43 kecepatan, koordinasi gerakan-gerakan, pengamatan ruang, dan bakat
mekanis. Sedangkan anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan, penggunaan bahasa, perhitungan angka, dan kecepatan
perseptual. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
kelamin dapat dibedakan secara biologis dan psikologis yang dilihat berdasarkan tingkat inteligensi. Perbedaan antara perempuan dan laki-
laki secara biologis sejak seseorang lahir. Secara psikologis laki-laki maupun perempuan mempunyai tingkat kecerdasan tersendiri yang
bersifat dominan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan beberapa penelitian relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul penelitian. Terdapat lima penelitian relevan dengan
penelitian ini antara lain : Penelitian yang pertama dilakukan oleh Pujayanto 2006 dengan
judul “Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi IPA Fisika guru kelas 5 SD di
Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, mendiskripsikan profil miskonsepsi IPA Fisika pada guru kelas 5 SD di Kecamatan Tasikmadu
Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian expose facto dengan teknik pengambilan data yang
digunakan berupa tes diagnostik miskonsepsi pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Adapun
profil miskonsepsi yang dimiliki guru lebih dari 30 dan besar persentase miskonsepsinya sebagai berikut adalah sebagai berikut: 1. Gaya dapat
berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan 45; 2. Gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan 40; 3. Massa
benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi sama dengan berat benda di bulan 60; 4. Setiap dua benda bersentuhan
44 muncul gaya gesekan 60; 5. Pesawat sederhana meringankan kerja
manusia, berarti pada umumnya dengan menggunakan pesawat sederhana gaya kuasa dan “energi” yang digunakan menjadi lebih kecil 100; 6.
Cahaya merambat lurus, berarti cahaya tidak dapat dipantulkan oleh permukaan tembok tetapi dapat dibiaskan oleh sebuah medium 85; 7.
Benda dapat dilihat jika benda tersebut sebagai sumber cahaya atau ada cahaya dari mata yang sampai ke benda 50; 8. Cahaya lampu neon
dapat diurai menjadi cahaya warna pelangi, karena cahaya lampu neon adalah cahaya putih seperti cahaya putih matahari 55.
Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena membahas mengenai miskonsepsi. Persamaan dengan
penelitian ini adalah materi IPA fisika untuk kelas V. Perbedaanya terletak pada subjek penelitian yaitu guru kelas V, sedangkan penelitian ini untuk
siswa kelas V. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Abdi dan Adi 2012 dengan
judul “Miskonsepsi Siswa Kelas V SDN Sidorejo Lor 04 Salatiga Tentang Gaya Gravitasi dan Pembelajaran Remediasinya”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi miskonsepsi materi gaya gravitasi sampai dapat dibedakan siswa-siswa yang mengalami miskonsepsi, tidak tahu konsep dan
menguasai konsep dengan baik; memberikan perbaikan remidiasi kepada siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi gaya gravitasi. Penelitian
ini dilakukan di kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 04, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu quasi experiment dengan Design One Group Pretest-Posttest dengan instrumen
tes dan pedoman wawancara untuk pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat miskonsepsi yang dialami siswa pada masing-
masing sub konsep, yaitu: sub konsep 1 tentang konsep gaya, siswa yang mengalami miskonsepsi rata-rata sebesar 38; sub konsep 2 tentang gaya
dapat mengubah bentuk dan ukuran benda, siswa yang mengalami miskonsepsi rata-rata sebesar 64; sub konsep 3 tentang gaya dapat
mengubah gerak benda, siswa yang mengalami miskonsepsi rata-rata
45 sebesar 72; sub konsep 4 tentang konsepsi gaya gravitasi, siswa yang
mengalami miskonsepsi rata-rata sebesar 52; sub konsep 5 tentang arah gaya gravitasi menuju pusat bumi, siswa yang mengalami miskonsepsi rata-
rata sebesar 70, dan sub konsep 6 tentang gaya gravitasi menyebabkan benda di bumi mempunyai berat, siswa yang mengalami miskonsepsi rata-
rata sebesar 100. Keseluruhan miskonsepsi pada sub konsep, rata-rata siswa mengalami miskonsepsi sebesar 61,41.
