empat macam teknik dalam penulisan deskripsi sebagai berikut:

a. Teknik penambahan informasi khusus

Teknik ini dituliskan dengan menambahkan informasi secara rinci. Penambahan informasi ini dilakukan dengan mengidentifikasi kekhasan tingkah laku objek, menyebut karakter objek, mengidentifikasi latar objek, dan mendaftar atribut objek. Informasi


(39)

ini disebutkan dan dijelaskan secara lengkap sehingga objek dapat terdeskripsikan dengan baik.

b. Teknik penggambaran sensoris/pancaindra

Teknik ini digunakan untuk menggambarkan deskripsi secara lebih jelas dengan mengaitkan pengindraan pada manusia. Hal ini membuat pembaca seolah-olah dapat ikut merasakan. Pancaindra yang biasanya sedring digunakan adalah penglihatan dan pendengaran. c. Teknik perbandingan

Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan obyek dengan membandingkannya pada objek yang lain. Contohnya seperti bulan diganti dengan dewi malam. Teknik ini hampir mirip seperti membuat kata ganti pada suatu objek agar lebih indah saat dibaca. Hal tersebut dapat membuat pembaca lebih tertarik untuk membaca karena menggunakan kata ganti yang tidak biasa.

d. Teknik perdialog

Teknik ini digunakan sebagai pengganti karakter objek yang dituangkan melalui sebuah dialog. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui karakter objek melalui dialog yang dia ucapkan. Melalui dialog, pembaca dapat seolah-olah sedang menjadi tokoh yang ia baca sehingga ia dapat memahami watak seperti apa yang dimiliki oleh tokoh tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis deskripsi merupakan penggambaran suatu obyek secara rinci dalam


(40)

bahasa tulis. Penggambaran ini dilakukan agar pembaca mampu memahami dan menbayangkan apa yang sedang ia baca dalam tulisan deskripsi tersebut. Menulis deskripsi juga tidak boleh dilakukan sembarangan karena memiliki teknik-teknik tertentu agar hasilnya baik. Menulis dekripsi juga dapat dilakukan dengan melihat suatu gambar. Melalui gambar, seseorang dapat berimajinasi dan mendeskripsikan gambar yang ia lihat dengan baik.

6. Keterampilan Menulis Deskripsi

Berdasarkan penjelasan mengenai menulis dan menulis deskripsi di atas maka keterampilan menulis deskripsi merupakan keterampilan berbahasa dalam bentuk tulisan yang menggambarkan atau mendefinisikan suatu obyek secara jelas. Keterampilan menulis deskripsi merupakan keterampilan yang membangun imajinasi penulis terhadap suatu obyek. hal tersebut kemudian penulis tuangkan dalam sebuah tulisan berbentuk deskripsi.

Keterampilan menulis deskripsi yang menghasilkan suatu karya tulis ini memberikan informasi kepada pembaca lewat tulisan. Tulisan tersebut tergolong jelas dalam mendefinisikan sesuatu. Pemaparan obyek dalam keterampilan ini dapat dikatakan jelas dan tepat.

7. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini melakukan masa uji coba di beberapa sekolah pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 mulai diterapkan


(41)

di SD, SMP, dan SMA. Pada jenjang Sekolah Dasar diterapkan di kelas I, II, IV dan V, jenjang Sekolah Menengah Pertama di kelas VII dan VIII sedangkan jenjang SMA di kelas X dan XI (Wikipedia). Definisi kurikulum itu sendiri merupakan perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan (1997). Kurikulum dapat terus berganti sesuai dengan perkembangan jaman dan kebijakan dari pemerintah setempat. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum 2013 dikembangkan agar mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik.

Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi pribadi yang berkarakter, produktif, dan inovatif. Hal ini membuat guru harus bekerja lebih keras agar tujuan tersebut tercapai untuk anak didiknya.

Adapun landasan pengembangan Kurikulum 2013 dibagi menjadi tiga (Mulyasa, 2013), yaitu:

a. Landasan filosofis

Dalam landasan ini, filosofis yang digunakan adalah Filosofis Pancasila dan Filosofis Pendidikan. Filosofis Pancasila memberikan dasar-dasar membangun pendidikan. Filosofis Pendidikan mengarah kepada akademik dan nilai keluhuran.

b. Landasan yuridis

Dalam landasan ini mengarah kepada aturan dalam Undang-Undang yaitu RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan mengenai


(42)

Perubahan Metodologi Pembelajaran Dan Penataan Kurikulum. Kemudian PP No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, serta INPRES Nomor 1 Tahun 2010 mengenai Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. INPRES Nomor 1 tahun 2010 yang berisi Tentang Standar Nasional Pendidikan Prioritas Pembangunan Nasional juga termasuk dalam landasan Kurikulum 2013.

c. Landasan konseptual

Landasan ini berkaitan dengan relevansi pendidikan. Ada juga kurikulum berbasis kompetensi dan karakter. Selain itu pembelajaran konseptual, pembelajaran aktif, dan penilaian valid.

