Konsepsi Jenis Kelamin Kajian Pustaka

10 jenistipe konsep, yaitu conjuctive concepts, disjunctive concepts, dan relational concepts 1 Konsep konjungtif, nilai-nilai tertentu yang penting dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk menghasilkan suatu konsep konjungtif. Dengan cara itu, kita dengan mudah membedakan antara anjing, kucing, dan kuda misalnya. 2 Konsep disjungtif, sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan nilai-nilai dapat disubstitusikan antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya dua figur yang masing-masing memiliki atribut bentuk dan nomor, sedangkan nilai nomor antara keduanya sama, sehingga nilai bentuk dapat berubah. 3 Konsep relasional atau hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubungan-hubungan khusus antar atribut. Misalnya konsep jarak dan konsep arah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis- jenis konsep dapat dibagi menjadi tiga jenis antara lain konsep konjungtif, konsep disjungtif, dan konsep relasional atau hubungan.

2. Konsepsi

Konsepsi berasal dari kata to conceive yang artinya cara menerima Rustaman, 2012:2-6. Saptono dalam Norika, 2014:8 mendefinisikan konsepsi sebagai kemampuan memahami konsep, baik yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan maupun konsep yang diperoleh dari pendidikan formal. Berg dalam Norika, 2014:8 mengungkapkan bahwa konsepsi adalah tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu konsep. Contohnya konsep gaya, gaya dapat ditafsirkan oleh seorang anak sebagai suatu dorongan atau tarikan yang harus dikerjakan oleh kegiatan otot. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi adalah cara menerima atau kemampuan memahami setiap perorangan atau individu terhadap suatu konsep. 11

3. Miskonsepsi

a. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang salah atau tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar pada bidangnya Suparno, 2005:4. Salah konsep atau misconception terjadi karena adanya penambahan atau penghilangan dari apa yang ada pada konsep tersebut. Salah konsep misconception seringkali muncul ketika konsep awal prakonsepsi yang diterima oleh siswa melalui pengalaman yang mereka alami belum matang. Menurut Suparno 2005:2 miskonsepsi adalah konsep awal yang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep ilmiah yang diterima para ahli. Fowler dalam Suparno, 2005:5 menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep- konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Misalnya tentang konsep binatang. Banyak siswa yang mengartikan binatang terbatas pada vertebrata, khususnya binatang mamalia yang ditemukan di rumah, kebun, dan kebun binatang. Bila ditanya “apa binatang itu?” Banyak siswa yang menjawab “binatang adalah makhluk hidup, yang mempunyai kaki, bergerak, mempunyai bulu, dan hidup di luar rumah atau di hutan”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi merupakan penggunaan konsep yang salah karena tidak sesuai dengan acuan atau konsep dasar yang ditetapkan oleh para ahli.