Peneliti mengambil penelitian ini sebagai salah satu penelitian yang relevan karena membahas mengenai miskonsepsi. Penelitian ini memiliki
kesamaan dalam meneliti miskonsepsi tentang materi gaya gravitasi pada mata pelajaran IPA fisika kelas V SD, subjek penelitian, dan instrumen yang
digunakan dalam pengambilan data. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitiannya.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Clara, Stepanus, dan Haratua 2013 dengan judul “Miskonsepsi Siswa Kelas Rangkap SDN 47 Sekadau
pada Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda”. Penelitian ini bertujuan
untuk memaparkan miskonsepsi siswa kelas III dan IV Kelas Rangkap SD Negeri 47 Sekadau pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Metode
yang digunakan deskriptif dengan alat pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda dan wawancara untuk menggali alasan siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rekapitulasi miskonsepsi siswa kelas III yang terlihat bahwa dari 14 siswa kelas III menunjukkan
rata-rata 52,38. Siswa mengalami miskonsepsi pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 6 konsep. Ternyata konsep mengenai sifat-sifat benda cair dan contohnya paling banyak mengalami miskonsepsi yaitu dengan rata-rata
persentase miskonsepsi sebesar 78,57, sedangkan untuk konsep mengenai sifat-sifat benda padat dan contohnya paling sedikit mengalami miskonsepsi
yaitu dengan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 21,43. Hasil rekapitulasi miskonsepsi siswa kelas IV terlihat bahwa dari 15
siswa kelas IV, 54,67 siswa mengalami miskonsepsi pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini
46 sebanyak 10 konsep. Ternyata konsep mengenai sifat-sifat benda cair dan
contohnya paling banyak mengalami miskonsepsi yaitu dengan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 80, sedangkan untuk konsep mengenai
peristiwa mencair serta contohnya dan perubahan wujud tetap serta contohnya paling sedikit mengalami miskonsepsi yaitu dengan rata-rata
persentase miskonsepsi sebesar 26,67. Peneliti mengambil penelitian ini sebagai salah satu penelitian yang
relevan karena penelitian ini juga membahas mengenai miskonsepsi. Persamaan dengan penelitian ini adalah metode, instrumen yang digunakan,
dan membahas mengenai mata pelajaran IPA. Perbedaannya terletak pada subjek dan materi yang digunakan. Jika penelitian tersebut meneliti
miskonsepsi IPA pada materi kelas III dan IV tentang sifat dan perubahan wujud benda, sedangkan peneliti ini tentang miskonsepsi IPA fisika pada
materi kelas V semester 2. Penelitian yang keempat dilakukan oleh Azizatur 2013 dengan
jud ul “Identifikasi Miskonsepsi IPAFisika Berdasarkan Jenjang Pendidikan
SD, SMP, SMA Menggunakan Tes Three-tier pada Pokok Bahasan Gerak dan Gaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil miskonsepsi
pada setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, serta persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap jenjang pendidikan. Penelitian ini
dilakukan pada seluruh kelas VI SD, IX SMP, dan XI SMA yang ada di Kecamatan Gerokgak, Singaraja, Bali.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa tes. Hasil penelitian ini diperoleh 12 miskonsepsi
siswa pada pokok bahasan gerak dan 17 miskonsepsi pada pokok bahasan gaya. Persentase rata-rata mikonsepsi terbesar pada materi gerak jatuh bebas
mengenai percepatan gravitasi di SD 53,57, SMP 49,16, dan SMA 44,55 adalah benda dengan massa yang lebih besar akan mencapai tanah
lebih dahulu. Sedangkan persentase rata-rata miskonsepsi terkecil pada materi gerak jatuh bebas di SD 0,50 adalah benda yang lebih padat akan
mencapai tanah lebih dahulu, persentase rata-rata miskonsepsi terkecil pada materi gerak jatuh bebas di SMP 0,56 adalah benda dengan permukaan
47 yang lebih keras akan mencapai tanah dahulu, persentase rata-rata
miskonsepsi terkecil pada materi gerak jatuh bebas di SMA 0,45 adalah benda dengan permukaan yang lebih kecil akan mencapai tanah lebih
dahulu. Persentase rata-rata miskonsepsi terbesar pada pokok bahasan gaya
di SD 47,30, SMP 48,60, SMA 30,91 adalah mengenai aksi reaksi pada benda yang diam di atas meja maka tidak ada gaya apapun yang
bekerja pada meja. Sedangkan persentase rata-rata miskonsepsi terkecil pada pokok bahasan gaya di SD 0,68 adalah miskonsepsi mengenai
diperlukan gaya yang lebih besar untuk mengangkat benda dengan massa yang lebih kecil, persentase rata-rata miskonsepsi terkecil siswa SMP
0,28 adalah miskonsepsi mengenai gaya sinonim dengan tekanan, dan persentase rata-rata miskonsepsi terkecil di SMA 0,91 adalah
miskonsepsi mengenai diperlukan gaya yang lebih besar untuk mengangkat benda dengan massa yang lebih kecil.
