Pemupukan Kondisi Aktual Penerapan SRI oleh Petani di Kabupaten

47 Pupuk dasar diberikan pada saat pengolahan tanah pertama berupa pupuk kandang dengan anjuran sebanyak 7-10 tonha dan pupuk kompos jerami sisa panen sebelumnya. Jumlah jerami rata-rata dua kali lipat jumlah padi, apabila hasil padi 1 ton, maka jeraminya 2 ton. Namun pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan petani. Menurut petani 1 ton jerami sama dengan 60 kg urea. Responden memberikan pupuk kandang disamping pupuk kompos jerami adalah sebanyak 4 –7 tonha. Pupuk kandang berupa pupuk dari kotoran ayam atau kotoran domba, biasanya kotoran hewan tersebut dikomposkan dan setelah matang dihaluskan agar cepat terserap oleh akar padi. Selain diambil kotorannya ternak bisa juga diambil air kencingnya urine. Pemupukan kedua pada umumnya dilakukan petani dengan menggunakan pupuk cair organik yang pada umumnya dibuat sendiri melalui proses permentasi dan pengelolaan MOL. Namun, ada pula yang menggunakan kohe lagi bila cukup tersedia. MOL terbuat dari berbagai macam tumbuhan dan hewan. Bahan yang digunakan petani untuk pembuatan MOL berbeda-beda disesuaikan ketersediaan bahan, ramuan MOL dapat dilihat di Lampiran 1 . MOL yang mengandung unsur nitrogen adalah dari bahan hijauan seperti daun kalikiria ceubreng, daun kirinyuh, bongkol pisang, dan lain-lain. Zat tumbuh adalah zat zyberlin yang terkandung dalam rebung dan pucuk labu. Keong, dan ikan sapu untuk kandungan protein, dan buah-buahan mengkudu,pisang, pepaya, dan lain-lain untuk kandungan vitamin. Bahan tersebut dihaluskan, kemudian dicampur dengan air gulaair kelapa, dan difermentasikan sekitar 15 hari. Salah satu ciri MOL siap digunakan apabila tutup wadah plastik tempat permentasi tersebut sudah mengembang seperti ditiup. MOL selain digunakan sebagai starter dalam pembuatan kompos bokasi juga digunakan sebagai bibit pupuk organik cair yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan daun dan buah. Anjurannya MOL disemprotkan setiap 10 hari sekali,satu liter bibit larutan ini dicampur dengan 15 lt air dan disemprotkan ke tanaman padi. Penyemprotan MOL biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 6.15, agar mudah diserap tanaman melalui embun padi dan pada sore hari setelah jam 5 agar tidak menguap terkena sinar matahari. 48 Pada budidaya padi konvensional, selain digunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar juga dipakai beberapa jenis pupuk kimiawi seperti Urea, TSP dan Ponska dengan frekuensi pemakaian 1 –2 kali sesuai dengan kemampuan petani. Teknis penggunaan pupuk kimiawi umumnya di lakukan sscara disebar diantara larikan tanaman padi.

4.3.8. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman dalam budidaya padi SRI dilakukan dengan prinsip pengedalian hama terpadu PHT yaitu dengan mengelola unsur agroekosistem sebagai pengedali hama dan penyaklit tanaman. Pengendalian melalui cara manual contohnya adalah proses penyiangan rumput- rumput liar dan dibuatnya saluran air, karena ada beberapa rumput yang merupakan tempat tinggalnya hama seperti hama wereng. Memelihara musuh predator alami contohnya adalah laba-laba, ular, atau capung. Selain itu, petani menggunakan pestisida nabati dalam mengendalikan OPT. Pemakaian pestisida nabati, salah satu bahannya adalah bawang merah 1 kg dicampur air gula 2 lt sebagai bibit, dicampur air 20 lt dan disempotkan pada tanaman padi. Petani jarang memberikan pestisida nabati karena jarang sekali terdapat hama yang banyak, biasanya pestisida nabati digunakan sekali pada musim pertama dan kedua. Hal ini terjadi karena di sawah telah terbentuk rantai makanan yang baik. Para petani mengakui bahwa hama utama padi organik adalah belalang, penggerek batang,sundep dan tikus. Pengedalian hama belalang dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati dari bahan nangka belanda, daun sirsak, dan tembakau yang ditumbuk lalu dicampur dengan air, sedangkan untuk hama penggerek batang digunakan perstisida nabati dari bahan buah gadung atau dari abu seka dan abu perapian hawu. Frekuensi penyemprotan berbeda-beda tergantung intensitas serangan, sedangkan untuk mencegahnya digunakan air kencing ternak sapi, domba, kelinci, dan marmut. Keruntungan penggunaan pestisida nabati adalah petani tidak khawatir terjadi kelebihan dosis karena tidak akan membahayakan bagi kesehatan. 49

4.3.9. Panen dan Pasca Panen

Proses pemanenan antara cara SRI dengan cara konvensional pada dasarnya sama yaitu ciri padi siap panen: 95 persen butir sudah menguning 33-36 hari setelah berbunga, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 persen, butir hijau rendah. Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi padi konvensional mencapai 7 tonha, saat ini hasil yang didapat hanya 4-5 tonha. Produktifitas padi organik SRI pada masa awal transisi mencapai 5 tonha, trend selanjutnya cenderung naik sampai 9-12 tonha atau sekitar 100 persen seperti yang terjadi di daerah Manonjaya dan Cisayong. Produksi lahan yang kecil bisa langsung diketahui hasilnya karena dipanen langsung, sedangkan untuk lahan yang luas dihitung melalui ubinan 2,5 m x 2,5 m dan tempatnya dipilih dengan metode tertentu secara statistik. Hasil rendemen padi SRI dan konvensional juga menunjukkan ada perbedaan yaitu masing-masing 65-70 persen untuk padi SRI dan 60-65 persen untuk padi konvensional. Dari segi teknis cara panen budidaya padi SRI dan konvensional hampir sama yaitu keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam atau ani-ani untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Gambar 6. Kegiatan Panen Padi SRI Di Kecamatan Tanjungjaya Tasikmalaya

Dokumen yang terkait

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

15 138 127

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi

3 48 108

Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kabupaten Simalungun", studi kasus Desa Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

3 61 116

Perkembangan Teknologi Budidaya Padi Sawah Yang Diterapkan Petani Untuk 5 Tahun Terakhir SertaDampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DesaLubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 146

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Dampak Pelaksanaan Kaderisasi Serikat Petani Indonesia (Spi) Basis Simpang Kopas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tani Di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan

0 39 191

TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati)

6 54 104

Telaah Sosial dan Ekonomi Petani Padi Organik

0 9 90

(ABSTRAK) TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati).

0 0 2

AGROINDUSTRIALISASI PADI SAWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL (KAJIAN ATAS BUDIDAYA PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN KABUPATEN BANDUNG)

0 0 9