b. Penyebab Miskonsepsi

Suparno 2005:29 menjelaskan bahwa secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. 12 1 Siswa Suparno 2005:34-42 mengungkapkan bahwa miskonsepsi yang banyak terjadi berasal dari diri siswa itu sendiri. Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain: a Prakonsepsi atau konsep awal siswa, banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali mengandung miskonsepsi. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa. b Pemikiran asosiatif siswa, asosiasi siswa terhadap istilah- istilah sehari-hari kadang-kadang juga membuat miskonsepsi. c Pemikiran humanistik, siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi. d Reasoning yang tidak lengkapsalah, miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan tidak lengkap. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya miskonsepsi siswa. e Intuisi yang salah, intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Pemikiran intuitif ini sering membuat siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi. f Tahap perkembangan kognitif siswa, perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Secara 13 umum, siswa yang masih dalam tahap operational concrete bila mempelajari suatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep bahan tersebut. g Kemampuan siswa, juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat atau kurang mampu dalam mempelajari materi, sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar. h Minat belajar siswa, siswa yang berminat belajar cenderung rendah mengalami miskonsepsi dari pada yang tidak minat dalam belajar. 2 Guru atau pengajar Suparno 2005:42-44 mengungkapkan bahwa miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru. Beberapa penyebab siswa mendapatkan miskonsepsi karena guru yang tidak menguasi bahan atau mengerti bahan secara tidak benar, guru tidak kompeten dalam bidangnya, beberapa guru bukan lulusan dari bidang ilmu, guru jarang membuat eksperimen, guru jarang mendiskusikan bahan dengan siswa, guru jarang menyuruh siswa mengungkapkan konsep mereka, guru jarang memberikan contoh dari pengalaman sehari-hari yang menantang, beberapa guru memberikan contoh yang keliru, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan atau pandangan mereka, dan terkadang guru menjelaskan tidak lengkap atau menghilangkan sebagian unsur yang penting. 3 Buku Suparno 2005: 44-47 menjabarkan sebagai berikut : a Buku teks Suparno 2005:44-46 mengungkapkan bahwa buku teks juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Penyebab miskonsepsi karena beberapa hal yang pertama beberapa 14 buku mempunyai kesalahan sehingga menjadi salah satu sebab adanya miskonsepsi siswa, kedua buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar sehingga menumbuhkan miskonsepsi karena siswa sulit menangkap isinya, ketiga siswa tidak tahu cara membaca dan belajar buku teks sehingga banyak siswa yang hanya membaca dengan cepat dan tidak mengerti konsep-konsep baru secara baik. b Buku Fiksi Sains Science Fiction Seringkali pengarang membuat gagasan fisika kurang berdasarkan kaidah ilmu yang sesungguhnya. Misalnya gerak-gerakan tokoh fiksi di udara bebas yang kadang-kadang tidak mengindahkan hukum fisika. Akibatnya, dalam diri anak tertanam nilai dan pengertian yang tidak benar. Comins dalam Suparno, 2005:46 mengungkapkan bahwa buku fiksi sains sangat baik, tetapi dalam banyak hal dapat juga menyesatkan dan memunculkan miskonsepsi pada diri siswa. c Kartun Cartoon Gambar-gambar kartun dalam majalah sains sering kali dapat memunculkan dan menyebabkan miskonsepsi pada siswa bila tidak mengindahkan hukum dan teori fisika yang berlaku. 4 Konteks Suparno 2005:47-50 mengelompokkan konteks penyebab miskonsepsi menjadi empat kelompok, yaitu: a Pengalaman Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi karena pengalaman yang di dapat siswa dalam kehidupan sehari-hari seringkali tidak sesuai dengan konsep dari para ahli. 15 b Bahasa sehari-hari Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari yang mempunyai arti lain atau bahasa seringkali memiliki makna ganda yang membuat siswa bingung. Misalnya, dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti dan menggunakan istilah berat dengan unit kg. Tetapi dalam fisika, berat adalah suatu gaya, dan unitnya adalah Newton. c Teman lain Setiap siswa pastilah senang belajar dalam kelompok bersama teman-teman kelompoknya dengan mengerjakan PR, mengerjakan soal ataupun melakukan praktikum, dan belajar bersama. Siswa dengan mudah terpikat pada yang diungkapkan, dipikirkan, dan dibuat oleh teman-teman satu kelompoknya. Banyak siswa tidak kritis terhadap kesalahan teman, terlebih bila teman itu dianggapnya dekat, pandai atau berpengaruh. Hal inilah yang seringkali menimbulkan miskonsepsi. d Keyakinan dan ajaran agama Keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini secara kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat menerima penjelasan ilmu pengetahuan. Kadang-kadang siswa mempunyai dualisme gagasan; gagasan menurut ilmu dan gagasan menurut agama, inilah yang membuat terjadinya miskonsepsi. 5 Metode mengajar Suparno 2005:50 mengungkapkan bahwa beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Misalnya, metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Metode ceramah, tanpa memberikan 16 kesemapatan siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan gagasan, sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi, terlebih pada siswa yang kurang mampu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab miskonsepsi diantaranya adalah diri siswa itu sendiri karena kurang memahami konsep yang sesuai dengan konsep para ahli dan juga dipengaruhi oleh guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks.

