Sejarah Penerapan SRI di Kabupaten Tasikmalaya

34 pelatihan PET dan SRI menjadi program Dinas Pertanian kabupaten Tasikmalaya, sedangkan pelatihan tahun 2005 dikoordinasikan oleh Kantor Penyuluh Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. Tabel 23. Kronologis Singkat SRI di Tasikmalaya No. Tahun Keterangan 1. 1980 SRI disintetiskan oleh Fr. Henri de Laulanie S.J. 2. 1999 SRI diuji coba di Balai Penelitian Padi, Sukamandi 3. 2001 Aplikasi SRI di 8 daerah di Indonesia termasuk di Ciamis 4. 2002 Pelatihan PET SRI secara swadaya di Tasikmalaya 5. 2003-2008 Program pelatihan PET SRI di Tasikmalaya Pertanian padi organik SRI saat ini telah ada di seluruh kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah yang berbeda-beda. Total luas lahan padi organik di Tasikmalaya saat ini mencapai 200 hektar. Bimbingan dan pengawasan dilakukan oleh KTNA, Dinas Pertanian dan Penyuluh. Kelancaran program SRI di Tasikmalaya tidak terlepas dari diadakannya pelatihan PET SRI. Pembelajaran Ekologi Tanah merupakan hal yang pertama dipelajari agar konsep pertanian organik dapat dipahami. Setelah petani mengerti tentang ekologi tanah barulah diberikan materi SRI, keduanya saling terkait erat. Dalam pelatihan PET dan SRI petani diberikan pemahaman bahwa tanah dan air mempunyai peranan dalam mendukung tumbuhnya tanaman, komponen dalam tanah seperti mikro organisme MO, cacing, serangga atau binatang lain seperti plankton yang diistilahkan chiroidentik dengan karyawan petani yang berada di dalam tanah dan air, karena makhluk hidup tersebut bekerja setiap masa menggemburkan dan menyuburkan tanah sehingga memperbaiki struktur tanah. Chiro ini aktif bekerja sekaligus membuat tanah mampu menahan air, membuat bahan-bahan segarmentah menjadi zat yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian mereka adalah perangkat benda hidup yang memberikan keseimbangan aliran energi dalam siklus nutrisi di ekosistem sawah. 35 Praktek pertanian konvensional menganggap tanah sebagai mesin produksi dan tidak diperlakukan sebagai sistem yang hidup, mengabaikan fungsi dan peranan serta bahan organik tanah. Pada pertanian organik, bahan organik tanah merupakan bahan esensial yang tidak tergantikan oleh bahan lain di dalam tanah. Selain peranannya dapat mempertahankan atau memperbaiki sifat fisik tanah baik tekstur maupun struktur tanah, juga bahan organik dapat mendukung kehidupan mikro dan makroorganisme tanah sebagai sumber nutrisi bagi berbagai makhluk hidup di dalamnya, termasuk tumbuhan. Sebagai salah satu upaya dalam menyediakan bahan organik, model budidaya SRI ditempuh dalam dua cara, yaitu pertama pengembangan mikroorganisme lokal MOL, pembuatan kompos dan kedua