Pengembangan struktur dalam Kurikulum 2013 diperlukan agar kurikulum berjalan sesuai dengan rencana. Pengembangan ini mencakup tiga langkah yaitu mengidentifikasi kompetensi, mengembangkan struktur kurikulum, dan mendeskripsikan mata pelajaran. Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum pengganti KTSP ini menyuguhkan tujuan yang berbasis pendidikan karakter. Tujuan tersebut ditekankan agar para peserta didik dapat mengamalkan filosofis Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum ini dinilai memudahkan guru karena semua nahan ajar sudah tertera dan diatur dalam buku guru dan buku siswa, namun tak sedikit pula guru yang merasa kesulitan.


(43)

Kurikulum 2013 mengembangkan berbagai ranah terutama pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kurikulum ini berbasis kompetensi karena mencakup tugas dan keterampilan. Cakupan tersebut dipelajari di sekolah dan menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja nantinya. Beberapa ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi adalah pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai konsep kurikulum yang diarahkan untuk mengembangkan enam ranah dalam konsep kompetensi dan mengembangkan kemampuan melakukan tugas yang hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik.

Dalam rancangan Kurikulum 2013 di sekolah dasar, tampak bahwa pelajaran IPA dan IPS sangat ingin ditonjolkan (Kemendiknas, 2013 dalam Mulyasa, 2013). Beberapa pembenahan terus terjadi hingga akhirnya membentuk struktur kurikulum SD yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A memuat pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Kelompok B memuat pelajaran Seni Budaya & Prakarya serta Pendidikan Jasmani, OR, dan Kesehatan.

Terlepas dari itu semua, Kurikulum 2013 yang merupakan pengganti KTSP ini diharapkan dapat membantu mencetak generasi bangsa yang berkarakter. Kurikulum yang memasukkan unsur pendidikan karakter ini disajikan secara utuh dalam sebuah pembelajaran tematik. Hal tersebut ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Guru


(44)

harus bekerja keras untuk mewujudkan tujuan kurikulum ini kepada peserta didiknya.

8. Pembelajaran Tematik

Tematik merupakan suatu pembelajaran terpadu yang termasuk dalam model terjala (webbed), yang menekankan pola pengorganiasasian materi yang disatukan atau diintegrasikan dalam satu tema (Kurniawan, 2014). Pendapat sama juga diungkapkan oleh Rusman (2013) (dalam Prastowo, 2013) yang mendefinisikan pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran terpadu yang dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswanya yang melibatkan beberapa mata pelajaran. Mamat SB, dkk (2005) (dalam Prastowo, 2013) mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam sebuah topik yang sama yang disebut tema. Ketiga definisi tersebut hampir sama dan menyebutkan adanya tema dalam definisinya. Ciri khas dari pembelajaran tematik terdapat pada tema. Tema ditentukan dan dikembangkan selaras dengan kompetensi dasar dari tiap pelajaran.

Kurniawan (2014) menjabarkan bahwa Kurikulum 2013 memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada anak

Pembelajaran tematik memposisikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut membuat guru


(45)

berperan sebagai fasilitor. Pembelajaran dirancang dengan memperhatikan aspek-aspek perkembangan siswa.

b. Pengalaman langsung

Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada siswa untuk merasakan pengalaman langsung dari materi yang sedang dipelajari. Hal ini ditujukan agar siswa memperoleh informasi dari tangan pertama sehingga pembelajaran lebih bermakna untuk siswa. hal tersebut diharpkan dapat memberi dampak positif pada proses penerimaan dan pemahaman materi pada siswa.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak jelas

Pembelajaran yang menekankan penggunaan tema ini membuat pemisahan dalam tiap-tiap mata pelajaran tidak terlihat lagi. Hal ini dilakukan agar mata pelajaran tersebut melebur dalam satu tema sehingga pengetahuan yang didapat siswa lebih lengkap. Peleburan mata pelajaran dotujukan agar siswa lebih dapat focus pada pelajaran secara utuh.

d. Penyajian beberapa mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran Pembelajaran tematik mengandalkan sebuah tema. Tema membuat beberapa mata pelajaran tidak tersaji sendiri-sendiri namun tersaji secara bersama. Pemisahannya tiap maat pelajaran pun tidak nampak.