c. Mendeteksi Miskonsepsi

Suparno 2005:121-128 mengungkapkan ada beberapa cara untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Beberapa cara yang bisa digunakan peneliti dan guru antara lain: 1 Peta Konsep Peta kosep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Untuk dapat melihat adanya miskonsepsi pada siswa, ada baiknya peta konsep itu digabungkan dengan wawancara. Dalam wawancara itu siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gagasannya. Peta konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi, baik kerangka alternatif atau miskonsepsi siswa. 2 Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. Dari alasan siswa itulah dapat diketahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa tersebut. 3 Tes Esai Tertulis Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep yang memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Tes tersebut dapat mengetahui miskonsepsi yang dibawa siswa dan bidang studi yang diajarkan. 17 4 Wawancara Diagnosis Wawancara berdasarkan beberapa konsep tertentu dapat dilakukan untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep yang diperkirakan sulit dimengerti siswa atau beberapa konsep yang pokok dari bahan yang hendak diajarkan. Wawancara dapat berbentuk bebas, guru bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas menjawab. Wawancara juga bisa dilakukan dengan terstruktur, dengan menyiapkan pertanyaan dan urutannya secara garis besar sudah disusun. 5 Diskusi dalam Kelas Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga bahwa gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap siswa berani bicara untuk mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang dibahas. 6 Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum yang disertai tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi bahwa siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara mendeteksi miskonsepsi siswa dapat dilakukan dengan enam cara. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi antara lain peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan, tes esai, wawancara, diskusi di kelas, dan praktikum dengan tanya jawab. Beberapa peneliti menggunakan beberapa cara itu bersama-sama untuk melengkapi, seperti tes esai dengan wawancara. Perlu 18 ditekankan bahwa siswa diberi kesempatan mengungkapkan gagasan mereka sehingga dapat dimengerti miskonsepsi yang dipunyai.

d. Kiat Mengatasi Miskonsepsi

Suparno 2005:55 mengungkapkan bahwa secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah: 1 Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa 2 Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut 3 Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi Secara umum kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa itu, mencari sebab-sebabnya, dan dengan pengertian itu menentukan cara yang sesuai. Membantu siswa mengatasi miskonsepsi, pertama-tama guru perlu mengerti kerangka berpikir siswa. Dengan mengetahui cara berpikir, cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, guru dapat mengetahui dengan tepat letak miskonsepsi siswa sehingga dapat membantunya. Beberapa hal yang dapat dibuat untuk dapat memahami gagasan siswa: 1 Siswa dibebaskan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan yang sedang dibicarakan. Hal ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. 2 Guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara jujur. Pertanyaan ini dapat dilakukan secara pribadi maupun umum di kelas. Dari jawaban yang jujur itu dapat dilihat apakah gagasan siswa benar atau tidak. 3 Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya mengandung miskonsepsi dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. Guru memantau dari jalannya diskusi konsep-konsep yang salah. Berdasarkan penjelasan tentang kiat mengatasi miskonsepsi di atas, bahwa ada banyak cara untuk membantu siswa mengatasi 19 miskonsepsi. Tetapi tidak setiap cara itu sesuai dengan siswa yang mengalami miskonsepsi, karena kesalahan siswa yang beraneka ragam. Maka penting bahwa guru pertama-tama mengerti letak miskonsepsi siswa dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah mencoba beberapa cara yang sesuai dengan keadaan siswa.

4. Ilmu Pengetahuan Alam IPA

a. Pengertian IPA

Samatowa 2011:3 berpendapat bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam. IPA ini membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Sukarno dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014:23 mengungkapkan bahwa IPA diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini. Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari KTSP, 2006:161. Carin dan Sund dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014:23 mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian- kejadian yang ada di alam yang disusun secara sistematis dan teratur, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang 20 berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

b. Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA, sebagaimana sistem-sistem lainnya terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran pembelajaran. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:26. Hakikat pembelajaran IPA yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap Susanto, 2013:167 1 Ilmu pengetahuan alam sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. 2 Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. 21 3 Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap yaitu sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitiannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan hakikat IPA dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.

c. Pengaruh Belajar IPA

Purnomo 2008: 269 mengungkapkan bahwa pengalaman belajar dalam kurikulum IPA membantu siswa untuk: 1 menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, 2 memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, 3 memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel, dan inofatif, 4 mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep IPA, 5 menilai dan menggunakan produk teknologi IPA, 6 memahami bahwa karier dalam IPA dan teknologi sangat cocok bagi pria dan wanita, 7 membuat penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, 8 bertanggung jawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, 9 memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu IPA dan teknologi, dan 10 menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.

d. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri. 22 Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan BSNP dalam Susanto 2013:171 dimaksudkan untuk: 1 Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2 Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3 Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4 Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5 Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6 Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7 Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

5. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet. Indikator 5.1.1 Menyebutkan macam-macam gaya. 5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya. 23 Materi Macam-macam gaya Azmiyawati 2008:82-93 menyatakan beberapa macam gaya berdasarkan sumbernya antara lain: a. Gaya Gravitasi Gaya gravitasi adalah kekuatan atau tarikan yang dimiliki oleh benda yang memiliki massa. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gravitasi yaitu: 1 Gaya gravitasi dapat menimbulkan energi gerak. 2 Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tegantung pada jarak benda dari pusat. Semakin jauh jarak benda dari bumi, gaya gravitasi yang mempengaruhinya semakin kecil. 3 Benda yang lebih luas permukaannya akan lebih lambat jatuh ke bawah. 4 Arah gaya gravitasi berlawanan dengan gaya gesek. Gaya gesek bersifat menahan gerak benda sehingga gerak jatuhnya benda lebih lambat. Arah gaya gesek berlawanan dengan gaya yang ditahannya.

b. Gaya Gesek

Gaya gesek adalah gaya yang dihasilkan oleh permukaan kasar untuk melawan gaya yang menggerakkan suatu benda. Faktor- faktor yang mempengaruhi gaya gesek yaitu: 1 Pada permukaan licin, gaya gesekan yang terjadi juga kecil. Akibatnya, benda itu semakin mudah bergerak pada permukaan tersebut. 2 Memperhalus permukaan benda yang bergesekan dapat memperkecil gaya gesek. 3 Benda yang lebih halus akan menimbulkan gaya gesek yang lebih kecil. 4 Semakin kecil luas permukaan benda yang bersentuhan, gaya geseknya semakin kecil. 24

c. Gaya Magnet

Gaya magnet adalah gaya yang disebabkan oleh magnet. Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik atau menempel pada logam besi atau baja. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya magnet yaitu: 1 Magnet hanya menarik benda-benda tertentu, yaitu benda yang terbuat dari logam. 2 Apabila magnet didekatkan pada benda yang terbuat dari logam, akan timbul gaya gerak sehingga benda tersebut tertarik menuju magnet atau tertolak menjauhi magnet. 3 Apabila antara benda logam dengan magnet terdapat penghalang, pengaruh gaya magnet dipengaruhi oleh ketebalan penghalang, jarak antara benda logam dengan magnet, dan jenis benda penghalang. Standar Kompetensi 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Kompetensi Dasar 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Indikator 5.2.1 Mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana. 5.2.2 Menyebutkan contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama 5.2.3 Menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 5.2.4 Menjelaskan perbedaan golongan pengungkit. 5.2.5 Menjelaskan fungsi bidang miring. Materi Jenis-jenis pesawat sederhana dan kegunaannya Pesawat adalah alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Pesawat dapat memperkecil gaya yang kamu keluarkan. 25 Pesawat ada yang rumit dan ada yang sederhana. Pesawat rumit tersusun atas pesawat-pesawat sederhana. Pesawat sederhana adalah alat-alat bantu sederhana yang membantu meringankan pekerjaan manusia. Pada prinsipnya, pesawat sederhana terbagi menjadi empat macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos. Fungsi pesawat sederhana adalah untuk mengubah energi, mengubah arah gaya, memindahkan energi, menghemat energi, menghemat waktu, serta memudahkan pekerjaan manusia Hermana, 2009:122-126.

a. Tuas atau Pengungkit

Tuas disebut juga pengungkit. Pada pengungkit terdapat kuasa, beban, dan titik tumpu. Kuasa adalah gaya yang bekerja pada pengungkit. Beban adalah berat benda. Titik tumpu adalah tempat beban bertumpu. 1 Pengungkit Golongan Pertama Prinsip kerja pengungkit golongan pertama dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini. Gambar 2.1 Prinsip Kerja Pengungkit Golongan I Sumber: Azmiyawati 2008:99 Gambar 2.1 menunjukkan bahwa pada pengungkit golongan I, letak titik tumpu berada di antara beban dan kuasa. Contoh pengungkit jenis pertama adalah jungkat-jungkit, pompa air tangan, gunting, linggis pencabut paku, pemotong kuku, dan tang. 2 Pengungkit Golongan Kedua Prinsip kerja pengungkit golongan kedua dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini. 26 Gambar 2.2 Prinsip Kerja Pengungkit Golongan II Sumber: Azmiyawati 2008:99 Gambar 2.2 menunjukkan bahwa pada pengungkit golongan II, kedudukan beban berada di antara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh pengungkit jenis kedua adalah alat pembuka tutup botol, gerobak dorong, pemecah biji-bijian, pemotong kertas, dan pembuka kaleng. 3 Pengungkit Golongan Ketiga Prinsip kerja pengungkit golongan ketiga dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.3 Prinsip Kerja Pengungkit Golongan III Sumber: Azmiyawati 2008:100 Gambar 2.3 menunjukkan bahwa pada pengungkit golongan III, letak titik kuasa berada di antara titik tumpu dan titik beban. Contoh pengungkit jenis ketiga antara lain sekop, pinset, sapu, gagang pancing, pemukul bola, dan stapler.

