Raden Gunungsari dan lain-lain. Hingga dewasa ini sebagai iringan pergelaran menggunakan gamelan dengan laras Pelog.
2.3.8.2 Topeng Dalang Madura
Topeng dalang Madura merupakan salah satu kesenian rakyat yang paling populer dan klasik di Madura. Kesenian tersebut
merupakan pengganti pergelaran wayang kulit yang telah lama le- nyap sebelum Jepang menduduki Indonesia dan tidak aneh bila ben-
tuk atau figur topeng yang dipakai sebagai modelnya diambil dari fi- gur wayang kulit. Begitu pula cerita yang ditampilkan pada umumnya
adalah Ramayana dan Mahabharata.
Diperkirakan kesenian rakyat Madura tersebut telah ber- kembang sejak abad ke XV, pada saat Prabu Menaksunoyo, cucu
Prabu Brawijaya dari kerajaan Majapahit yang memerintah Paropo, Pamekasan, ingin menghidupkan pewayangan dan seni pedalangan
di Madura. Topeng Dalang yang di Madura lebih dikenal segabagai topeng saja, merupakan perpaduan antara wayang kulit dan wayang
orang.
Seluruh dialog dari pergelaran topeng tersebut, diucapkan oleh sang dalang, sedang para pemain wayangnya hanya menggu-
nakan bahasa isyarat mengikuti dialog ki dalang belaka, seolah-olah pemain wayangnya yang berbicara. Gerakan setiap pelaku pentas
pada dasarnya berupa gerakan panto-mimik dan sendra tari yang di- sesuaikan dengan isyarat dalang. Seperangkat gamelan yang terdiri
dari kendang, gambang, saron, gong, kenong, gender, ponggang, bonang dan peking serta ada kalanya ditambah dengan terompet
khas Madura Sronen. Sronen juga berarti satu perangkat gamelan untuk kerapan sapi. Sejak zaman dulu setiap pementasan Topeng
Madura selalu diawali dengan penampilan tari Gambu. Menurut ceri- ta yang terdapat dalam babad Sumenep, tari Gambu tersebut sudah
sering dipentaskan sejak zaman pemerintahan Arya Wiraraja Adipa- ti Sumenep yang diangkat oleh Kartanegara 1268 – 1292, raja Si-
ngasari pada tahun 1269.
Perjalanan Topeng Dalang tersebut berawal sebagai kese- nian kraton dan dalam buku babad Madura dinyatakan bahwa teater
topeng berkembang pada abad ke-XV di Jamburingin, Pamekasan- Madura, atas prakarsa Prabu Menaksunoyo, seorang bupati di ba-
wah kerajaan Majapahit.
2.3.8.3 Topeng Jawa
Ciri khas dari suatu tari, baik tari Jawa, Sunda, ataupun Bali, adalah penggambaran karakter atau perwatakan manusia da-
lam bentuk tari. Perwatakan tersebut dituangkan dalam bentuk tari, dari tipe satriya, wanita, raksasa ataupun tipe binatang dan sebagai-
nya yang menggambarkan tingkah laku makluk-makluk hidup pada masa lampau.
Di unduh dari : Bukupaket.com
2.3.8.4 Wayang Wong
Wayang Wong Yogyakarta yang diciptakan oleh Hamengku Bhuwana I 1755 – 1792 merupakan dramatari penuh dengan ka-
rakteristik. Visualisasi karakter dituangkan dalam bentuk ragawi pe- nari, tata busana, tata rias serta gerak.
Pengekspresian gerak dari tokoh-tokoh wayang untuk pe- ran kera, raksasa dalam pentas Ramayana dan Mahabharata dileng-
kapi pula dengan pemakaian topeng, sedangkan untuk wanita serta peran satria tidak menggunakan topeng. Dalam topeng Jawa, kita
jumpai dua macam jenis topeng untuk pementasan Ramayana versi Yogyakarta, yaitu jenis raksasa dan jenis kera. Begitu juga topeng
untuk pementasan cerita Panji antara lain jenis Klana, Panji dan Pa- nakawan.
2.3.8.5 Topeng Cirebon
Cirebon memberi kesan seperti asal-usul namanya caruban yang berarti campuran. Suatu misal pada sebuah benda antik atau
pusaka yang biasa dianggap keramat dan ada isinya karena pening- galan para leluhur yang berupa ukiran berhuruf arab dan berisikan
petikan ayat suci Al Quran, mewujudkan tokoh wayang Purwa Hindu- Budha dilengkapi dengan pola hias seperti batu padas dan cawan
adri dari Cina. Tiga unsur kebudayaan tersebut diantaranya yaitu ke- budayaan Islam, Jawa, dan Cina, telah mempe-ngaruhi kebudayan
dan kesenian yang ada di Cirebon, sehingga Cirebon merupakan tempat pertemuan beberapa corak kebudayaan.
Topeng Cirebon berkembang di desa-desa, meskipun ciri-ciri sebagai unsur kesenian yang lahir di kraton masih menjadi pola da-
sarnya. Konsep yang mendasar pada tari Topeng Cirebon tersebut bersifat mengalir, yang dapat dihubungkan dengan gerak tari atau
kesenian wayang Golek Jawa Barat, hemat gerak dengan bentuk gerak yang patah-patah.
2.3.8.6 Topeng Betawi