(46)

e. Fleksibel

Pembelajaran tematik tidak terfokus dalam satu mata pelajaran. Guru dapat memvariasikan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang sesuai. Pembelajaran ini mudah digunakan karena tidak mengacu pada metode tertentu namun dapat disesuaikan sesuai kondisi.

f. Bermakna dan utuh

Pembelajaran ini mempertimbangkan proses dan isi materi sehingga pembelajaran bisa lebih dipahami. Pembelajaran ini juga mengupayakan perkembangan psikologis siswanya. Pembelajaran disajikan secara utuh dalam satu tema agar lebih bermakna.

g. Mempertimbangkan waktu dan ketersediaan sumber

Dalam pembelajaran tematik, guru harus pandai mengatur waktu. Hal tersebut dilakukan agar pembelajaran tidak menggunakan waktu yang terlalu lama. Penggunaan sumber belajar yang terdapat di sekitar sekolah juga dianjurkan jika mendukung.

h. Tema terdekat dengan anak

Pembuatan tema dalam pembelajaran tematik dianjurkan menggunakan hal-hal yang tidak asing untuk siswa. Hal tersebut dilakukan agar materi yang dipelajari menyatu dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Disarankan untuk menggunakan tema yang sering ditemui dalam keseharian siswa.


(47)

i. Pencapaian kompetensi dasar bukan tema

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tematik bukan semata temanya melainkan kompetensi dasar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Walaupun nampak bahwa tema menjadi sebuah hal pokok dalam pembelajaran tematik, namun dibalik itu guru harus mampu mengembangkan ketercapaian kompetensi. Dengan tercapainya kompetensi maka dapat dipastikan siswa memahami pembelajaran yang diberikan.

Prastowo (2013) menjelaskan 18 macam karateristik dalam pembelajaran tematik sebagai berikut:

a. Adanya efisiensi

Pembelajaran tematik menggunakan waktu, metode, sumber belajar. Penggunaan tersebut ditujukan untuk mengupayakan pemberian pengalaman nyata kepada peserta didik. Dengan memperoleh pengalaman nyata maka siswa dapat lebih memahami materi dari pembelajaran yang disampaikan.

b. Kontekstual

Pembelajaran tematik berbasis pada masalah-masalah nyata sehingga mudah untuk dipahami. Pemilihan tema dalam pembelajarannya pun dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mempermudah guru dan siswa dalam mempelajari materi.


(48)

c. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik memposisikan guru sebagai fasilitator. Penempatan posisi tersebut dilakukan agar pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa merupakan objek pokok yang harus ada saat pembelajaran berlangsung.

d. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik mengajak siswanya untuk merasakan dan mengalami sendiri materi yang sedang dipelajari. Siswa tidak hanya terpacu pada teori-teori yang ada di buku melainkan melalui pengalaman nyata. Hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran lebih menarik sehingga siswa tidak bosan.

e. Pemisahan mata pelajaran yang kabur

Pembelajaran tematik menyuguhkan pembelajaran dalam satu tema. Pemisahan antar pembelajaran menjadi tak nampak karena sudah dikemas menjadi satu tema. Tema tersebut tersaji utuh sehingga tidak ada bagian-bagian dalam mata pelajaran yang nampak.

f. Holistis

Pembelajaran tematik disajikan secara utuh, tidak terpotong-potong. Siswa mampu memahami pelajaran yang diajarkan secara utuh karena dapat lebih fokus. Hal tersebut juga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.


