Perkembangan Kelembagaan Petani DAMPAK SOSIAL
101 Tasikmalaya belum semuanya terbentuk, dan yang sudah terbentuk pun masih
belum berfungsi secara optimal. Perkembangan kelembagaan petani padi SRI di Kabupaten Tasikmalaya
lebih didasari oleh adanya arahan dari Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini dikarenakan metode SRI ini dianggap sebagai hal yang baru sehingga
petani masih membutuhkan bimbingan dari pihak –pihak terkait. Kelembagaan
pendukung ini merupakan suatu konsekuensi logis dari adanya penerapan metode SRI di kalangan petani. Perkembangan kelembagaan petani padi SRI di
Kabupaten Tasikmalaya secara umum belum semuanya terbentuk, secara jelasnya penjelasan mengenai kelembagaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kelembagaan Pengelolaan Usahatani Pertanian padi SRI ini menuntut adanya keterpaduan atau sinergisme
antara satu petani dengan petani lainnya. Secara umum di Kabupaten Tasikmalaya metode SRI ini masih dikembangkan secara tercecer oleh petani 10.
Kelompok tani atau asosiasi petani yang mampu berperan mulai dari pengorganisasian usahatani, penyediaan informasi, penyediaan saprotan hingga ke
pemasaran hasil masih terbatas. Saat ini kelompok tani yang mulai dapat menjalankan perannya tersebut adalah kelompok tani bimbingan H. Uu di
Kecamatan Cisayong, dimana kelompok berperan aktif dalam memberikan bimbingan kepada anggotanya mulai dari aspek pengelolaan lahan hingga proses
panen, pasca panen dan pemasaran hasil. Secara umum kelompok tani yang ada di Kabupaten Tasikmalaya saat ini masih berkutat pada on farm, belum mencakup
off farm. Namun demikian, hal ini masih dapat dimaklumi karena penerapan metode SRI ini baru dimulai sehingga petani masih memerlukan waktu untuk
berkembang. Sejauh ini kelompok tani telah berkembang, dimana telah terdapat
persatuan dalam anggota untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan dalam hal penerapan metode SRI di lahan masing
–masing petani. Secara umum dinamika kelompok tani telah meningkat apabila dibandingkan dengan sebelum
adanya penerapan metode SRI ini.
102 2. Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi
Pupuk organik pada dasarnya dibangun diatas kemandirian petani, namun apabila pengadaan pupuk ini tidak terorganisir, maka dapat menyulitkan petani
pada masa yang akan datang. Lebih jauh lagi apabila pengembangan pertanian organik secara massal juga akan berdampak negatif terhadap lingkungan
sekitarnya, jika tidak dikelola secara kelembagaan. Hal seperti ini tampaknya mulai dirasakan oleh petani padi SRI di Kabupaten Tasikmalaya, dimana petani
saat ini mulai merasakan kesulitan dalam memperoleh pupuk kandang, kotoran hewan dan juga rerumputan, terutama dalam volume besar. Saat ini toko sarana
produksi belum ada yang mampu untuk menyediakan pupuk organik yang sesuai dengan kebutuhan petani.
Petani saat ini masih mengandalkan kotoran hewan dari ternak sendiri atau juga dari petani lain yang tidak menggunakan kotoran hewannya tersebut.
Lembaga penyedia sarana produksi saat ini belum mampu menyediakan pupuk organik dan pestisida hayati yang benar
–benar sesuai dengan jenis tanaman dan lokasi usahatani. Keadaan tersebut menandakan bahwa untuk saat ini
kelembagaan penyedia sarana produksi padi SRI di Kabupaten Tasikmalaya belum terbentuk dengan baik.
3. Kelembagaan pengembangan sumberdaya manusia pemberdayaan Pertanian padi SRI pada dasarnya dikembangkan dalam rangka untuk
memberdayakan petani sekarang dan yang akan datang. Secara teknis petani yang sudah berpengalaman dalam berusahatani akan menghadapi kendala atau
kebingungan ketika harus menerapkan suatu inovasi baru SRI. Pada keadaan tersebut petani sebaiknya didampingi oleh penyuluh atau petani
–petani lain yang telah berhasil. Kelembagaan pendukung SDM di Kabupaten Tasikmalaya saat ini
mulai berkembang, walaupun belum optimal. Lembaga penyuluhan saat ini semakin mudah untuk diakses oleh petani yang membutuhkan bimbingan,
walaupun hal tersebut masih terkendala oleh keterbatasan jumlah tenaga penyuluh yang ada.
