32 Bentuk dukungan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Tasikmalaya dalam pengembangan pertanian padi SRI adalah dengan menerbitkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pengembangan usahatani
padi sawah organik metode SRI yang dijabarkan lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaanyang dibuat oleh Dinas PertanianTanaman Pangan Propinsi
danpetunjuk teknis oleh DinasPertanian Tanaman PanganKabupaten Tasikmalaya denganmemperhatikan kondisi lapangan.
Dukungan yang diberikan pihak pemerintah Tasikmalaya adalah dengan mengadakan Sekolah Lapangan SRI SL-SRI. Pelaksanaan SL-SRI yang
diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya ini meliputi pembelajaran di kelas yang dilaksanakan selama 5 lima hari.
Sebagai pengajar dalam pembelajaran di kelas ini adalah Petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya dan Petugas Lapangan yang telah
mengikuti Training of Trainer Pemandu Lapang 1 SRITOT – PL 1 SRI dan
petani yang telah berpengalaman dalam melaksanakan SRI. Peserta pembelajaran di kelas adalah petani hasil dari penjaringan lokasi.
Materi yang disampaikan berupa teori dan praktek yang terdiri dari: 1. Pertemuan Persiapan
2. Proses Pembelajaran Ekologi Tanah PET 3. Sifat Biologi Tanah
4. Sifat Kimia Tanah 5. Pembelajaran SRI
6. Studi Banding Studi banding dilaksanakan untuk melihatkelompok tani yang telah
berhasilmenerapkan usahatani padi sawah organikmetode SRI.
33
BAB IV PENERAPAN SRI OLEH PETANI
4.1 Sejarah Penerapan SRI di Kabupaten Tasikmalaya
SRI adalah sistem budidaya padi dengan pendekatan manajemen perakaran, yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air dengan
mengutamakan berjalannya aliran energi dan siklus nutrisi untuk memperkuat suatu kesatuan agroekosistem. Metode ini menggunakan bibit dan input yang
lebih sedikit dibandingkan metode tradisional misalnya air atau metode yang lebih modern pemakaian pupuk dan asupan kimiawi lain.
Aplikasi SRI di Indonesia pertama kali di uji coba di Balai Penelitian Padi, Sukamandi Tahun 1999 dengan hasil 6-9 ton ha CIIFAD, 2002, inputnya masih
menggunakan bahan non organik dalam jumlah sedikit. Program SRI di Jawa Barat dilaksanakan di Ciamis pada Tahun 2001 dengan hasil sampai 12 ton
GKPhaPikiran Rakyat, 2003, namun tidak didukung oleh Pemda setempat sehingga penyebarannya kurang sporadis. Salah satu petugas SRI di Indonesia
asal Jawa Barat yaitu Ir. Alik Sutaryat yang bertugas melatih petani Tasikmalaya dalam Pengendalian Hama Terpadu PHT mulai memperkenalkan metode SRI
ini kepada petani di Tasikmalaya sambil melatih PHT tahun 2001. Pertama kali diperkenalkan kepada petani di daerah Sukaratu, Salawu dan Cineam. Sejak saat
itu pelatihan SRI dikombinasikan dengan Pembelajaran Ekologi Tanah yang merekomendasikan untuk memberi masukan bahan organik seluruhnya sehingga
pemahaman petani lebih komprehensif. Pelatihan di balai desa Sukagalih dilaksanakan pada bulan Januari 2001
diikuti 22 orang, saat itu sudah ada petani yang telah melaksanakan SRI selama tiga musim yaitu Pak Yayat yang padinya dijadikan sampel pelatihan. Pada saat
itu Ir. Alik sebagai pemandu bertemu dengan H. Uu ketua KTNA Kab. Tasikmalaya dan tercetuslah untuk memprogramkan PET SRI ini menjadi
program daerah Tasikmalaya. Sosialisasi kemudian dilakukan ke Dinas Pertanian, DPRD dan Bupati Tasikmalaya. Akhirnyapada tahun anggaran 2003 dan 2004
34 pelatihan PET dan SRI menjadi program Dinas Pertanian kabupaten Tasikmalaya,
sedangkan pelatihan tahun 2005 dikoordinasikan oleh Kantor Penyuluh Pertanian Kabupaten Tasikmalaya.
Tabel 23. Kronologis Singkat SRI di Tasikmalaya No.
Tahun Keterangan
1. 1980
SRI disintetiskan oleh Fr. Henri de Laulanie S.J. 2.
1999 SRI diuji coba di Balai Penelitian Padi, Sukamandi
3. 2001
Aplikasi SRI di 8 daerah di Indonesia termasuk di Ciamis 4.
2002 Pelatihan PET SRI secara swadaya di Tasikmalaya
5. 2003-2008 Program pelatihan PET SRI di Tasikmalaya
Pertanian padi organik SRI saat ini telah ada di seluruh kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah yang berbeda-beda. Total luas lahan padi
organik di Tasikmalaya saat ini mencapai 200 hektar. Bimbingan dan pengawasan dilakukan oleh KTNA, Dinas Pertanian dan Penyuluh. Kelancaran program SRI di
Tasikmalaya tidak terlepas dari diadakannya pelatihan PET SRI. Pembelajaran Ekologi Tanah merupakan hal yang pertama dipelajari agar konsep pertanian
organik dapat dipahami. Setelah petani mengerti tentang ekologi tanah barulah diberikan materi SRI, keduanya saling terkait erat.
Dalam pelatihan PET dan SRI petani diberikan pemahaman bahwa tanah dan air mempunyai peranan dalam mendukung tumbuhnya tanaman, komponen
dalam tanah seperti mikro organisme MO, cacing, serangga atau binatang lain seperti plankton yang diistilahkan chiroidentik dengan karyawan petani yang
berada di dalam tanah dan air, karena makhluk hidup tersebut bekerja setiap masa menggemburkan dan menyuburkan tanah sehingga memperbaiki struktur tanah.
Chiro ini aktif bekerja sekaligus membuat tanah mampu menahan air, membuat bahan-bahan segarmentah menjadi zat yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Dengan demikian mereka adalah perangkat benda hidup yang memberikan keseimbangan aliran energi dalam siklus nutrisi di ekosistem sawah.