(49)

g. Fleksibel

Pembelajaran tematik mengarahkan guru untuk fleksibel (luwes) dalam memberikan pelajaran di kelas. Guru harus pandai mengaitkan materi dari satu mata pelajaran ke pelajaran lain bahkan jika bisa ke hal lain seperti lingkungan sekitar. Hal tersebut membuat siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa apalagi jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

h. Hasil pembelajaran berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa Pembelajaran tematik memberikan manfaat bagi kehidupan siswa. Pembelajaran juga diminati sehingga mempengaruhi perkembangan intelektual mereka. Hasil dari pembelajaran pun berkembang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

i. Kegiatan belajarnya sangat relevan dengan kebutuhan siswa SD/MI Dalam pembelajaran tematik, siswa diajari untuk memahami pembelajaran dalam satu kesatuan. Pemahaman tersebut dilakukan dengan menghubungkan informasi-informasi yang terpisah. Pemahaman siswa diarahkan agar sejalan dengan kebutuhan siswa yang cenderung konkret, integratife, dan hierarkis.

j. Kegiatan yang dipilih bertolak dari minat dan kebutuhan siswa

Pembelajaran tematik mengembangkan tema dari lingkungan sekitar. Tema juga dapat dihubungkan dengan minat siswa. hal tersebut dapat disesuaikan dengan kebijakan guru dan kebutuhan siswa.


(50)

k. Kegiatan belajar akan lebih bermakna

Pembelajaran tematik memungkinkan terjalinnya konsep-konsep yang saling berhubungan. Pada akhirnya konsep-konsep dapat mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung lebih bermakna dan diterima oleh siswa.

l. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa

Pembelajaran tematik dapat membuat siswa mengembangkan kemampuan dalam dirinya sendiri. Kemampuan tersebut diarahkan untuk mengontrol segala sikap dan tindakan yang akan dilakukan. Siswa diharapkan dapat berpikir sebelum bertindak.

m. Menyajikan kegiatan belajar pragmatis yang sesuai dengan permasalahan

Pembelajaran tematik mengajak siswa untuk mengembangkan pengetahuannya. Pengembangan tersebut dilakukan melalui interaksi dan pengalaman dalam kehidupannya. Siswa dapat lebih memahami kegiatan pembelajaran karena berhubungan dengan permasalahan dan pengalaman.

n. Mengembangkan keterampilan sosial siswa

Pembelajaran tematik berkaitan erat dengan kehidupan sosial terutama temanya. Tema yang dipakai disesuaikan dengan kegiatan sosial siswa sehari-hari sehingga siswa dapat dengan mudah


(51)

beradaptasi. Melalui tema, siswa diajak untuk mengasah dan mengembangkan keterampilan sosialnya.

o. Aktif

Pembelajaran tematik mengajak siswanya untuk berperan aktif dalam setiap pertemuan. Keaktifan ini dapat dilihat dari fisik, mental, intelektual, maupun emosinya. Keaktifan merupakan sikap yang diperlukan saat mengikuti pembelajaran.

p. Menggunakan prinsip bermain sambil belajar

Pembelajaran tematik menggunakan prinsip bermain sambil belajar. Hal ini dilakukan agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran dan tidak merasa jenuh. Contoh kegiatan bermain sambil belajar misalkan penyajian materi pelajaran dipadukan dengan bermain peran atau menyusun huruf.

q. Mengembangkan komunikasi siswa

Pembelajaran tematik menonjolkan siswa sebagai pusat dalam pembelajaran. Oleh karena itu setiap siswa wajib untuk melakukan komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar timbul interaksi antar individu dalam setiap pembelajaran.

r. Lebih menekankan proses ketimbang hasil

Pembelajaran tematik mengajak guru untuk mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru juga perlu mengamati setiap perkembangan dan proses dari pencapaian keberhasilan itu sendiri.


(52)

Siswa diajak untuk menikmati setiap proses agar hasil yang diinginkan dicapai dengan baik.

Pembelajaran tematik juga tak luput dari keunggulan dan kelemahan. Rusman (2011) (dalam Prastowo, 2013) mengungkapkan beberapa keunggulan dalam pembelajaran tematik, yaitu pertama, pengalaman dan kegiatan sangat relevan dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar; kedua, kegiatan yang dipilih dalam pelaksaan pembelajaran ini bertolak dari minat siswa; ketiga, kegiatan belajar lebih bermakna sehingga menimbulkan kesan pada siswa; keempat, mengembangkan keterampilan berpikir siswa; kelima, menyajikan pembelajaran yang pragmatis; dan keenam, mengembangkan keterampilan sosial. Trianto (2013) (dalam Prastowo, 2013) mengungkapkan kebalikan dari keunggulan pembelajaran tematik, yaitu kelemahannya, diantaranya sebagai berikut:

a. Keterbatasan dalam aspek sarana dan sumber belajar

Pembelajaran tematik membutuhkan banyak bahan bacaan, sumber informasi, dan fasilitas internet. Jika semua kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka kemungkinan munculnya hambatan dalam penerapan pembelajaran ini. Sarana dan sumber belajar dis ekolah perlu diperhatikan sebelum melakukan pembelajaran model tematik.