b. Katrol

Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya. Pada tepi roda dikaitkan tali. Katrol digunakan untuk mengangkat atau menarik benda. Ada tiga macam katrol yang biasa digunakan, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk. 27 1 Katrol Tetap Katrol tetap adalah katrol yang tidak berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda. Katrol ditambatkan pada tempat tertentu dan posisi katrol tidak berubah. Tali atau rantai dililitkan pada lingkaran berlekuk. Pada ujung tali ditarik kuasa ke bawah. Penggunaan katrol tetap dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini. Gambar 2.4 Contoh penggunaan katrol tetap a katrol pada tiang bendera, b katrol pada sumur timba Sumber: Sulistyanto 2008:117 Gambar 2.4 menunjukkan bahwa contoh katrol tetap adalah kerekan pada tiang bendera dan sumur timba atau katrol pengangkat barang. 2 Katrol Bebas Katrol bebas adalah katrol yang berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda. Bentuk katrol bebas dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini. Gambar 2.5 Katrol Bebas Sumber: Sulistyanto 2008:118 a b 28 Gambar 2.5 menunjukkan bahwa pada katrol bebas, beban digantungkan di tengah-tengah katrol. Salah satu ujung talinya terikat, sedangkan pada ujung tali lainnya dapat ditarik ke atas. Katrol jenis ini bisa kita temukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan. 3 Katrol Majemuk Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas. Bentuk katrol majemuk dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini. Gambar 2.6 Katrol Majemuk Sumber: Sulistyanto 2008:118 Gambar 2.6 menunjukkan bahwa kedua katrol dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya ditarik maka beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas.

c. Bidang Miring

Bidang miring digunakan untuk memudahkan memindahkan benda. Dengan bantuan bidang miring gaya yang dikeluarkan untuk mendorong benda menjadi lebih kecil daripada diangkat, walaupun lintasan yang ditempuh menjadi lebih panjang. 29 Prinsip kerja bidang miring juga dapat ditemukan pada beberapa perkakas, contohnya kampak, pisau, pahat, obeng, sekrup, paku ulir, baut, dan mata gergaji.

d. Roda Berporos

Roda berporos adalah roda berbentuk silinder yang dihubungkan dengan sebuah poros. Roda dan poros berputar bersama-sama. Contoh penggunaan roda berporos terdapat pada roda sepeda, roda gerobak, setir mobil, setir kapal, dan gerinda. Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Indikator 6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya. 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Materi Sifat-sifat cahaya Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat dibiaskan Azmiyawati 2008:110-116.

a. Cahaya merambat lurus

Jika posisi matahari berada di sebelah timur atau di sebelah barat, sering tampak seberkas cahaya matahari menerobos celah- celah dedaunan. Berkas cahaya matahari akan tampak terlihat merambat lurus. Begitu pula jika melihat permainan sinar laser, akan tampak sinar lurus. 30

b. Cahaya dapat menembus benda bening

Benda yang disimpan di dalam kotak kaca dapat dilihat dengan jelas. Akan tetapi, benda yang disimpan di dalam kotak kayu atau besi tidak dapat dilihat. Alasannya bahan kaca dapat dilalui cahaya, sedangkan bahan kayu atau besi tidak dapat dilalui cahaya. Ini menunjukkan bahwa cahaya dapat menembus benda bening.