103 Saat ini petani
–petani yang telah berhasil mulai memberikan bimbingan kepada petani
–petani pemula, namun dalam pelaksanaannya di lapangan hal ini masih dilakukan secara sendiri
–sendiri, belum terorganisir dengan baik, sehingga petani pemula masih kesulitan dalam mengakses informasi seperti ini.
Pengembangan kelembagaan pengembangan sumberdaya manusia saat ini tengah dirintis oleh para petani early adopterdengan membuat jaringan komunikasi antar
ketua kelompok petani padi SRI, sehingga pada masa yang akan datang petani tidak lagi merasakan adanya suatu hambatan komunikasi dalam pengembangan
metode SRI ini. 4. Kelembagaan pemasaran distribusi
Secara ekonomi pertanian padi SRI ini akan lebih efisien jika dibandingkan dengan pertanian anorganik setelah melewati tahap
– tahap transisi Musim I dan Musim II. Harga padi SRI sebenarnya di pasaran lebih mahal,
namun pada kenyataannya di lapangan petani mendapatkan harga yang sama dengan harga padi konvensional. Petani yang telah mendapatkan pelatihan dan
menerapkan pertanian organik mendapatkan harga yang tidak berbeda dengan harga produk yang sama diusahakan dengan cara konvensional.
Pasar saat ini menjadi kendala utama bagi petani padi SRI karena belum adanya saluran pemasaran yang khusus memasarkan padi SRI. Jaringan pasar padi
SRI masih belum kuat dan pasarnya masih sangat terbatas pada segmen kelas menengah ke atas. Hingga saat ini pemasaran padi SRI di Kabupaten Tasikmalaya
Kecamatan Manonjaya dan Kecamatan Cisayong masih terbatas pada outlet- outlet dan supermarket tertentu saja.
5. Kelembagaan keuangan permodalan Dalam menerapkan suatu inovasi baru tentunya petani memiliki suatu
ketakutan dalam memulai usahanya tersebut. Untuk itu diperlukan adanya suatu pemberian insentif bagi petani dalam menerapkan metode SRI dalam kegiatan
usahataninya. Saat ini petani sebagian besar menggunakan modal sendiri dalam mengelola hasil usahataninya dan masih mengandalkan bantuan
– bantuan dari pihak Dinas dalam bentuk natura seperti misalnya bantuan dalam bentuk bibit.
104 Sebenarnya petani saat ini memerlukan keberadaan kelembagaan keuangan yang
mudah mereka akses sehingga ketika mereka membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya dapat dengan mudah memperoleh modal tanpa harus
tergantung kepada pihak pemerintah. Kelembagaan keuangan yang khusus menangani petani padi SRI di
Kabupaten Tasikmalaya saat ini belum terbentuk dengan optimal. Peranan kelompok tani sebagai kelembagaan yang berfungsi sebagai penyedia modal bagi
petani belum berjalan. Keberadaan koperasi Tani pun belum ada sehingga petani masih kesulitan untuk dapat memenuhi kebutuhan modal mereka terkait dengan
kegiatan usahatani SRI ini. Secara umum pengembangan padi organik SRI di Kabupaten Tasikmalaya
belum didukung secara optimal oleh kelembagaan penting lain seperti penyuluhan, informasi, pasar, sarana produksi, penelitian dan kebijakan. Hingga
kini penyuluhan atau penguatan petani terutama pada petani yang telah mencoba masih lemah dan tidak berkelanjutan. Informasi pasar yang ada masih
tetap berkutat di seputar budidaya, sementara informasi pasar lainnya masih tetap minim. Kelembagaan pemasaran secara umum belum jelas, baik di tingkat lokal
maupun regional. Permasalahan ketersediaan dan berkelanjutan sarana produksi pertanian terutama pupuk masih menjadi kendala bagi petani. Petani sebaiknya
mengembangkan sendiri berkelompok karena apabila membeli petani akan kembali memiliki ketergantungan kepada distributor pupuk.
Pengembangan pertanian padi SRI yang berbasis pada pupuk dan pestisida organik, jelas perlu dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai
kelembagaan yang terkait tadi. Menurut Raphella et al. 2003, kelembagaan yang terlibat meliputi : koperasi, perguruan tinggi, dinas terkait, kelompok tani atau
asosiasi petani, kelompok konsumen, kelembagaan pemasaran, kelembagaan penyedia sarana produksi pertanian dan sebagainya.
105