(53)

b. Keterbatasan dalam aspek kurikulum

Pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013 tetap menggunakan kurikulum. Kurikulum harus berorientasi pada ketuntasan pemahaman siswa dan memberi kesempatan pada guru untuk mengembangkan materi. Beberapa guru kurang dapat mengembangkan materi karena terbatas pada kurikulum.

c. Keterbatasan dalam aspek penilaian

Pembelajaran tematik memerlukan penilaian yang bersifat menyeluruh. Hal ini mengharuskan guru berkonsultasi dengan guru lain jika mata pelajaran berasal dari guru yang berbeda. Kendala yang ditimbulkan adalah mencari penyesuaian dan kesepakatan dengan guru lain agar penilaian dapat menyeluruh.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik yang tergolong bagian dari pembelajaran terpadu ini menyajikan suatu model belajar yang menggunakan tema. Tema ditentukan berdasarkan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang sama. Tema yang dipilih juga disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari peserta didiknya. Dengan menggunakan tema, otomatis mata pelajaran tidak disajikan terpisah melainkan satu kesatuan utuh. Peralihan dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain pun tak nampak dan ini merupakan kelebihannya. Namun ada juga kekuarangan yang dimiliki pembelajaran ini, salah satunya adalah keterbatasan dalam aspek penilaian karena memerlukan diskusi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan.


(54)

9. Pendekatan Saintifik

Pengertian pendekatan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan proses, perbuatan, usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Sedangkan pengertian pendekatan pembelajaran (Hosnan, 2014) merupakan suatu proses yang digunakan guru untuk menyajikan bahan ajar. Pendekatan dilakukan agar proses belajar mengajar tersampaikan dengan baik dari guru kepada siswanya.

Pendekatan saintik adalah proses pembelajaran yang mengedepankan keaktifan peserta didik dalam beberapa tahap. Pendekatan ini sangat dekat dengan Kurikulum 2013, bahkan implementasi dari keduanya adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik aktif dalam mengamati, mengidentifikasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

Karateristik dalam pendekatan saintifik (Hosnan, 2014) adalah pertama, berpusat pada siswa, artinya melalui pendekatan ini, proses belajar mengajar dipusatkan hanya pada siswa, sedangkan guru beperan sebagai fasilitator. Hal ini dilakukan karena setiap proses yang akan dilakukan siswa menggunakan pendekatan ini diamati oleh guru. Kedua, melibatkan proses kognitif. Proses kognitif yang dimaksudkan adalah melalui pendekatan saintifik, siswa diajak untuk memperoleh pengetahuan melalui tahapan kegiatan yang akan mereka lalui. Terakhir,


(55)

ketiga, dapat mengembangkan karakter siswa. Melalui pendekatan saintifik, karakter siswa dapat terbentuk dan berkembang. Hal tersebut dapat terlihat dari keingintahuan, kemandirian, dan kreatifitas siswa dalam memecahkan masalah melalui pendekatan saintifik sehingga karakter mereka dapat terbentuk.

Hosnan (2014) juga mengungkapan beberapa tujuan dari pendekatan saintifik yaitu:

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek

Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan yang lebih tinggi. Dalam pendekatan saintifik, siswa diajak untuk meningkatkan kemampuannya menjadi lebih. Tidak semua siswa dapat langsung memiliki kemampuan intelektual ini, namun harus melewati tahapan demi tahapan untuk mencapainya.

b. Membentuk kemampuan siswa memecahkan masalah secara sistematis

Melalui pendekatan saintifik, siswa diajak untuk memecahkan masalah secara sistematis. Pemecahan masalah tersebut melalui tahapan-tahapan sehingga terjadi proses yang berurutan. Tahapan-tahapan tersebut adalah memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan mengecek hasil akhir.


(56)

c. Melatih siswa mengkomunikasikan ide

Mengkomunikasikan ide merupakan hal yang wajib dilakukan dalam pendekatan saintifik agar masalah cepat terselesaikan. Tidak semua siswa dapat mengkomunikasikan ide melalui bahasa lisan, maka bahasa tulis diperlukan. Melalui bahasa tulis juga, siswa dapat mengkomunikasikan ide sekaligus diarahkan untuk membuat karya tulis ilmiah.

