yang berkepala 3, yaitu sebuah kepala gajah, sebuah kepala raksa- sa dan yang ketiga kepala garuda.
Setelah diperingatkan oleh Kamajaya, tidak lama kemudian Arjuna diserang oleh Nalamala. Tetapi hanya dengan bersemedi
sang Arjuna nampak berbadan Batara. Nalamada takut dan pergilah dengan ancaman suatu saat nanti akan ketemu berperang lagi, pada
jaman Kaliyuga.
Dalam perjalanan selanjutnya Arjuna bertemu dengan sang kakek Maharsi Wiyasa. Diberi petunjuk dan wejangan tentang perila-
ku hidup dan kehidupan bagi seorang satria bangbangan bambang- an. Usai diberi wejangan, di antar ke Indrakila dan bertapalah.
Prof. Dr. R.M.Ng. Purbocaroko dalam Kepustakaan Jawa- nya, menjelaskan bahwa Kitab Parthayadnya tidak mengandung
lakon. Hanya menceritakan perjalanan Raden Arjuna untuk menuju bertapa ke Indrakila yang dalam perjalanannya mendapatkan ajaran
dan ilmu bermacam-macam. Penulis buku Parthayadnya juga tidak jelas, namun hal ini disejajarkan dengan kitab Sutasoma.
Demikian beberapa buku tulisansastra yang diambil dari buku yang bertembang dan sastra prosa. Tentu masih banyak baca-
an-bacaan lain yang berhubungan dengan sastra lakon.
3.4 Sastra Gending
Gending adalah lagu-lagu yang dimainkan dengan menggu- nakan gamelan. Pembicaraan Sastra Gending tidak akan menguta-
makan masalah gendingnya, tetapi lebih dikhususkan pada Kesu- sasteraan yang ada kaitannya dengan gending, yaitu Kesusasteraan
termuat dalam tembang. Dalam bernyanyi atau nembang sering ter- dengar istilah syair cakepan, bawa atau buka, Jineman, umpak,
senggakan, gerong, sindhenan, laras, titilaras, irama, pathet, ceng- kok, merong, dan pedhotan.
3.4.1 Syair Cakepan.
Cakepan itu berupa sususan kata-kata terpilih yang kemu- dian tersusun menjadi kalimat indah dan kemudian dipakai dalam
tembang, gerong, senggakan, suluk, sindhenan, Jineman. Jadi ja- ngan salah tafsir, bahwa yang dimaksud cakepan itu bukan tem-
bangnya, melainkan kata-katanya.
Biasanya dalam cakepan memuat Purwakanthi kalimat bersanjak guru swara, guru sastra, lumaksita. Demikian juga memu-
at parikan, wangsalan, guritan dan sebagainya. Selanjutnya bagi seorang vokalis sudah tentu akan bernya-
nyi dengan melagukan kalimat tembang dengan jelas. Si pendengar akan menangkap lebih jelas sehingga tujuan kalimatnya dapat dime-
ngerti dengan jelas juga. Orang nembang jawa jangan grayem sua- ra senandung dituntut perubahan huruf vokal harus jelas.
Di unduh dari : Bukupaket.com
3.4.2 Bawa Buka
Bawa adalah sebuah lagu vokal sebagai pendahulu gen- ding yang akan dimainkan. Namun demikian permainan sebuah gen-
ding juga bias didahului dengan Buka, yang pada umumnya meng- gunakan instrument gamelan Rebab atau Gender. Biasanya juga de-
ngan Bonang atau dengan Kendhang, dan biasa juga dengan meng- gunakan Gambang meskipun jarang. Yang jelas sebelum Buka Ba-
wa dilagukan, seyogyanya ada lagu pathetan agar tidak terjadi tum- pang tindih suasananya.
3.4.3 Jineman
Jineman itu bagian dari kalimat bawa yang dilagukan seca- ra bersama. Bisa dilagukan oleh para vokalis wiraswara sebuah pa-
nembrama. Jineman juga sebuah bentuk lagu yang permainannya dila-
gukan oleh sorang Sindhen bersama gamelan yang bernada lembut saja, misalnya Gender Barung Gender babon, Gender Penerus
Gender lanang, Slenthem, Siter, Kendhang, Gong kempul dan Ke- nong, contoh Jineman Uler Kambang, Mari Kangen, Kandheg, dan
sebagainya.
3.4.4 Umpak
Umpak-umpak adalah bagian gending yang tidak digerongi, khususnya bagi gending yang berbentuk ketawang. Umpak-umpak
seperti ini biasanya dimulai dengan menggunakan buka swara atau salah satu alat gamelan.
Ada lagi umpak-umpak yang menggunakan syair atau kata cakepan, itu biasanya dilagukan pada penyajian panembrama., dan
cakepannya biasanya menggunakan parikan, contoh rujak nangka rujake para sarjana, aja ngaya dimen lestari widada. Kalimat dua ba-
ris yang di atas itu berupa parikan isinya memberikan patuah kepada setiap insan hidup dalam kehidupannya agar berlaku sabar tidak
emosional supaya mendapat selamat, contoh parikan lain kembang menur tinandur ing pinggiring sumur, miyar miyur atine wong ora ju-
jur. Kalimat parikan di atas juga mengandung pendidikan bagi setiap umat manusia agar di dalam kehidupannya melakukan kejujuran.
Namun perlu dimengerti, bahwa kedua cakepan tersebut yang menggunakan kata awal rujak dan kembang juga berupa pur-
wakanthi. Cakepan yang diawali dengan kata rujak dalam sastra Ja- wa disebut purwakanthi swara, dan yang diawali dengan kata kem-
bang disebut purwakanthi aksara.
3.4.5 Senggakan