Wayang Menak Jenis Wayang

Mangkubumen berhasil diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1953.

2.3.5 Wayang Menak

Kyai Trunodipo dari kampung Baturetno-Surakarta mencip- ta wayang Menak, setelah ia menjual wayang Madya hasil karyanya kepada Mangkunegoro VII. Wayang Menak ini terbuat dari kulit yang ditatah dan disungging seperti halnya dengan wayang kulit Purwa, sedang wayang Menak yang terbuat dari kayu dan merupakan waya- ng Golek disebut wayang Thengul. Maksud Kyai Trunodipo membuat wayang Menak adalah untuk mementaskan cerita-cerita yang bersumber pada serat Menak dengan tokoh-tokoh Menak seperti Wong Agung Jayengrana atau Amir Hambiyah, Umar Maya dan lain-lainnya. Wayang-wayang ini kemudian dibeli oleh R.M. Ng. Dutoprojo. Dalam pementasan wayang Menak kita jumpai dua macam bentuk wayangnya antara lain yang berupa wayang golek dan wa- yang kulit. Pementasan wayang Menak di Jawa Tengah pada umum- nya menggunakan wayang golek Menak yang disebut wayang Thengul. Pementasan wayang kulit Menak ini menggunakan kelir dan blencong. Sedangkan pakelirannya mengambil cerita berdasar- kan serat Menak. Bentuk keseluruhan wayang kulit Menak dapat di- katakan serupa dengan wayang kulit Purwa, hanya raut muka wa- yang-wayangnya hampir menyerupai muka manusia. Tokoh-tokoh wayang dalam cerita tersebut mengenakan sepatu dan menyandang salah satu jenis senjata berbentuk pedang klewang, sedangkan to- koh-tokoh raja mengenakan baju dan memakai senjata keris. Cerita Menak semula bersumber dari kitab Qissai Emr Hamza, sebuah hasil kesusasteraan Persia pada zaman pemerintah- an Sultan Harun Al Rasyid 766 – 809. Di daerah Melayu kitab ter- sebut lebih dikenal dengan nama Hikayat Amir Hamzah. Berda- sarkan hikayat itulah yang dipadu dengan cerita Panji, akhirnya lahir cerita Menak. Dalam cerita ini nama-nama tokohnya disesuaikan de- ngan nama Jawa, antara lain Omar Bin Omayya menjadi Umar Ma- ya, Qobat Shehriar menjadi Kobat Sarehas, Badi’ul Zaman menjadi Iman Suwongso, Mihrnigar menjadi Dewi Retno Muninggar, Qoraishi menjadi Dewi Kuraisin, Unekir menjadi Dewi Adininggar, dan lain-la- innya. Cerita Menak pada garis besarnya, mengisahkan permusuhan Emr Hamza Wong Agung Jayengrana dari Mekah dengan raja Nu- shirwan Nusirwan, mertuanya dari Medain Medayin yang masih kafir. Kadis Makdum purwaking ginupit, ring sang duta kataman duhkita,.........demikian sebagain pembuka pada serat Menak, terbi- tan Balai Pustaka. Menurut sumber cerita dari Persia yang mengi- sahkan Wong Agung tidak hanya kembali ke Mekah, namun telah Di unduh dari : Bukupaket.com bertemu dengan Nabi serta terjadinya pertempuran hingga me- ninggalnya Wong Agung tersebut. Memang banyak perbedaan-perbedaan yang terdapat pada serat Menak antara pengarang yang satu dengan yang lainnya, anta- ra serat Menak karya tulis R.Ng. Yosodipuro dengan berpuluh-puluh naskah yang tersimpan dalam perpustakaan Bataviaasche Genoo- tschap di Jakarta dulu, bila dibandingkan dengan naskah yang di- datangkan dari Leiden-Belanda, yang berasal dari kraton Surakarta. Cerita-cerita Menak banyak dipergelarkan dalam bentuk pentas wa- yang Golek yaitu wayang golek Menak Jawa atau wayang golek Sunda, yang masing-masing berbeda bentuk ukirannya atau-pun wa- yang kulit Menak dengan boneka-boneka wayang yang khusus untuk pentas tersebut dan jarang sekali dalam bentuk pentas wayang orang. Salah satu di antara pentas untuk Menak tersebut, ialah wa- yang kulit dari daerah Lombok yang lazim disebut wayang Sasak. Gambar 1.17 Wayang Kulit Menak Prabu Lamdahur, Prabu Nusirwan, Dewi Muninggar, Wong Agung Jayengrono dan Umar Moyo Di unduh dari : Bukupaket.com Gambar 1.18 Umarmoyo Wayang Golek Menak dari Kebumen Gambar 1.19 Wayang Sasak Di unduh dari : Bukupaket.com Gambar 1.19 Arjuna Wayang Bali Gambar 1.20 Sugriwa Wayang Bali Di unduh dari : Bukupaket.com

2.3.6 Wayang Babad