Kegiatan dalam pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi/mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Mengamati merupakan proses yang mengembangkan ketelitian dalam mencari informasi. Menanya berarti mengajukan pertanyaan untuk informasi yang belum jelas diketahui. Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan berupa ekperimen, wawancara, atau membaca sumber lain. Mengolah informasi berarti melakukan pengolahan terhadap informasi-informasi yang sudah didapat. Mengkomunikasikan merupakan tahap terakhir di mana semua informasi yang sudah diolah disampaikan dan disimpulkan.

Proses pembelajaran pada pendekatan ini menyentuh tiga ranah yaitu ranah pengetahuan, ranahsikap, dan ranah keterampilan. Ranah pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Ranah sikap untuk mengetahui sikap-sikap apa yang harus ditunjukan saat pembelajaran sedang


(57)

berlangsung. Dan ranah keterampilan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran yang tercantum dalam Kurikulum 2013. Pendekatan ini memiliki tahapan-tahapan wajib yang harus dilakukan. Tahapan tersebut merupakan langkah untuk menyelesaikan sebuah masalah secara sistematis. Secara keseluruhan, pendekatan saintifik ini menuntun siswa untuk cerdas.

10. Penilaian Autentik

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan merupakan acuan dalam penilaian Kurikulum 2013. Permendikbud berpendapat bahwa standar penilaian merupakan kriteria hasil belajar peserta didik. Standar penilaian ini memiliki tujuan menjamin, diantaranya perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip penilaian.

Penilaian mempunyai definisi sebagai proses pengumpulan data yang dibuat untuk menunjukkan perkembangan siswa (Kunandar, 2014). Salah satu dari proses pengumpulan data tersebut adalah penilaian autentik. Penilaian autentik sangat ditekankan dalam Kurikulum 2013. Kunandar (2014) mendefinisikan penilaian autentik sebagai kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang


(58)

sesuai dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.

Penilaian autentik mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses serta hasil. Penilaian ini mengacu pada Penilaian PAP (Penilaian Acuan Patokan), sehingga pencapaian kompetensi peserta didik dibandingkan dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Keseimbangan antara kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sangat diperhatikan dalam penilaian autentik. Hal ini dilakukan agar karateristik peserta didik berkembang sesuai jenjangnya.

Ciri-ciri penilaian autentik (Kunandar, 2014) yaitu, pertama, mengukur semua aspek pembelajaran. Penilaian ini mengukur aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kedua, dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dapat dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung untuk menilai proses, dan dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung untuk menilai hasil/produk. Ketiga, menggunakan berbagai cara dan sumber. Keempat, tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

Agar dapat memahami serta melaksanakan penilaian autentik dengan baik, maka kita harus mempelajari jenis-jenis penelitian ini (Abdul, 2014) yaitu:


(59)

a. Penilaian Proyek

Merupakan salah satu jenis penilaian autentuk yang menggunakan sistem penugasan dalam kelompok. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan proyek akademik pada siswa. Penilaian ini merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan menurut waktu tertentu. Yang dimaksud dalam penyelesaian tugas adalah investigasi yang dilakukan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

b. Penilaian Kinerja

Penilaian ini melibatkan proses dan hasil dari kinerja siswa. Guru dapat meminta siswa menyebutkan unsur-unsur yang digunakan dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja adalah daftar cek, catatan anekdot, skala penilaian, dan ingatan.

c. Penilaian Portofolio

Penilaian ini merupakan kumpulan tugas-tugas siswa dalam periode waktu yang dibatasi. Penilaian ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih luas berkembang. Selain itu melalui penelitian ini, guru dapat lebih mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswanya.


(60)

d. Jurnal

Jurnal merupakan hasil tulisan siswa yang digunakan untuk mencatat topik-topik pokok yang telah dipelajari. Jurnal juga dapat digunakan untuk mencatat kesulitan atau hasil kinerja siswa. melalui jurnal juga siswa dapat menyampaikan harapan mengenai proses aturan yang digunakan untuk menilai kinerja siswa.

e. Penilaian Tertulis

Penilain tertulis merupakan hasil penilaian dari tes tertulis. Penilaian tertulis merupakan tes yang soal dan jawabannya diberikan secara bersamaan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Hal kurang baik dari tes tertulis adalah siswa cenderung tidak belajar dan hanya menghafalkan pertanyaan dan jawabannya saja.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian memang perlu dilakukan dalam pembelajaran dengan tujuan mengukur hasil belajar siswa. Penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Penilaian ini mengukur tiga kompetensi yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga kompetensi yang diukur harus seimbang sehingga tidak ada satu kompetensi yang paling menonjol.