c. Cahaya dapat dipantulkan

Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur pemantulan difus dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Arah sinar pantul pada pemantulan baur dan pemantulan teratur dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini. Gambar 2.7 Pemantulan cahaya a pemantulan baur difusi, b pemantula teratur Sumber: Azmiyawati 2008:112 Gambar 2.7 menunjukkan bahwa pada pemantulan baur, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur sinar pantul memiliki arah yang teratur. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung. a b 31 1 Cermin Datar Permukaan bidang pantul pada cermin datar dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini. Gambar 2.8 Cermin Datar Sumber: Azmiyawati 2008:112 Gambar 2.8 menunjukkan bahwa cermin datar merupakan cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa digunakan untuk bercermin. Bayangan pada cermin datar mempunyai sifat-sifat berikut. a Ukuran besar dan tinggi bayangan sama dengan ukuran benda. b Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. c Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu. d Bayangan tegak seperti bendanya. e Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar. 2 Cermin Cembung Permukaan bidang pantul pada cermin cembung dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut ini. 32 Gambar 2.9 Cermin Cembung Sumber: Azmiyawati 2008:113 Gambar 2.9 menunjukkan bahwa cermin cembung merupakan cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak, dan lebih kecil diperkecil daripada benda yang sesungguhnya. 3 Cermin Cekung Permukaan bidang pantul pada cermin cekung dan kegunaan cermin cekung dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut ini. Gambar 2.10 a Cermin cekung, b contoh cermin cekung yang digunakan pada reflektor lampu senter Sumber: Azmiyawati 2008:114 Gambar 2.10 menunjukkan bahwa cermin cekung merupakan cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. a b 33 Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor atau pemantulan cahaya pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin. a Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu maya. b Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata sejati dan terbalik.

d. Cahaya dapat dibiaskan

Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. Kompetensi Dasar 6.2 Membuat suatu karyamodel, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Indikator 6.2.1 Mengetahui alat dan bahan yang digunakan untuk membuat karyamodel yang menerapkan sifat-sifat cahaya. Materi Pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana Sulistyanto 2008:139-141 menyatakan beberapa pemanfaat sifat-sifat cahaya yang dapat dibuat suatu karya atau model menggunakan peralatan yang sederhana antara lain: 34

a. Periskop

1 Kegunaan atau fungsi Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di atas batas pandang. 2 Alat dan bahan a 2 Kotak pasta gigi e Pensil b Lem f Penggaris c Selotip g 2 Cermin datar d Cutter ukuran 3 cm × 3 cm 3 Rancangan alat Dengan menggunakan peralatan yang sederhana dapat dibuat sebuah periskop. Bahan yang digunakan yaitu 2 buah kotak pasta gigi sebagai tabungnya. Di dalam kotak tersebut akan disimpan dua buah cermin datar. Periskop yang akan dibuat berbentuk balok seperti huruf S. Bentuk periskop ini akan disesuaikan dengan kreativitas masing-masing siswa. Siswa boleh membuat bentuk yang lain asalkan periskop dapat digunakan. 4 Cara Membuat a Buatlah persegi pada bagian depan atas kotak dengan ukuran 3 cm × 3 cm. b Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter. c Letakkan cermin pada bagian atas tersebut dengan posisi miring dan bagian depan cermin menghadap ke bawah dan rekatkan dengan selotip. d Buatlah persegi pada bagian bawah belakang kotak dengan ukuran 3 cm × 3 cm. e Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan cutter. 35 f Letakkan cermin pada bagian bawah tersebut dengan posisi miring dan bagian depan cermin menghadap ke atas dan rekatkan dengan selotip. g Potong kotak pasta gigi lainnya menjadi tiga bagian yang sama panjang dengan alas dan tutup yang terbuka. h Tutup kedua lubang yang ada pada bagian depan dan belakang periskop dengan potongan kotak yang telah disiapkan. Rekatkan dengan menggunakan lem atau selotip. b. Kaca pembesar sederhana 1 Kegunaan atau fungsi Kaca pembesar atau lebih dikenal dengan lup merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda atau tulisan yang berukuran kecil. Alat ini biasanya digunakan oleh tukang arlojijam untuk memperbaiki arloji jam tersebut. 2 Alat dan Bahan yang diperlukan a Bola lampu yang tidak terpakai d Karet Balon b Air jernih e Tang c Obeng f Karet gelang 3 Rancangan alat Kaca pembesar sederhana ini terbuat dari bola lampu yang tidak terpakai. Jika ke dalam bola tersebut dimasukkan air maka dapat digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar terlihat lebih jelas. 4 Cara mambuat a Lubangi bagian belakang bola lampu dengan menggunakan obeng dan tang. b Bersihkan bagian dalamnya hingga bersih. c Masukkan air bening ke dalam bola lampu, tutup bagian belakangnya dengan menggunakan karet bekas balon mainan dan ikatlah karet tersebut dengan menggunakan karet gelang. 36 Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber. Kompetensi Dasar

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Indikator

7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan.

