Balabak Rogok-rogok asradenta gedhe-dhuwur
Dedege Godheg tepung mberuwes nggabres anjemprok
Jenggote.
Girisa Amiyos kang Jeng Sang Nata, saking paraba suyasa ginar-
beging upacara, kang ngambil srimpi badhaya myang manggung ketanggung jaka, palara-lara sadaya Sri Nata
ngrasuk busana, kadhaton tuhu respatya. Jadi seperti yang tergabung dalam penataan karawitan
bahwa gerong sering terucap nggerong adalah nembang. Gerongan adalah barangnya, penggerong adalah pelaku wiraswara. Untuk itu
perlu dipertegas bahwa gerongan yang berwujud barang yang ditem- bangkan itulah yang termasuk di dalam bingkai sastra gending. Se-
bagian besar dari kalimat-kalimatnya berisi tentang pendidikan jiwa bagi semua umat manusia.
3.4.7 Sindhenan.
Pelaku Sindhenan disebut Pesindhen. Kata Sindhenan ber- asal dari kata Sindhen. Dalam ucapan sehari-hari secara sastrawi
kata Sindhen ini sering dikaitkan dengan kata Sesendhonan, sehinga menjadi Sindhen Sesendhonan. Kata sesendhonan berasal dari kata
sendhon, dan kata sendhon berasal dari kata Jawa Sendhu yaitu te- gur, disendhu artinya ditegur.
Sindhen Sesendhonan dalam bahasa Jawa Sastrawi berarti tetembangan. Dengan demikian sindhen pun bisa diartikan tetem-
bangan. Lalu apa yang ditembangkan? Sudah barang tentu kalimat- kalimat bahasa jawa yang sastrawi berbentuk parikan ataupun pur-
wakanthi.
Beberapa contoh wangsalan dalam sindhenan: sayeng kaga kala, kagakresna mangsa sawa gagak,
wong susila, lagake anujuprana, ancur kaca banyurasa, kaca kocak mungging netra tesmak, wong wruh rasa, tan
mama ing tata karma, mong ing tirta Baya, tirta wijiling sa- rira kringetsapa baya, banget ngudi basa jawa, Ngreka-
puspa nggubah, puspa nedheng mbabar ganda mekar Nggubah basa mrih mekar landheping rasa, Carang wreksa
pang, wreksa kang rineka janma golek, Nora gampang, golek krawuh mrih kaonang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pesin- dhen dalam karyanya akan memberi teguran, mengingatkan dan bi-
sa disebut mendidik, memberi sindiran kepada manusia.
Di unduh dari : Bukupaket.com
3.4.8 Irama
Pada hakekatnya irama itu adalah sebuah tempo atau jarak waktu. Jarak waktu di dalam karawitan berupa tempo untuk menga-
tur jarak pukulan satu ke pukulan lainnya. Untuk itu demi teraturnya irama dan sesuai dengan karakter gending, sajian irama dapat diatur
sebagai berikut: Irama lancar, bisa juga disebut irama setengah, Ira- ma lamba, bisa disebut irama kebar atau irama siji satu, Irama da-
di, juga disebut irama loro dua, Irama wiled atau irama telu tiga atau ciblon, Irama rangkep atau irama papat empat. Ada lagi irama
yang namanya sesuai dengan bentuknama gending, misalnya Irama srepek sejenis irama satu, Irama sampak sejenis irama setengah,
Irama palaran sejenis irama srepek dan sampak. Masih ada sebuah irama yang perjalanannya tergantung pada pelaku, yaitu disebut
irama Bebas. Irama ini sering tersaji dalam lagu Tembang Jawa yang berbentuk Bawa, tembang Macapat Tengahan dan Ageng An-
dhengan. Irama bebas dalam tari sering terjadi, dan disebut irama dalam hati. Irama bebas dalam pewayangan setiap saat bisa terjadi.
3.4.9 Cengkok