B. Penelitian yang Relevan

Ni’matushobakh (2014) melakukan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Kemampuan Pengenalan Kata Dengan Media Kartu Kata Bergambar Pada Kelompok B.1 di RA Muslimat NU Tanggulrejo 2


(61)

Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pengenalan kata pada kelompok B.1 di RA Muslimat NU Tanggulrejo 2 Tempuran Kabupaten Magelang serta untuk meningkatkan kemampuan pengenalan kata dengan media kartu kata bergambar pada kelompok B.1 di RA Muslimat NU Tanggulrejo 2 Tempuran Kabupaten Magelang. Penelitian yang berjenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus dan menghasilkan peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu pada siklus I hasil yang ditunjukkan adalah 38,9%, sedangkan siklus II adalah 83,3%.

Nurwahidah (2014) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Menggunakan Media Kartu Bergambar Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Buayan Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis paragraf sederhana berhuruf Jawa menggunakan media kartu bergambar Wayang pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Buayan Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan, terbukti dari hasil kondisi awal 52,27%, siklus I 75,19%, dan siklus II 85,44%.

Budiyati (2014) melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Permainan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelompok B RA Muslimat NU Salam 3, Salam, Salam, Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang


(62)

digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini mengungkapkan sebuah hasil penelitian tindakan kelas yang menggunakan media kartu kata bergambar. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan, terbukti dari hasil pada siklus I 68, 42% dan pada siklus II menjadi 94, 73%.

Ketiga penelitian di atas menunjukkan kesamaan pada penelitian yang dilakukan peneliti mengenai penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan siswa. Media yang digunakan sama sehingga peneliti mendapat banyak referensi dari cara pembuatan sampai penggunaannya saat pembelajaran berlangsung. Namun demikian juga terdapat perbedaan pada variabel yang ditingkatkan. Ketiga penelitian tersebut tidak sama variabelnya dengan penelitian milik peneliti. Akan tetapi penelitian-penelitian tersebut mendukung penelitian milik peneliti yang dirumuskan dalam judul Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman, Ketelitian, dan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas 1 SD.

Penjelasan di atas dapat digambarkan secara singkat dalam literature mappada halaman berikutnya.


(63)

Gambar 2.1 Literature Map

C. Kerangka Berpikir

Siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu memiliki pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi yang rendah. Hal tersebut diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan data kondisi awal. Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti apa yang dikomunikasikan orang lain. Pemahaman dapat ditingkatkan dengan sering melakukan komunikasi. Selain pemahaman, ketelitian siswa juga perlu ditingkatkan. Ketelitian merupakan sikap di mana seseorang cermat dalam suatu hal. Ketelitian dapat ditingkatkan dengan berhati-hati dan tetap fokus dalam pengerjaan suatu kegiatan. Dalam hal ini ketelitian yang dimaksud adalah ketelitian dalam menulis sehingga siswa harus sering membuat sebuah tulisan agar ketelitian mereka lebih terasah. Selanjutnya adalah keterampilan


(64)

menulis deskripsi yang merupakan penggambaran suatu obyek secara rinci dalam bahasa tulis. Penggambaran obyek ini dilakukan secara detail dan jelas. Keterampilan menulis deskripsi dapat dilakukan dengan menuliskan apa yang dilihat atau didengar secara jelas. Hal tersebut dapat didukung dengan menggunakan sebuah media agar menimbulkan imajinasi siswa untuk dapat menulis dengan baik.

Menurut peneliti, permasalahan yang terjadi di SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu dapat diatasi dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Media yang berupa sebuah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar. Media ini dirasa cocok digunakan karena pembuatan dan penggunaannya mudah serta dapat menarik minat siswa melalui gambar dan warna yang tertera. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih fokus dan meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulisnya. Peneliti yang berperan sebagai guru sebelumnya melakukan beberapa persiapan sebelum mempraktekkan pembelajaran di kelas. Instrumen pembelajaran dan media sangat penting disiapkan dan dikonsultasikan pada guru kelas. Setelah disetujui, peneliti mempraktekkan penggunaan kartu kata bergambar sebagai media untuk meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi. Peneliti juga perlu melakukan pengawasan pada penggunaan media untuk menghindari disalah pergunakan oleh siswa.

