Biaya Usahatani DAMPAK EKONOMI

70 dengan penanaman padi metode konvensional. Hal tersebut berlaku apabila tidak memperhitungkan biaya penggunaan tenaga kerja keluarga. Akan tetapi, dari sisi penggunaan tenaga kerja, terutama bagi petani yang pertama kali menerapkan, penanaman padi metode SRI dirasakan relatif lebih sulit dan lebih memerlukan pekerjaan yang intensif daripada penanaman padi metode konvensional. Dari Tabel 29 terlihat bahwa biaya variabel usahatani padi metode SRI yang pelaksanaannya sudah lebih dari empat musim akan lebih murah dari biaya variabel untuk usahatani padi metode SRI yang baru mulai dan padi metodekonvensional. Biaya variabel usahatani padi metode SRI yang lebih kecil diperoleh karena benih yang digunakan bisa lebih hemat sampai 90 persen 70 kg ha menjadi 7 kg ha, hematnya benih yang digunakan ini pun berlaku untuk usahatani padi metode SRI yang baru mulai. Begitu juga pupuk yang digunakan, usahatani padi metode SRI membutuhkan pupuk organik yang biaya produksinya jauh lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia. Dari Tabel 26 terlihat bahwa pupuk yang digunakan untuk usahatani padi metode SRI yang baru mulai jauh lebih mahal daripada biaya pengadaan pupuk untuk usahatani padi metode lainnya. Hal tersebut dikarenakan oleh tingginya biaya pengadaan pupuk organik dimana bahan baku pembuatan pupuk organik yaitu kotoran hewan harganya sangat mahal karena sulit diperoleh dan harus didatangkan dari luar daerah yang jarak tempuhnya jauh dan memerlukan biaya transportasi lebih tinggi sehingga lebih tinggi pula harga bahan baku pembuatan pupuk organik tersebut. Biaya tenaga kerja untuk pengadaan pupuk organik pembuatan kompos akan lebih tinggi pula dimana pemberian pupuk organik pada awal tanam padi metode SRI akan jauh lebih banyak, namun setelahnya, maka pupuk organik yang dibutuhkan bertahap akan lebih sedikit. Penanganan hama dan penyakit pada usahatani padi metode SRI dilakukan dengan mengandalkan musuh alami serta pestisida organik.Biaya pengadaan pestisida untuk usahatani padi metode SRI lebih murah daripada usahatani padi metode konvensional karena pestisida yang digunakan pada padi metode SRI adalah pestisida organik yang harganya jauh lebih murah dari pestisida kimia, juga memanfaatkan musuh alami yang tidak membutuhkan biaya. Pembuatan 71 pestisida organik pun dilakukan sendiri dimana bahan-bahan pembuatannya bisa diperoleh di sekitarnya atau kalaupun membeli, maka harga bahan-bahannya sangat murah. Untuk penanganan hama dan penyakit, maka usahatani padi metode SRI akan jauh lebih baik karena hasil panen yang diperoleh tentunya akan meninggalkan residu bahan kimia yang lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali sehingga beras akan lebih sehat untuk dikonsumsi dan menghasilkan harga yang lebih mahal. Biaya panen untuk padi metode SRI yang baru mulai lebih mahal daripada padi metode SRI yang telah lama dan padi metode konvensional Tabel 29. Hal tersebut dikarenakan hasil panen padi metode SRI yang baru mulai lebih tinggi dari hasil panen produksi padi metode SRI yang telah lama dan padi metode konvensional. Artinya, produktivitas padi metode SRI yang baru mulai lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh masih bagusnya tanah dan tersedianya kandungan nutrisi yang sangat cukup untuk pertumbuhan padi tersebut sehingga menghasilkan produksi padi yang maksimal. Secara teknis, terjadinya peningkatan produktivitas pada umumnya terjadi karena jumlah anakan padi yang lebih banyak Teknologi yang digunakan yaitu dengan melakukan penanaman benih satu –satu, pada dasarnya memungkinkan terbentuknya anakan yang lebih banyak daripada metode konvensional. Anakan yang cukup banyak tersebut sangat memungkinkan untuk menghasilkan hasil gabah yang lebih tinggi. Hampir semua jenis padi yang ditanam di Kabupaten Tasikmalaya memberikan peningkatan produksi untuk petani yang telah melakukan pola SRI. Berdasarkan pengamatan di lapangan, menunjukkan bahwa rata –rata peningkatan hasil padi adalah sebesar 0,2 ton ha, dimana peningkatan ini akan berhenti pada saat musim tanam memasuki tahun ketiga tahap stabil. Berdasarkan pengalaman petani di lokasi kajian, hasil padi yang diperoleh dengan metode SRI rata –rata berkisar 5 – 8 ton ha. Sementara apabila diusahakan secara konvensional diperoleh hasil gabah rata –rata berkisar antara 4 – 6 ton ha. Budidaya padi SRI membentuk anakan yang lebih banyak yaitu berkisar antara 30 – 40 anakan rumpun, sedangkan pada pola konvensional hanya berkisar 20 – 25 anakan rumpun. Petani di Kabupaten Tasikmalaya rata-rata telah menerapkan 72 pola SRI selama 1 – 2 tahun dan secara umum memang mengalami peningkatan produktivitas sekitar 200 kg ha. Tabel 28. Biaya Usahatani Padi SRI dan Padi Konvensional di Kabupaten Tasikmalaya No Uraian Padi SRI Ciramajaya dalam Rp Padi SRI Cisayong Manonjaya dalam Rp Padi Konvensional dalam Rp 1. Biaya Variabel a. Benih 37.942 33.571 145.649 b. Pupuk 1.620.870 578.500 791.077 c. Pestisida 17.322 8.000 57.000 d. Tenaga Kerja 1.961.773 1.571.650 1.795.208 e. Biaya Panen 1.810.565 1.885.714 1.292.530 Total Biaya Variabel 5.448.472 4.077.436 4.081.464 2. Biaya Tetap a. Biaya Sewa Lahan 6.280.217 5.698.359 4.401.608 b. Biaya Irigasi 161.000 42.933 c. Biaya Penyusutan Alat 72.815 26.071 24.314 Total Biaya Tetap 6.353.032 5.885.430 4.468.855 Total Biaya 11.801.504 9.962.866 8.550.319 Secara umum, biaya tetap yang dikeluarkan oleh usahatani padi SRI lebh mahal dari padi metode konvensional. Tingginya biaya sewa lahan menjadi salah satu penentu mahalnya biaya tetap tersebut. Pengembangan usahatani padi metode SRI di suatu daerah tentunya harus didukung oleh fasilitas lahan yang memadai, seperti tersedianya air yang cukup, sehingga menyebabkan harga lahan akan semakin tinggi. Tidak hanya itu, rencana penggunaan lahan untuk penanaman usahatani padi metode SRI dengan sendirinya telah meningkatkan nilai sewa lahan tersebut. 73 Total biaya usahatani padi metode SRI yang baru mulai akan lebih mahal dari biaya usahatani padi metode yang sudah lama berjalan dan padi metode konvensional. Besarnya bahan-bahan untuk penyediaan input produksi yang harus dipersiapkan agar lahan yang digunakan untuk usahatani padi metode SRI yang bisa disebut juga lahan untuk pertanian organik tercipta, dibutuhkan investasi yang cukup besar. Keuntungan yang diperoleh dari pengusahaan padi metode SRI ini akan terasa untuk musim selanjutnya.

