Pengolahan Tanah Penanaman Kondisi Aktual Penerapan SRI oleh Petani di Kabupaten

43 ditemukan petani yang masih ragu menanam satu benih per lubang tanam sehingga menanam dua sampai tiga benih per lubang tanam dengan alasan untuk cadangan pada saat penyulaman. Petani yang menanam tunggal biasanya adalah petani yang sudah mantap merepakna metode budidaya padi SRI dan biasanya adalah tokoh tanikontak tani di dalam kelompok taninya.dimana mereka sudah yakin betul hatinya untuk menerapkan metode SRI ssecara penuh adopter . Namun pada masa peralihan hal ini tidak menjadi masalah karena biasanya pemandu pelatihan juga mempersilakan kepada petani yang masih khawatir untuk menanam lebih dari satu benihper lubang tanam. Gambar 4. Foto Metode Penanaman SRI Pemikiran budidaya padi SRI adalah apabila benih ditanam banyak maka benih tersebut akan bersaing satu sama lain dalam penyerapan nutrisi, oksigen dan sinar matahari. Benih ditanam dangkal dan perakaran horizontal seperti hurup L,bila ditanam ke dalam akar akan tekuk keatas maka benih memerlukan energi yang besar dalam memulai pertumbuhan kembali, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya ruas akar baru yang tumbuh dari batang dekat permukaan tanah karena akar pertamanya mati. Adapun dasar pemikiran ditanam dengan usia 7-10 hari adalah ketika benih masih mempunyai cadangan makanannya sendiri kitri, sehingga ketika kitri tersebut habis akar telah siap untuk menyerap nutrisi dari tanah karena telah 44 beradaptasi dengan baik. Dengan demikian metode SRI dapat mempercepat masa tanam benih sehingga hal ini juga akan mempercepat waktu panen beberapa hari.

4.3.5. Perawatan Tanaman

Perawatan tanaman pada dasarnya tidak berbeda antara konvensional dengan SRI. Penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam. Penyulaman harus dari benih yang sama yang merupakan benih cadangan pada persemaian atau yang ditanam dipinggir sawah bisa dari rumpun yang ditanam dua buah. Teknis penyulaman cara SRI saat pemindahan benih sulam dilakukan secara hati-hati dengan mengambil benih sulam berikut tanah di sekitar benih tersebut segenggam tangan dan memindahkannya ke petak sawah. Sedangkan petani yang tidak menetapkan cara SRI benih sulam dicabut tanpa mengikutsertakan tanah di sekitara benih sulam tersebut. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput dan membenamkannya ke tanah sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan sebaiknya sering dilakukan sesuai kebutuhan apabila ada gulma, minimal dimulai pada saat padi berumur 7-30hari setelah tanam dengan menggunakan lalandak alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong, cangkul kecil atau dengan tangan. Rumput-rumput yang ada di pinggir sawah juga sebaiknya disiangi karena bisa dijadikan media hama seperti hama wereng. Terdapat perbedaan frekuensi penyiangan antara petani budidaya padi SRI dengan yang konvensional. Pada petani padi SRI penyiangan dilakukan 4-6 kali yaitu minimal 7- 10 hari sekali setelah padi berumur 14 hari setelah tanam HST. Hal ini disebabkan banyaknya gulma di petakan sawah karena petakan sawah diairi macak-macak dan banyak memiliki kandungan humus sehingga gulma pun tumbuh subur. Sedangkan petani konvensional umumnya cukup melakukan 2 kali penyiangan yaitu ketika umur padi 20 dan 40 HST. Hal ini disebabkan gulma tumbuh relatif lebih sedikitkarena lahan sawah sering digenangi air. Teknis pelaksanaan penyiangan antara budidaya padi SRI dan konvensional relatif sama yaitu secara manual menggunakan tangan ataupun 45 menggunakan alat bantu lalandak dan gulma yang sudah di dicabut dimasukan dalam tanah dengan tujuan sebagai bahan pupuk organik.

4.3.6. Pengaturan Air

Pada prinsipnya pengaturan air metode SRI adalah pengaturan pemberian air padalahan sedemikain rupa sehingga kapan kondisi air di lahan cukup macak- macak, kapan haru digenangi air dan kapan harus dikeringkan. Pada usia 1-3 hari setelah tanam hst keadaan air harus macak-macak. Usia 4-10 hst diari air secara tipis 2-3 cm, pada usia 11-14 hst dikeringkan, usia 15-24 hst kembali diairi tipis 2-3 cm, 25-28 hst lahan dideringkan dan seterusnya pada saat tanaman padi berbunga lahan kembali diairi hingga buah masak susu, lalu lahan dikeringkan lagi hingga menjelang panen. Dengan pengeringan , maka pertumbuhan tinggi batang padi akan tertekanb karena pengisapan nitrogen terbatasi. Akibatnya tangkai batang padi akan besar, keasdan kuat sehingga memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, tiupan angin, terpaan hujan deras dan yang terpenting penyimpanan pati akan menjadi lebih aktif. Dibandingkan dengan metode konvenisional metode SRI dapat menghemat penggunaan air nirigasi mencapai 95-98 persen saat persemaian dan 23- 46 persen pada saat pemeliharaan. Lahan sawah dibuat saluran air di tengah dan pinggirnya, air mengalir disaluran air, debit air cukup setengahnya dari pengairan padi konvensional. Ada pula petani yang mengairi sawahnya menggunakan sistem 2 hari digenangi air selanjutnya 8 hari kering Kegunaannya adalah agar tidak diserang hama seperti gaang, keong mas dan lain-lain. Keuntungan yang langsung dirasakan adalah dapat menghemat air dan secara sosial tidak terjadi lagi saling berebut air antar petani. Selain itu lahan sawah yang sudah terbiasa menerapkan budidaya padi SRI tanahnya banyak mengandung bahan organik sehingga penyerapan dan kemampuan mengikat airnya baik. Hal ini dapat dibuktikan apabila tanah diinjak akan merembes dan lapisan humus lebih tebal dibanding yang konvensional.Kedalaman sawah

Dokumen yang terkait

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

15 138 127

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi

3 48 108

Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kabupaten Simalungun", studi kasus Desa Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

3 61 116

Perkembangan Teknologi Budidaya Padi Sawah Yang Diterapkan Petani Untuk 5 Tahun Terakhir SertaDampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DesaLubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 146

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Dampak Pelaksanaan Kaderisasi Serikat Petani Indonesia (Spi) Basis Simpang Kopas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tani Di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan

0 39 191

TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati)

6 54 104

Telaah Sosial dan Ekonomi Petani Padi Organik

0 9 90

(ABSTRAK) TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati).

0 0 2

AGROINDUSTRIALISASI PADI SAWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL (KAJIAN ATAS BUDIDAYA PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN KABUPATEN BANDUNG)

0 0 9