pembuatan pestisida nabati. Kedua hal tersebut diberikan kepada petani secara detail dalam pelatihan PET dan SRI. Prinsip dasar SRI adalah: 1. Benih bernas, sehat dan bermutu; 2. Benih disemai di tanah : bahan organik = 1 : 1 dengan kondisi lembab; 3. Benih ditanam umur muda 7-10 hari; 4. Benih ditanam tunggal; 5. Benih ditanam dangkal; 6. Jarak tanam lebar minimal 25x25 cm; 7. Menggunakan Mikro Organisme Lokal MOL; 8. Pengairan macak-macak; 9. Penyiangan sering; 10. Menggunakan pupuk organik; dan 11. Menggunakan pestisida organik. Gambar 2. Foto Petani Sedang Melakukan Percobaan Aerasi Tanah Saat Pelatihan 36 Tujuan PET adalah untuk meningkatkan kemampuan petani dalam menganalisis kondisi tanah, dan menganalisis agroekosistem secara utuh. Setelah petani belajar ekologi tanah kemudian belajar tumbuhan yang akan ditanam diatasnya yaitu padi melalui metode SRI. Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhan membutuhkan air, dengan tujuan menyediakan oksigen lebih banyak di dalam tanah, kemudian dimanfaatkan oleh akar. Dengan keadaan tidak tergenang akar akan tumbuh dengan subur dan besar maka tanaman dapat menyerap nutrisi sebanyak- banyaknya. Tabel 24. Materi Pelatihan PET SRI Pertemuan Materi Pertemuan ke-1 Pembukaan, Absensi, Perkenalan, Pembagian Kelompok, Penyampaian Maksud Tujuan, Kontrak Belajar, Analisa Sejarah Analisa Keadaan Penggalian masalah. Pertemuan ke-2 Konsep Pertanian Konvensional Vs Konsep Pertanian Organik Berkelanjutan, PermainanDinamika, Pengantar PET Pertemuan ke-3 Sifat Tanah, Uji Tekstur Tanah, Uji Daya Kapiler, Uji Kemampatan Tanah, Uji Kemampuan Mengikat Air KMA, Uji Aerasi Tanah Pertemuan ke-4 Biologi tanah, Pembuatan MOL Mikro Organisme Lokal, Dekomposisi, Kimia tanah, Uji Daya Hantar Listrik Kapasitas Tukar Kation Tanah, PH Pertemuan ke-5 Dasar gagasan dan prinsip SRI, Uji benih bernas Pertemuan ke-6 Praktek persemaian, penanaman, pengairan, PHT, Evaluasi, Rencana dan rumusan tindak lanjut penerapan Studi Ekologi Tanah dan SRI, Kesan Pesan Peserta, Penutupan. Pelatihan yang ideal berlangsung selama enam kali pertemuan, masing- masing selama enam jam dengan metode partisipatif. Metode partisipatif membangun hubungan dan memperkuat proses penelitian petani dengan menjadikan pengembangan teknologi suatu proses kolektif dan mengembangkan proses penelitian secara eksplisit, sistematis, memperkuat kemampuan analitis, kesadaran, dan rasa percaya diri petani Reijntjes, 1999. Pelatihan tersebut menggunakan alat dan bahan yang sederhana seperti botol air mineral, balon dan 37 plastik. Pemandu utamanya adalah Ir. Alik, pemandu lainnya adalah yang telah dilatih oleh Pak Alik seperti dari Dinas Pertanian dan dari KTNA.

