Sutasoma Sastra Berbentuk Kakawin

3.3.8.6 Sutasoma

Raden Sutasoma seorang pangeran yang diperanakkan oleh raja Mahaketu di negeri Astina. Ia tidak mau diangkat sebagai pengganti ayahnya dan juga tidak mau dikawinkan, ia pemeluk Bu- dha Mahayana, sangat rajin. Suatu saat Raden Sutasoma pergi dari istana, semua pintu terbuka bagaikan memberi jalan kepadanya. De- ngan kepergian Sutasoma tentu raja dan parameswarinya sangat se- dih. Penghibur istana tidak terhiraukan. Perjalanan Raden Sutasoma sampai di sebuah hutan, meli- hat kuil kecil dan masuklah ia memuja kepada Maha Budha. Datang- lah batari Widyukarali yang memberitahu bahwa permohonannya di- kabulkan. Kemudian Raden Sutasoma naik ke gunung Himalaya de- ngan dihantar oleh para pendeta. Sampai di sebuah pertapaan, se- mua yang dilakukan Raden Sutasoma diceritakan kepada orang yang ada di situ. Di samping itu, Raden Sutasoma juga mendapat cerita tentang seorang raja yang bagus rupa tetapi titisan raksasa yang gemar memakan daging manusia. Raja itu bernama prabu Pu- rusada atau Kalmasapada. Suatu saat daging yang akan disantap hi- lang dimakan anjing dan babi. Sudah barang tentu pelayan itu bingung. Maka dicarinyalah mayat manusia yang baru untuk diambil dagingnya sebagai santap- an sang prabu Purusada. Ternyata pelayan itu langsung memasak daging yang didapatnya. Setelah disantap, ternyata daging sebanyak itu habislah. Dengan merasakan segar dan nikmat, sang prabu Puru- sada menanyakan daging apa yang baru disantapnya? Dengan jujur ia menjawab ”daging manusia”. Demikian kesenangan makan daging manusia bagi sang Prabu Purusada semakin tak terbendung. Akibat- nya penduduk di negeri itu habis dimakan. Karena kuasa Sang Hyang Wenang, raja raksasa itu terluka kakinya dan tidak bisa disembuhkan, akhirnya ia benar-benar menja- di raksasa penghuni sebuah hutan. Sang Purusada merasa tersiksa atas kakinya yang sakit itu. Lalu berjanji akan mempersembahkan seratus raja untuk santapan batara Kala bila sembuh kembali. Batari Pertiwi dan para dewa meminta Sutasoma untuk membunuh raja Purusada, tetapi tidak mau. Raden Sutasoma mene- ruskan perjalanannya dalam rencana untuk bertapa. Dalam perjalan- annya Raden Sutasoma bertemu dengan raksasa berkepala gajah yang juga pemakan daging manusia. Kebetulan Raden Sutasoma ti- dak mau dimakan, maka bergulatlah, dan raksasa terguling ditindih olehnya. Ia merasa keberatan, bagaikan tertindih gunung. Raksasa berkepala gajah itu kemudian tunduk kepada Raden Sutasoma. Di- ajarlah ia supaya tidak suka membunuh orang dan kemudian menja- di sahabatnya. Seekor naga besar yang menyambar Raden Sutasoma ter- nyata bisa ditaklukkan oleh raksasa kepala gajah dan menjadilah Di unduh dari : Bukupaket.com muridnya. Ada seekor harimau yang akan memangsa anaknya sen- diri gogor. Oleh Raden Sutasoma dilarangnya, harimau tadi mema- kan dirinya. Langsung saja Raden Sutasoma ditubruknya dan mati- lah. Dengan kesadaran sendiri harimau itu merasa berdosa dan me- nangislah pada kaki Raden Sutasoma dan ingin mati saja. Sutasoma dihidupkan oleh Batara Indra. Setelah saling ber- dialog, Indra kembali ke Kahyangan. Raden Sutasoma lalu bertapa. Meskipun banyak godaan tetapi tak tergoda, malah menjelma seba- gai sang Budha Wairocana. Setelah para dewa ingin menghormat maka menjadi Raden Sutasoma kembali dan langsung pulang. Sepupu Raden Sutasoma yang bernama Prabu Dasabahu sedang berperang melawan tentara raksasa Prabu Kalmasapada. Raksasa kalah mengungsi kepada Raden Sutasoma. Prabu Dasaba- hu, mengejarnya ternyata ketemu dengan sepupunya. Bala raksasa disuruh kembali. Raden Sutasoma diajak pulang ke negerinya, terus dikawinkan dengan adiknya Prabu Dasabahu, dan berputralah mere- ka, terus pulang ke Astina bergelar Prabu Sutasoma. Prabu Purusada yang sudah mampu mengumpulkan 99 orang raja tinggal seorang saja segera akan diserahkan ke Batara Kala. Ternyata setelah ketemu dengan Prabu Sutasoma yang sang- gupkan dirinya sebagai penggenapan jumlah 100 orang raja. Sebelum sampai di hadapan Batara Kala, sang Prabu Puru- sada terharu akan kesanggupan Prabu Sutasoma. Akhirnya berto- batlah sang Purusada dan 99 orang raja tawanan dibebaskan. Kitab Sutasoma ditulis pada jaman pemerintahan Raja Ha- yam Wuruk di Kerajaan Majapahit. Induk karangan ada di negeri In- du. Sayang sekali siapa penulisnya tidak diketahui dengan jelas.

3.3.8.7 Parthayadnya