Dalam pembelajaran, siswa diajak untuk menuliskan apa saja kegiatan siang hari yang mereka ketahui. Kegiatan tersebut melatih pemahaman siswa mengenai kegiatan yang dilakukan pada siang hari. Pemahaman sendiri


(65)

merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu setelah diketahui dan diingat. Kemudian setelah paham, mereka diajak menulis sebuah deskripsi dari salah satu kartu kata bergambar yang sedang digunakan. Lewat tulisan deskripsi tersebut, peneliti dapat melihat ketelitian siswa dalam menulis. Ketelitian yang merupakan sikap cermat untuk menghindari kecerobohan diperlukan dalam membuat suatu tulisan. Dari situ, peneliti dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan di siang hari, bagaimana ketelitian dalam menulis, serta benar tidaknya mereka menulis sebuah deskripsi. Dengan demikian peningkatan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi dapat ditingkatkan dengan menggunakan kartu kata bergambar sebagai media dalam pembelajaran.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Proses penggunaan kartu kata bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 pada tema 3 di SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu adalah dengan menunjukkan kartu tersebut ketika pembelajaran berlangsung. Peneliti mengajak siswa membaca bersama kata yang terdapat dalam gambar kemudian menjelaskan isi dari gambar tersebut. Selanjutnya siswa dibagi ke dalam kelompok dan tiap kelompok mendapat 2-4 kartu kata bergambar. Dalam kelompok, tiap siswa diwajibkan membuat kalimat atau deskripsi dari kartu kata bergambar yang mereka dapat.


(66)

2. Penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas 1 pada tema 3 di SD Pangudi St. Aloysius Luhur Sedayu. 3. Penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan ketelitian

siswa kelas 1 pada tema 3 di SD Pangudi St. Aloysius Luhur Sedayu. 4. Penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan

keterampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 pada tema 3 di SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu.


(1)

LAMPIRAN 23

SURAT BUKTI TELAH


(2)

278

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

LAMPIRAN 24


(4)

280

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

LAMPIRAN 25

BIOGRAFI


(6)

281

BIOGRAFI

Agatha Gitty Chrisna Wisudawardhani lahir di Yogyakarta, 06 Januari 1993. Anak tunggal dari Bapak Andreas Bambang Giriyanto (alm) dan Ibu Bernadeta Sri Supadmi Hartanti, serta Bapak Ignatius Gatut Saksono selaku bapak sambung. Tinggal di Perumahan Griya Kencana Permai blok C6 no 21, Argorejo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Pendidikan pertama ditempuh di TK Kanisius Wirobrajan pada tahun 1997. Kemudian meneruskan di SD Kanisius Wirobrajan pada tahun 1999. Tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu dan setelah lulus meneruskan di SMA Pangudi Luhur St. Louis Sedayu pada tahun 2008. Hingga pada tahun 2011 memutuskan untuk menempuh Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Di PGSD USD penulis sudah dipersiapkan menjadi calon pendidik, terbuti pada semester 1 penulis mengikuti kegiatan English Club sampai semester 4. Semester 2 mengikuti kegiatan Kursus Mahir Dasar (KMD) yang ditujukan agar para mahasiswa siap mengajar Pramuka di sekolah dasar. Semester 3 mengikuti Bimbingan Belajar kelas atas dilanjutkan semester 4 Bimbingan Belajar kelas bawah. Pada semester 5 penulis mengikuti Program Pengakraban Lingkungan 1 (Probaling 1) untuk magang guru dan semester 6 Probaling 2 untuk magang kepala sekolah. Terakhir pada semester 7 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) sekaligus melakukan penelitian untuk skripsi ini. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma penulis akhiri dengan menyusun skripsi berjudul “Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman, Ketelitian, dan Keterampilan Menulis

Deskripsi Siswa Kelas 1 SD”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS II SDN KARANGANYAR 02 KOTA SEMARANG

5 78 194

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Penggunaan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Premulung Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 12

PENGGUNAAN MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BERBAHASA PERANCIS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 BANDUNG.

1 11 48

Peningkatan keterampilan menulis konsonan melalui permainan kartu kata bergambar pada siswa kelas I SD Negeri 3 Mersi Purwokerto.

0 1 1

penggunaan media realita untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas II SD Negeri 03 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016.

0 0 19

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Setono No. 95, Pajang, Laweyan, Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015).

0 0 22

PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA SD

2 7 13

Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar di Kelas I Sekolah Dasar - Repository Unja

1 1 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1 SDN MARGOANYAR - UMG REPOSITORY

0 1 7

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian - MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1 SDN MARGOANYAR - UMG REPOSITORY

0 0 9