4.2 Adopsi Teknologi SRI di Kabupaten Tasikmalaya

Pola usahatani SRI di Kabupaten Tasikmalaya berkembang sebagai respon terhadap perubahan ekologi tanah dan lingkungan serta tingginya harga pupuk kimia, sehingga dengan meminimumkan penggunaan pupuk kimia dan mensubstitusinya dengan pupuk organik dapat meringankan biaya usahatani dan menjaga ekologi tanah dan lingkungan Wardana et al., 2005. Penerapan SRI sebelumnya diberikan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT dan Training of Trainer TOT sehingga teknologi SRI sangat efektif diserap atau diadopsi oleh petani. Selama ini motivator SRI, disamping memperoleh informasi SRI dari internet, juga memperolehnya dari Sekolah Lapang yang diadakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya. Sekolah Lapang ini secara spesifik telah mampu mengubah cara pandang petani dalam pengelolaan lahan pertaniannya. Sekolah lapang juga efektif dalam mengubah kebiasaan berdasarkan rutinitas menjadi kebiasaan yang produktif dan kreatif serta pola pikir yang mengarah ke pertanian ramah lingkungan. Petani di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan rasa antusias yang cukup besar untuk menerapkan pertanaman SRI, sehingga secara bertahap jumlah dan luasan petani dan pertanaman terus berkembang. Namun demikian, petani masih merasakan kekhawatiran terhadap risiko dalam penerapan SRI di lahan mereka, terutama dalam melakukan penerapan komponen SRI yang dianjurkan. Akibatnya saat ini perkembangan luasan usahatani yang dilakukan oleh petani relatif masih terbatas pada sebagian lahan yang dimiliki serta melakukan adopsi komponen SRI secara bertahap. Penerapan SRI ini merupakan suatu proses pembelajaran bagi petani. Berkaitan dengan risiko tersebut, di lokasi kajian ini juga masih ada para petani yang belum atau tidak tertarik dengan pola SRI ini. Adanya kegiatan kelompok peserta program SRI Ciramajaya yang terencana dan rutin sebagai upaya untuk bertukar pengalaman serta menambah 38 ilmu pengetahuan, telah mendorong SRI untuk diterapkan dalam usahatani. Secara umum, penggunaan pupuk organik dalam Sri telah mengurangi biaya bagi petani untuk pembelian pupuk anorganik, terutama dalam kondisi kenaikan harga pupuk serta beberapa kasus kelangkaan pasokan. Penggunaan Mikroorganisme Lokal MOL sebagai pengganti pestisida telah banyak membantu mengurangi penggunaan biaya untuk kegiatan PHT. Hal lain yang berkaitan dengan penggunaan bahan organik dari bahan yang ada di sekitar petani adalah kenyataan bahwa bahan organik relatif masih cukup tersedia sehingga memungkinkan lingkungan ekologi menjadi terjaga dan bersih. Prinsip dasar pengetahuan tentang kesehatan tanah, air dan lingkungan di sekitarnya yang diperoleh dari materi dan pengalaman pembelajaran SLPHT sebelumnya, telah menuntun pada penerapan kearifan lokal masyarakat di lingkungan komunitas SRI. Penggunaan pupuk dan pestisida dari bahan-bahan nabati tersebut juga diyakini oleh para petani komunitas SRI dapat menyebabkan tanah menjadi gembur serta pertumbuhan tanaman menjadi lebih bagus. Penggunaan pupuk organik menjadikan tanah semakin sehat dan subur serta dapat meningkatkan hasil gabah.

4.3 Kondisi Aktual Penerapan SRI oleh Petani di Kabupaten

Tasikmalaya Teknik budidaya padi organik SRI berbeda dengan teknik budidaya padi konvensional. Perbedaan ini sangat nyata dan mendasar yang membuat metode SRI tidak selaras dengan metode konvensional. Petani responden 80 persen berpendapat bahwa metode SRI tidak selaras dengan metode konvensional. Ketidakselarasan dengan cara konvensional ini membuat metode SRI sulit untuk diterima dan dilaksanakan petani meskipun metode SRI ini sangat rasional. Petani harus memahami dulu untuk melaksanakannya melalui pelatihan PET SRI. Ketidakselarasan ini membuat metode SRI terkesan rumit. Petani responden 100 persen berpendapat bahwa pada awal pelaksanaan metode SRI memang rumit, namun pada musim berikutnya sudah tidak rumit lagi karena telah terbiasa hanya perlu ketelatenan. Petani responden 100 persen berpendapat bahwa metode SRI membutuhkan pengorbanan berupa ketelatenan dan kesabaran

Dokumen yang terkait

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

15 138 127

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Luas Tanam Bawang Merah Di Kabupaten Dairi

3 48 108

Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kabupaten Simalungun", studi kasus Desa Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

3 61 116

Perkembangan Teknologi Budidaya Padi Sawah Yang Diterapkan Petani Untuk 5 Tahun Terakhir SertaDampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DesaLubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 146

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Dampak Pelaksanaan Kaderisasi Serikat Petani Indonesia (Spi) Basis Simpang Kopas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tani Di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan

0 39 191

TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati)

6 54 104

Telaah Sosial dan Ekonomi Petani Padi Organik

0 9 90

(ABSTRAK) TEMPAT HIBURAN KARAOKE DI KABUPATEN PATI (Kajian Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Kabupaten Pati).

0 0 2

AGROINDUSTRIALISASI PADI SAWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL (KAJIAN ATAS BUDIDAYA PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN KABUPATEN BANDUNG)

0 0 9