2.3.7 Wayang Moderen
Kebutuhan masyarakat akan sarana komunikasi sosial da- lam media pewayangan kian meningkat. Wayang-wayang purwa,
Madya, dan wayang Gedog hasil karya pujangga-pujangga kuna su- dah tak sesuai lagi untuk keperluan yang khusus. Kemudian dicipta-
kan wayang baru yang bisa memadai faktor-faktor komunikasi yang akan diperagakan seperti wayang Kancil untuk media pendidikan
anak-anak, wayang Suluh untuk media penerangan, wayang Wahyu untuk media dakwah kerohanian dan wayang-wayang lainnya.
2.3.7.1 Wayang Wahana 1920
R.M. Sutarto Harjowahono asal Surakarta pada tahun 1920 membuat wayang untuk cerita-cerita biasa yang bersifat wajar real-
istis. Bentuk wayang seperti manusia yang digambar miring dan di- beri pegangngan seperti wayang kulit. Karena pementasannya ber-
dasarkan cerita-cerita zaman sekarang, maka wayang tersebut da- pat dikatakan semacam wayang sandiwara. Kemudian wayang san-
diwara tersebut menjadi wayang perjuangan dan ketika Kementerian Penerangan RI memanfaatkan sebagai sarana penerangan, wayang
tersebut menjadi wayang Suluh 1946 1947.
Dewasa ini wayang Suluh sudah sangat jarang atau tidak pernah berpentas lagi dan tokoh-tokoh wayang tersebut terdiri antara
lain Bung Karno Presiden RI pertama Ir. Sukarno, Dr. Schermer- horn yaitu wakil kerajaan Belanda dalam zaman revolusi kemerdeka-
an RI, serta tokoh-tokoh TNI lainnya yang sudah lama meninggal.
Gambar 1.23 Wayang Suluh Bung Karno, Bung Hatta, Schermerhorn serta orang belanda lainya
Di unduh dari : Bukupaket.com
2.3.7.2 Wayang Kancil 1925
Pencipta wayang Kancil ini adalah orang Cina yang berna- ma Bo Liem dan pembuatnya adalah Lie Too Hien pada tahun 1925.
Pementasan wayang Kancil tersebut menggunakan kelir, yang pada sebelah kiri dan kanannya bergambar hutan. Wayang-wayangnya
berbentuk binatang-binatang buruan, seperti macan, gajah, kerbau, sapi, binatang merangkak seperti buaya, kadal, binatang melata se-
perti ular, dan binatang unggas seperti semua jenis burung, serta bi- natang-binatang lainnya yang berhubungan dengan dongeng Kancil.
Gambar berupa orang untuk wayang tersebut hanya sedikit dan jumlah wayangnya-pun sekitar 100 buah. Wayang-wayangnya
terbuat dari kulit yang ditatah dan disungging serta digambar secara realistis, fantastis yang disesuaikan dengan pergelaran wayangnya.
Adapun cerita cerita untuk pergelaran wayang Kancil terse- but diambil dari kitab Serat Kancil Kridomartono karangan Raden
Panji Notoroto atau dari karangan Raden Sosrowijoyo dari Distrik Ngijon di Yogyakarta.
2.3.7.3 Wayang Wahyu 1960