Peneliti mengambil penelitian ini sebagai salah satu penelitian yang relevan karena membahas mengenai miskonsepsi. Persamaannya terletak
pada mata pelajaran IPA fisika yang juga dibahas dalam penelitian ini, sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan dan subjek penelitian.
Pada penelitian tersebut membahas pokok bahasan gerak dan gaya serta meneliti siswa kelas VI SD, IX SMP, dan XI SMA, sedangkan penelitian ini
tidak membahas mengenai pokok bahasan gerak dan subjek yang digunakan siswa kelas V SD.
Penelitian yang kelima dilakukan oleh Purwoko 2012 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin Pada Siswa Kelas IV SD Pangudi Luhur Ambarawa Semester II Tahun Ajaran
20112012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping terhadap hasil belajar siswa yang ditinjau dari perbedaan
jenis kelamin. Jenis kelamin digunakan untuk mengetahui metode mind mapping lebih berpengaruh untuk siswa dengan jenis kelamin laki-laki atau
48 perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes
untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Hasil penelitian kelas kontrol mempunyai rata-rata 74.269 dan kelas
eksperimen 82,87. Nilai signifikansi yang diperoleh dari penghitungan anova 2 jalan 0,000 dengan tingkat kesalahan 5, hasil tersebut
menunjukkan bahwa metode mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar. Sedangkan penghitungan dalam perbedaan jenis kelamin
menunjukkan nilai 0,003 yang menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap metode yang digunakan. Dari hasil perhitungan
menggunakan perbandingan gain yang dibandingkan dari hasil pretest dan nilai postest terdapat selisih 10,449, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode mind mapping lebih berpengaruh terhadap siswa dengan jenis kelamin laki- laki.
Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena membahas perbedaan jenis kelamin. Persamaannya terletak
pada mata pelajaran IPA yang juga dibahas dalam penelitian ini. Perbedaannya yaitu jika penelitian tersebut meneliti pengaruh metode mind
mapping terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD, sedangkan penelitian ini meneliti miskonsepsi pada siswa kelas V SD.
Penelitian relevan yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang tampak pada gambar 2.11 berikut ini.
49 Gambar 2.11 Literature Map
Gambar 2.11 menunjukkan literature map yang memperlihatkan hubungan antara penelitian-penelitian relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Pujayanto 2006
“Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD”
Adi 2012 “Miskonsepsi Siswa Kelas V SDN
Sidorejo Lor 04 Salatiga Tentang Gaya Gravitasi dan Pembelajaran
Remediasinya”
Clara, Stepanus, dan Haratua 2013 “Miskonsepsi Siswa Kelas Rangkap
SDN 47 Sekadau pada Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda”
Azizatur 2013 “Identifikasi Miskonsepsi IPAFisika
Berdasarkan Jenjang Pendidikan SD, SMP, SMA Menggunakan Tes
Three-tier pada Pokok Bahasan Gerak dan Gaya”.
Purwoko 2012 “Pengaruh Penggunaan Metode
Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar
Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin Pada Siswa Kelas IV SD
Pangudi Luhur Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 20112012”
Penelitian ini: Miskonsepsi IPA
Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD
Negeri se- Kecamatan
Moyudan
50
C. Kerangka Berpikir