7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Materi Jenis-jenis batuan Azmiyawati 2008:125-128 menyatakan bahwa berdasarkan proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku batuan magma atau vulkanik, batuan endapan batuan sedimen, dan batuan malihan batuan metamorf.

a. Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Berbagai macam batuan beku dapat diamati dalam tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1 Jenis batuan beku, ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya No Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses Terbentuknya 1 Batu Oksidan Disebut juga batu kaca. Berwarna hitam atau cokelat tua, permukaannya halus, dan mengilap. Digunakan untuk alat pemotong dan mata tombak. Berasal dari magma yang membeku dengan cepat di permukaan bumi. 2 Batu granit Tersusun atas butiran yang kasar. Ada yang Berasal dari magma yang membeku di 37 No Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses Terbentuknya berwarna putih dan ada yang berwarna keabu-abuan. Dimanfaatkan untuk bahan bangunan. dalam kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara perlahan. Jadi, batu ini termasuk batuan beku dalam. 3 Batu basal Disebut juga batu lava. Berwarna hijau keabu-abuan dan terdiri dari butiran yang sangat kecil. Dimanfaatkan untuk bahan bangunan. Berasal dari magma yang membeku di bawah lapisan kerak bumi, tercampur dengan gas sehingga beronggarongga kecil. 4 Batu andesit Berwarna putih keabu abuan dan butirannya kecil seperti pada batu basal. Dimanfaatkan untuk membuat arca dan bangunan candi. Berasal dari magma yang membeku sangat cepat di bawah kerak bumi. 5 Batu apung Berwarna cokelat bercampur abu-abu muda dan beronggarongga. Digunakan untuk mengampelas kayu dan sebagai bahan penggosok. Berasal dari magma yang membeku di permukaan bumi. Sumber: Azmiyawati 2008:126 Pada tabel 2.1 menunjukkan bahwa terdapat lima jenis batuan beku yaitu batu obsidian, batu granit, batu basal, batu andesit, dan batu apung. Masing-masing jenis batuan beku tersebut memiliki ciri- ciri, manfaat, dan proses terbentuknya yang berbeda-beda antara batu yang satu dengan yang lainnya.

b. Batuan Endapan Batuan Sedimen

Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. 38 Berbagai macam contoh batuan endapan disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut. Tabel 2.2 Jenis batuan endapan, ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya No Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses Terbentuknya 1 Batu konglomerat Terdiri atas kerikil- kerikil yang permukaannya tumpul. Batuan ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku. 2 Batu breksi Terdiri atas kerikil- kerikil yang permukaannya tajam. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku. 3 Batu pasir Terdiri atas butiran- butiran pasir, berwarna abu-abu, merah, kuning, atau putih. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku yang butirannya kecil- kecil. 4 Batu serpih Terdiri dari butiran- butiran batu lempung atau tanah liat, berwarna abu-abu kehijauan, merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat. 5 Batu kapur Terdiri dari butiran- butiran kapur halus, berwarna putih agak keabu-abuan, sebagai bahan campuran pembuat semen. Beraral dari endapan hasil pelapukan tulang dan cangkang hewan hewan laut. Sumber: Azmiyawati 2008:127 39 Pada tabel 2.2 menunjukkan bahwa terdapat lima jenis batuan endapan yaitu batu konglomerat, batu breksi, batu pasir, batu serpih, dan batu kapur. Masing-masing jenis batuan endapan tersebut memiliki ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya yang berbeda- beda antara batu yang satu dengan yang lainnya.

