Wayang Ukur Wayang Mainan Dolanan

Gambar 1.11 Wayang Kulit Betawi atau Wayang Tambun

2.3.2.17 Wayang Ukur

Tergugah oleh jiwa seninya pada masa kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia ASRI di Yogyakarta, Sukasman merasa he- ran mengapa dalam Akademi tersebut, seni rupa wayang yang telah merupakan suatu masterpiece yang adiluhung itu tidak dimasukan kurikulum. Setelah memperhatikan bentuk-bentuk wayang dari za- man ke zaman yang telah diciptakan sejalan dengan pengungkapan jiwa manusia, maka terlihatlah bahwa wayang-wayang itu mendapat- kan perubahan-perubahannya, baik dalam bentuk tinggi besarnya maupun dalam ornamen-ornamennya, contoh, seperti yang terlihat pada tokoh Kresna. Pada gaya Surakarta tokoh tersebut dilengkapi dengan garuda mungkur pada irah-irahannya, sedang gaya Yogya- karta memakai merak mungkur. Demikian pula nampak jelas bila kita perhatikan ornamen-ornamen wayang kulit gaya pesisiran, antara la- in wayang kulit Cirebon dan wayang kulit Pekalongan. Terkesan oleh perubahan-perubahan bentuk serta orna- men-ornamen pada wayang, yang jelas nampak pada gaya Surakar- ta, Yogyakarta dan Cirebon serta Kedu, maka pada tahun 1964 Su- kasman telah menciptakan jenis wayang baru yang dinamakan wa- yang Ukur, yang proses pembuatannya selalu diukur-ukur bentuk tinggi dan panjang pundak wayang-wayang ciptaannya itu. Berkali- kali ia mengadakan perubahan-perubahan pada beberapa bagian bentuk wayangnya sampai ia merasa puas akan hasil ciptaanya yang cocok dengan rasa dan jiwa seninya. Dalam mengadakan pe- rubahan perubahan tersebut ia membuat ukuran sendiri, sehingga berdasarkan teknik pembuatannya itu, maka wayang ciptaannya itu dinamakan wayang Ukur. Sunggingan serta tatahan wayang tersebut nampak lain da- ri wayang purwa biasa dan ini memang merupakan ciri khas dari wa- Di unduh dari : Bukupaket.com yang Ukur ciptaan Sukasman. Dalam pertunjukannya, wayang Ukur menggunakan kelir sebagai tempat memainkan wayang jagadan wayang. Gambar 1.12 Batara Guru Wayang Ukur

2.3.2.18 Wayang Mainan Dolanan

Wayang sebagai karya seni mencakup seni rupa, seni ke- trampilan, dan seni khayal. Harus diakui pula wayang yang konon la- hir di India dan kini hidup serta berkembang di Jawa itu, sekarang te- lah menjadi milik bangsa Indonesia sebagai suatu karya seni tradisi- onal Indonesia. Anak-anak di desa sering dalam menggembalakan ternak meluangkan waktu untuk membuat boneka-boneka wayang dari tangkai-tangkai rumput atau tangkai daun singkong. Dianyamnya be- berapa genggam batang rumput atau daun singkong tersebut hingga berbentuk wayang dan dimainkannya dengan berkhayal sebagai se- orang dalang wayang yang pernah dilihatnya. Wayang-wayang ter- sebut biasa dinamakan wayang Suketan rumput atau wayang Domdoman nama jenis rumput, karena rumput yang biasa mereka gunakan untuk membuat wayang tersebut adalah jenis rumput dom- doman. Selain dari bahan rumput atau daun singkong, dapat pula mereka membuatnya dari daun kelapa blarak, tapi hasil karya wa- yang-wayang tersebut tidak dapat bertahan lama. Jika diinginkan ha- sil karya yang dapat bertahan agak lama, biasanya mereka membuat wayang Bambu. Wayang jenis ini dapat dijumpai di daerah Wonosa- ri, Yogyakarta, yang dibuat dari irisan-irisan bambu yang dianyam, sehingga berbentuk boneka wayang. Akan tetapi, kini telah banyak diperdagangkan yaitu wayang yang terbuat dari kardus untuk mainan Di unduh dari : Bukupaket.com anak-anak. Wayang kardus ini bahan dasarnya adalah kardus atau karton bekas pembungkus yang di beri warna ala kadarnya dan dita- tah sangat sederhana. Maka jelas bahwa wayang-wayang tersebut tidak dapat tahan lama dan mudah rusak. Di Yogyakarta hingga tahun 1984 masih dapat dijumpai wa- yang-wayang kardus hasil pengrajin wayang. Wayang-wayang terse- but sering dipakai oleh siswa-siswa dalang atau untuk penguburan tokoh. Wayang yang perlu dikubur atau dihanyutkan di laut dilabuh setelah gugur dalam pementasan, antara lain: Kumbakarna, Durna, dan lain-lainnya. Untuk penguburan ataupun labuhan wayang-waya- ng tersebut diperlukan upacara tersendiri. Wayang sebagai mainan anak-anak pernah pula dijumpai di Yogyakarta tempo dulu, bahkan sampai ke kota Batavia atau Betawi Betawi = Jakarta yang terbuat dari singkong, wayang tersebut dinamakan wayang Telo singkong di Yogyakarta, wayang Opak Jakarta yang terbuat dari parutan telo ampas singkong dan di- bentuk seperti boneka wayang dan diberi gapit tangkai wayang dari bambu.

2.3.2.19 Wayang Batu atau Wayang Candi 856