Kunjarakarna Kitab Utara Kandha

darma tidak menjawab ilmu itu tidak boleh saiapapun mengerti ka- lau menjawab pasti mati. Besar keinginan sang dewi tetapi tidak dija- wab, maka memilih mati dibakar. Semua punggawa diperintahkan untuk membuat tungku perapian. Konon setelah jadi tungku perapian itu dan api mulai menyala, naiklah sang prabu bersama permaisuri. Sebelumnya, sang prabu telah bersedekah kepada fakir miskin dan para biksu. Dengan rukun serta penuh mesra sambil bergandeng ta- ngan terus naik ke tungku perapian. Begitu sampai di puncaknya sang prabu mendengar suara kambing betina bernama Wiwita dan jantannya bernama Banggali. Pada saat itu Wiwita minta diambilkan janur kuning. Tetapi Banggali tidak mau dan Wiwita merasa tidak di- cintai, kemudian ingin mati. “Kalau ingin mati, matilah”, begitu Bang- gali. Demikian sang prabu perasaannya menjadi lebih rendah dari Banggali. Maka turunlah sang prabu dari perapian, tidak jadi masuk ke dalam perapian. Mayawati dan Wiwita akhirnya masuk tungku pe- rapian.

3.3.3 Kunjarakarna

Kitab ini berisi seorang raksasa bernama Kunjarakarna yang ingin menghapus dosanya agar menjadi manusia. Ia kemudian menghadap kepada Batara Wairocana dalam Pedalangan Maharsi Budha Wirocana yang menjabat sebagai pimpinan Dyani Budha. Sang Kunjarakarna kemudian diperintah oleh sang Wairo- cana pergi ke neraka supaya mengetahui situasi kondisi neraka. Be- rangkatlah ia ke kahyangan sang Batara Yama. Sampai di kahyang- an Yomani dan sesudah bertemu dengan sang Yama, kemudian di- perlihatkanlah akan segala macam hukuman dan jiwa yang disiksa. Demi melihat sebuah kawah yang dibersihkan, sang Yama memberi tahu bahwa kawah itu dibersihkan untuk menghukum sang Purnawijaya putera Batara Indra yang sangat besar dosanya. Kelu- arlah Kunjarakarna dari neraka itu dan langsung menemui kawannya sang Purnawijaya. Kunjarakarna kembali menghadap sang Wairoca- na dan kemudian diwejang. Dengan taat Kunjarakarna menjalankan wejangan-wejangan itu, maka sang Kunjarakarna menjadi manusia berwajah bagus. Sang Purnawijaya juga minta wejangan kepada sang Wairocana. Maka ketika ia meninggal yang mestinya dihukum 100 tahun, hanya menjadi 10 hari dan nyawanya boleh dikembalikan ke tubuhnya. Kitab Kunjarakarna isinya sebagai pelajaran untuk orang- orang Budha golongan elit Mahayana. Dan kitab ini juga promosi agar mereka senantiasa melakukan hal-hal yang baik, sesuai de- ngan ajaran sang Budha Gautama. Sudah barang tentu hal ini juga merupakan ajaran kepada para birokrat lainnya, agar selalu berpe- gang teguh sebagai umatnya Sang Hyang Maha Budha. Sedangkan Di unduh dari : Bukupaket.com penganut Budha yang terdiri dari kaum bawah, orang-orang miskin digolongkan sebagai umat Budha Hinayana.

3.3.4 Kitab Utara Kandha

Kitab ini termasuk kitab Kandha yang paling baru. Memang dipetik dari cerita Ramayana Walmiki bagian akhir dari Kakawin yang berbahasa Jawa Kuna. Kitab Utara Kandha yang baru, ditulis de- ngan menggunakan gubahan baru, berbahasa prosa. Isinya berma- cam-macam gubahan. Rincian ceritanya banyak sekali, misalnya ter- jadinya raksasa-raseksi, yaitu cerita tentang nenek moyang Dasamu- ka. Juga tentang lahirnya Dasamuka dan sikap dan sifat Dasamuka yang kejam dan tidak hormat kepada para dewa dan pendeta. Bah- kan cerita Arjunasasrabahu-pun dimuat juga. Dalam kakawin Rama- yana tidak memuat gubahan ini. Kitab Utara Kandha gubahan baru ini isi pokoknya adalah menceritakan Dewi Sinta ketika sudah pulang ke Ayodya. Dikisahkan bahwa masyarakat masih mencemburukan ke- pada Sinta tentang kesuciannya selama berada dalam belenggu Da- samuka. Mendengar berita kecemburuan masyarakat, segeralah Ra- ma menyuruh Sinta pergi dari Ayodya dalam kondisi sedang hamil. Dalam perjalanannya sampai di sebuah pertapaan yang dihuni oleh seorang Empu bernama Walmiki. Kemudian Sinta tinggal di pertapa- an tersebut hingga melahirkan bayi kembar laki-laki diberi nama Ku- sa dan Lawa. Dua orang anak Kusa dan Lawa inilah yang kemudian didi- dik Empu Walmiki sehingga pandai mampu membaca lontar, pandai bercerita. Bahkan bisa menceritakan kehidupan sang ayah yaitu Sri Rama hingga muncul buku Ramayana. Ketika Sinta akan kembali ke Ayodya memenuhi panggilan Sri Rama, tiba-tiba setelah beberapa langkah, buminya retak sangat lebar dan Sinta terjerumus ke dalam- nya dan meninggal. Sri Rama tidak lama kemudian harus pulang ke kahyangan sebagai Wisnu.

3.3.5 Korawaçrama