Pengemasan Handling PANEN DAN PASCA PANEN

67 mempermasalahkan harga produk yang mereka beli sepanjang mereka melihat informasi “organik” yang terdapat di kemasan produk padiberas SRI cukup informatif. Gambar 8. Kemasan Beras Organik SRI di Kabupaten Tasikmalaya Kegiatan pengemasan padi SRI di Kabupaten Tasikmalaya secara umum masih dilakukan secara konvensional tradisional, artinya belum seluruhnya mengikuti pedoman pengemasan secara organik. Gudang penyimpanan sekaligus tempat pengemasan padi organik ini secara spesifik di Kecamatan Cisayong telah terpisah dengan gudang padi konvensional, namun pengelolaannya belum sesuai dengan pedoman padi organik secara umum. Pengemasan produk padi SRI yang baik sebaiknya menggunakan bahan kemasan yang organik juga, seperti dapat diuraikan oleh mikroorganisme, bahan hasil daur ulang dan dapat didaur ulang. Penggunaan kemasan ini belum diterapkan di Kabupaten Tasikmalaya namun di masa yang akan datang penggunaan kemasan seperti ini tampaknya harus mulai digalakkan karena dengan penggunaan kemasan seperti ini akan memberikan nilai tambah terhadap padi SRI sebagai padi organik yang peduli terhadap lingkungan. Kegiatan penggudangan padiberas SRI sebaiknya dipisah dengan padi konvensional sehingga kualitas dari padi SRI tersebut dapat terjaga dengan baik. Integritas padi organik harus dipelihara selama proses penyimpanan dan 68 pengangkutan ke tempat tujuan. beras organik ini harus dilindungi dari setiap saat agar tidak tercampur dengan bahan lain yang sifatnya non organik. Penyimpanan beras SRIorganik dalam jumlah besar harus dipisahkan dari penyimpanan beras non organik dan harus diberi label secara jelas agar tidak terjadi pencampuran. Kegiatan penyimpanan dan penempatan pada outlet pemasaran pun harus dilakukan secara tepat agar padi SRI ini dapat dibedakan oleh konsumen dan memiliki spesifikasi khusus sehingga dapat meningkatkan image dari produk padi SRI itu sendiri. Padi SRIorganik biasanya ditempatkan di tempat yang khusus namun mudah dilihat. Hal ini sesuai dengan aturan bahwa penempatan beras organik SRI ini memang harus dipisahkan dari beras non organik sehingga ke- organikannya dapat terjaga. 69

BAB VI DAMPAK EKONOMI

Pengusahaan padi metode SRI telah memberikan kesempatan kepada petani untuk memilih dan menentukan metode teknik budidaya padi yang akan dilakukan, apakah masih menggunakan metode konvensional atau beralih ke metode SRI. Pemilihan ini tentunya didasarkan kepada keuntungan ekonomis yang diperoleh dari masing-masing pengusahaan padi dengan kedua metode tersebut. Idealnya, petani akan memilih jenis metode yang akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Metode SRI ini dianggap sebagai salah satu metode yang dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar dari segi ekonomi apabila dibandingkan dengan pengusahaan padi metode konvensional. Hal tersebut dapat diketahui setelah menghitung total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi metode SRI dan total penerimaannya. Disamping itu, banyak hal-hal yang tidak diperhitungkan langsung sebagai keuntungan ekonomi yang diperoleh dari pengusahaan padi metode SRI, namun sebenarnya keuntungan tersebut dapat dihitung dan dinilai dengan uang.

6.1. Biaya Usahatani

Penanaman padi metode SRI pada prinsipnya lebih mengutamakan kearifan lokal. Hal ini menandakan bahwa penanaman padi metode SRI melibatkan input produksi yang lebih kecil daripada penanaman padi metode konvensional sehingga biaya produksi yang dikeluarkan lebih kecil. Hasil produksi padi SRI adalah padi organik yang harga jualnya lebih tinggi daripada padi yang dihasilkan dari penanaman metode konvensional sehingga penerimaan hasil usahatani padi akan lebih besar apabila menanam padi dengan metode SRI. Dengan demikian, adanya penanaman padi metode SRI akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Persepsi petani untuk penanaman padi metode SRI dari sisi pembiayaan sarana produksi relatif lebih rendah dan menguntungkan apabila dibandingkan 70 dengan penanaman padi metode konvensional. Hal tersebut berlaku apabila tidak memperhitungkan biaya penggunaan tenaga kerja keluarga. Akan tetapi, dari sisi penggunaan tenaga kerja, terutama bagi petani yang pertama kali menerapkan, penanaman padi metode SRI dirasakan relatif lebih sulit dan lebih memerlukan pekerjaan yang intensif daripada penanaman padi metode konvensional. Dari Tabel 29 terlihat bahwa biaya variabel usahatani padi metode SRI yang pelaksanaannya sudah lebih dari empat musim akan lebih murah dari biaya variabel untuk usahatani padi metode SRI yang baru mulai dan padi metodekonvensional. Biaya variabel usahatani padi metode SRI yang lebih kecil diperoleh karena benih yang digunakan bisa lebih hemat sampai 90 persen 70 kg ha menjadi 7 kg ha, hematnya benih yang digunakan ini pun berlaku untuk usahatani padi metode SRI yang baru mulai. Begitu juga pupuk yang digunakan, usahatani padi metode SRI membutuhkan pupuk organik yang biaya produksinya jauh lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia. Dari Tabel 26 terlihat bahwa pupuk yang digunakan untuk usahatani padi metode SRI yang baru mulai jauh lebih mahal daripada biaya pengadaan pupuk untuk usahatani padi metode lainnya. Hal tersebut dikarenakan oleh tingginya biaya pengadaan pupuk organik dimana bahan baku pembuatan pupuk organik yaitu kotoran hewan harganya sangat mahal karena sulit diperoleh dan harus didatangkan dari luar daerah yang jarak tempuhnya jauh dan memerlukan biaya transportasi lebih tinggi sehingga lebih tinggi pula harga bahan baku pembuatan pupuk organik tersebut. Biaya tenaga kerja untuk pengadaan pupuk organik pembuatan kompos akan lebih tinggi pula dimana pemberian pupuk organik pada awal tanam padi metode SRI akan jauh lebih banyak, namun setelahnya, maka pupuk organik yang dibutuhkan bertahap akan lebih sedikit. Penanganan hama dan penyakit pada usahatani padi metode SRI dilakukan dengan mengandalkan musuh alami serta pestisida organik.Biaya pengadaan pestisida untuk usahatani padi metode SRI lebih murah daripada usahatani padi metode konvensional karena pestisida yang digunakan pada padi metode SRI adalah pestisida organik yang harganya jauh lebih murah dari pestisida kimia, juga memanfaatkan musuh alami yang tidak membutuhkan biaya. Pembuatan

Dokumen yang terkait

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

15 138 127

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi

3 48 108

Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kabupaten Simalungun", studi kasus Desa Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

3 61 116

Perkembangan Teknologi Budidaya Padi Sawah Yang Diterapkan Petani Untuk 5 Tahun Terakhir SertaDampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DesaLubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 146

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Dampak Pelaksanaan Kaderisasi Serikat Petani Indonesia (Spi) Basis Simpang Kopas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tani Di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan

0 39 191

TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati)

6 54 104

Telaah Sosial dan Ekonomi Petani Padi Organik

0 9 90

(ABSTRAK) TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati).

0 0 2

AGROINDUSTRIALISASI PADI SAWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL (KAJIAN ATAS BUDIDAYA PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN KABUPATEN BANDUNG)

0 0 9