3.4.2 Bawa Buka
Bawa adalah sebuah lagu vokal sebagai pendahulu gen- ding yang akan dimainkan. Namun demikian permainan sebuah gen-
ding juga bias didahului dengan Buka, yang pada umumnya meng- gunakan instrument gamelan Rebab atau Gender. Biasanya juga de-
ngan Bonang atau dengan Kendhang, dan biasa juga dengan meng- gunakan Gambang meskipun jarang. Yang jelas sebelum Buka Ba-
wa dilagukan, seyogyanya ada lagu pathetan agar tidak terjadi tum- pang tindih suasananya.
3.4.3 Jineman
Jineman itu bagian dari kalimat bawa yang dilagukan seca- ra bersama. Bisa dilagukan oleh para vokalis wiraswara sebuah pa-
nembrama. Jineman juga sebuah bentuk lagu yang permainannya dila-
gukan oleh sorang Sindhen bersama gamelan yang bernada lembut saja, misalnya Gender Barung Gender babon, Gender Penerus
Gender lanang, Slenthem, Siter, Kendhang, Gong kempul dan Ke- nong, contoh Jineman Uler Kambang, Mari Kangen, Kandheg, dan
sebagainya.
3.4.4 Umpak
Umpak-umpak adalah bagian gending yang tidak digerongi, khususnya bagi gending yang berbentuk ketawang. Umpak-umpak
seperti ini biasanya dimulai dengan menggunakan buka swara atau salah satu alat gamelan.
Ada lagi umpak-umpak yang menggunakan syair atau kata cakepan, itu biasanya dilagukan pada penyajian panembrama., dan
cakepannya biasanya menggunakan parikan, contoh rujak nangka rujake para sarjana, aja ngaya dimen lestari widada. Kalimat dua ba-
ris yang di atas itu berupa parikan isinya memberikan patuah kepada setiap insan hidup dalam kehidupannya agar berlaku sabar tidak
emosional supaya mendapat selamat, contoh parikan lain kembang menur tinandur ing pinggiring sumur, miyar miyur atine wong ora ju-
jur. Kalimat parikan di atas juga mengandung pendidikan bagi setiap umat manusia agar di dalam kehidupannya melakukan kejujuran.
Namun perlu dimengerti, bahwa kedua cakepan tersebut yang menggunakan kata awal rujak dan kembang juga berupa pur-
wakanthi. Cakepan yang diawali dengan kata rujak dalam sastra Ja- wa disebut purwakanthi swara, dan yang diawali dengan kata kem-
bang disebut purwakanthi aksara.
3.4.5 Senggakan
Ada satu atau beberapa kata yang terlontar pada sela-sela cakepan yang dibunyikan, kata-kata itu didalam kesusasteraan Jawa
Di unduh dari : Bukupaket.com
dinamakan orang sebagai Senggakan. Ada senggakan yang dilagu- kan dan ada yang tidak dengan dilagukan. Contoh senggakan yang
dilagukan: ayu kuning bentrok maya, sing lanang seniman, sing wa- don seniwati, e.. obakso.., eling-eling sing peparing...dan lain-lain.
Yang sangat aneh, bahwa antara cakepan dan senggakan tidak ada keterkaitan baik arti ataupun maksud dan tujuannya, tetapi
bersatu dalam sebuah bingkai gending atau lagu. Sedangkan seng- gakan yang tidak dilagukan misalnya: ha.. e, so…, lho..lho..lho..,
ha..yo..ta.., dan lain sebagainya. Tanpa lagu tetapi membikin sema- rak dari gendinglagu yang di senggaki. Demikian juga yang terung-
kap dengan lagu itupun juga menambah suasana menjadi lebih gem- bira, suka cita dan menyegarkan jiwa.
3.4.6 Gerong
Gerong adalah nembang bersama-sama, dibarengi dengan gamelan dalam memainkan gendingnya. Gerong ini ditembangkan
sesudah umpak-umpak. Biasanya menggunakan cakepan yang di- ambil dari tembang Macapat yang jumlahnya 14 atau 15 buah itu,
misalnya:
Kinanthi Nalikanira inga dalu
Wong agung mangsah semedi Sirep kang bala wanara
Sadaya wus samiguling Nadyan ari sudarsana
Wus dangu nggenira guling
Pucung Ngelmu iku kalakone kanthi laku
Lekase lawan khas Tegese khas nyantosani
Setya budya pangekese durangkara
Bisa juga cakepan gerongan ini diambil dari tembang Tengahan, mi- salnya:
Juru Demung
Cirine serat iberan Kebo bang sungunya tanggung
Saben kepi mirahingsun Katon pupur lelamatan
Kunir pita kusut kayu Wulu cumbu madukara
Paran margining ketemu
Di unduh dari : Bukupaket.com
Balabak Rogok-rogok asradenta gedhe-dhuwur
Dedege Godheg tepung mberuwes nggabres anjemprok
Jenggote.
Girisa Amiyos kang Jeng Sang Nata, saking paraba suyasa ginar-
beging upacara, kang ngambil srimpi badhaya myang manggung ketanggung jaka, palara-lara sadaya Sri Nata
ngrasuk busana, kadhaton tuhu respatya. Jadi seperti yang tergabung dalam penataan karawitan
bahwa gerong sering terucap nggerong adalah nembang. Gerongan adalah barangnya, penggerong adalah pelaku wiraswara. Untuk itu
perlu dipertegas bahwa gerongan yang berwujud barang yang ditem- bangkan itulah yang termasuk di dalam bingkai sastra gending. Se-
bagian besar dari kalimat-kalimatnya berisi tentang pendidikan jiwa bagi semua umat manusia.
3.4.7 Sindhenan.