6.2. Pendapatan Petani

Padi yang dihasilkan oleh usahatani padi metode SRI merupakan padi organik yang dianggap sebagai padi sehat untuk dikonsumsi. Keamanan konsumsi ini telah meningkatkan harga jual padi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Persepsi petani padi di Kabupaten Tasikmalaya pun telah menyimpulkan demikian, dimana produk padi metode SRI akan lebih menguntungkan ketika dijual dibandingkan dengan produk padi metode konvensional. Persepi petani tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan petani mengenai tingkat harga produk padi organik yang memang untuk beberapa wilayah telah dikenal sebagai produsen padi organik sebagai produk yang dihasilkan padi metode SRI. Pengetahuan tersebut telah mendorong petani pula untuk mencoba usahatani padi metode SRI agar diperoleh pendapatan petani yang lebih besar dibandingkan dengan produk padi metode konvensional. Tabel 29 menampilkan bahwa usahatani padi metode SRI ternyata memang mendatangkan pendapatan keuntungan yang lebih besar daripada usahatani padi metode konvensional. Perbedaan pendapatan antara usahatani padi metode SRI dan konvensional mencapai 74 persen. Angka ini tentu sangat besar dan sangat berarti pengaruhnya untuk keberlanjutan pelaksanaan usahatani padi metode SRI di daerah ini. Besarnya tambahan pendapatan yang dijanjikan unruk usaha ini tentu akan memicu besar produksi dan banyaknya minat petani beralih metode dari usahatani padi metode konvensional ke usahatani padi metode SRI. 74 Tabel 29. Total Biaya, Penerimaan, Pendapatan, dan RC Usahatani Padi di Kabupaten Tasikmalaya No Uraian Padi SRI Ciramajaya dalam Rp Padi SRI Cisayong Manonjaya dalam Rp Padi Konvensional dalam Rp 1. Total Biaya 11.801.504 9.962.866 8.550.319 - Biaya Variabel 5.448.472 4.077.436 4.081.464 - Biaya Tetap 6.353.032 5.885.430 4.468.855 2. Produktivitas Kgha 6.735 7.543 5.142 3. Harga Jual GKP RpKg 2.687 2.500 2.520 4. Penerimaan 18.105.652 18.857.143 12.925.302 5. Pendapatan 6.304.148 8.894.277 4.374.983 6. RC Ratio 1,53 1,89 1,51 Biaya pada awal penanaman padi SRI akan lebih besar dikarenakan penggunaan pupuk kompos yang masih relatif tinggi., namun hal tersebut diimbangi dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi. Tingginya produktivitas disebabkan oleh penuhnya perhatian dan bimbingan teknis dari penyuluh pertanian setempat sehingga pemantauan perkembangan padi SRI lebih intensif dilakukan dan perawatan yang dilakukan petani pun menjadi lebih baik. Harga jual GKP untuk padi SRI dan konvensional relatif sama, hal tersebut dikarenakan saat ini belum adanya perbedaan harga antara GKP padi SRI dan GKP padi konvensional di tingkat pengumpul bandar, sehingga belum dapat meningkatkan penerimaan dan pendapatan secara maksimal apabila belum ada pasar khusus untuk GKP padi SRI. Beratnya petani untuk beralih metode usahatani dari metode konvensional ke metode SRI biasanya dikarenakan oleh besarnya modal biaya usahatani yang harus dikeluarkan pada awal usahatani padi metode SRI ditambah dengan sulitnya memperoleh bahan baku pembuatan pupuk organik. Pada umumnya, pemahaman pola usahatani yang sehat, aman dikonsumsi, dan berkelanjutan telah dimiliki

Dokumen yang terkait

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

15 138 127

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi

3 48 108

Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kabupaten Simalungun", studi kasus Desa Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

3 61 116

Perkembangan Teknologi Budidaya Padi Sawah Yang Diterapkan Petani Untuk 5 Tahun Terakhir SertaDampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DesaLubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 146

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Dampak Pelaksanaan Kaderisasi Serikat Petani Indonesia (Spi) Basis Simpang Kopas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tani Di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan

0 39 191

TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati)

6 54 104

Telaah Sosial dan Ekonomi Petani Padi Organik

0 9 90

(ABSTRAK) TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati).

0 0 2

AGROINDUSTRIALISASI PADI SAWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL (KAJIAN ATAS BUDIDAYA PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN KABUPATEN BANDUNG)

0 0 9