c. Batu Malihan Metamorf

Batuan malihan metamorf berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan metamorfosis. Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terus-menerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan. Contoh batuan malihan dapat dilihat dari tabel 2.3 sebagai berikut. Tabel 2.3 Jenis batuan malihan, ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya No Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses Terbentuknya 1 Batu genes gneiss Berwarna putih keabu-abuan dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga, dan patung. Berasal dari batuan pluto granit yang mengalami metamorfosis karena panas dan tekanan. 2 Batu marmer Berwarna putih dan ada yang hitam, keras, dan permukaannya halus. Marmer biasa digunakan untuk membuat meja, papan nama, batu nisan, dan pelapis dinding bangunan atau lantai. Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis karena panas dan tekanan. 3 Batu sabak Berwarna abu-abu tua, mudah terbelah tipis- tipis, dan permukaannya kasar. Sebelum ada kertas, Berasal dari batuan serpih yang mengalami metamorfosis. 40 No Nama Batuan Ciri-ciri dan Manfaat Proses Terbentuknya batu sabak dimanfaatkan sebagai papan untuk menulis. Sumber: Azmiyawati 2008:127 Pada tabel 2.3 menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis batuan malihan yaitu batu genes, batu marmer, dan batu sabak. Masing- masing jenis batuan malihan tersebut memiliki ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya yang berbeda-beda antara batu yang satu dengan yang lainnya. Proses pembentukan tanah karena pelapukan batuan Tanah terbentuk akibat adanya pelapukan batuan. Ada tiga jenis pelapukan, yaitu pelapukan mekanik atau pelapukan fisika, pelapukan kimia, dan pelapukan biologi Hermana, 2009:163-165.

a. Pelapukan Fisika

Pelapukan fisika disebabkan oleh iklim atau cuaca, suhu, angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam menyebabkan batuan mudah melapuk. Udara pada siang hari sangat panas, pada malam hari sangat dingin. Kejadian semacam ini biasanya terjadi di daerah gurun pasir. Pelapukan fisika juga dapat disebabkan oleh angin dan air. Deburan ombak laut di pantai dapat menghancurkan batuan. Proses hancurnya batuan di tepi pantai akibat hantaman ombak laut disebut abrasi. Sedangkan batuan yang melapuk karena terpaan angin dan gesekan air disebut erosi.

b. Pelapukan Kimia

Pelapukan batuan juga dapat terjadi karena proses kimia. Air dapat melarutkan berbagai zat termasuk batuan. Ada batuan yang mengandung besi, sehingga batuan tersebut akan cepat berkarat dan mudah melapuk. Unsur besi mudah bereaksi dengan oksigen dan air. Air hujan kadang-kadang juga mengandung zat asam. Air hujan yang bercampur dengan gas-gas sisa buangan industri atau 41 pabrik dapat mengakibatkan hujam asam. Hujan asam ini mengakibatkan kerusakan pada batuan.

c. Pelapukan Biologi

Pelapukan biologi dapat terjadi karena adanya aktivitas tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan manusia. Biasanya lumut kerak menempel pada batu-batuan yang basah dan lembab. Lumut kerak ini akan mengeluarkan zat asam yang sedikit demi sedikit dapat menghancurkan batuan yang ditempelinya. Akibatnya permukaan batuan menjadi hancur, kemudian melapuk seperti tanah. Akar dari suatu tumbuh-tumbuhan, dapat pula menghancurkan batuan yang kemudian menjadi tanah. Jadi, tanah adalah hasil campuran pelapukan batuan, pembusukan sisa-sisa makhluk hidup, udara, dan air. Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber. Kompetensi Dasar

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi. Indikator

7.3.1 Mendeskripsikan struktur permukaan bumi. Materi Struktur lapisan kulit bumi Menurut para ahli geologi, struktur bumi dari luar sampai dalam adalah atmosfer, kerak bumi athosfer, selubung mantel bumi, inti bumi luar, dan inti bumi dalam Hermana, 2009:158-159.

a. Atmosfer

Permukaan bumi diselimuti oleh lapisan atmosfer. Atmosfer sebagai pelindung dari pancaran sinar dan panas matahari. Atmosfer terdiri dari beberapa lapisan, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer. 42

b. Lithosfer

Lithosfer disebut juga kulit bumi atau kerak bumi. Lithosfer ini kira-kira memiliki ketebalan 8-40 km. Pada ketebalan 16 km terdiri dari batuan. Pada bagian atas kerak bumi, batuan mengalami pelapukan dan membentuk tanah.

c. Lapisan selubung mantel bumi

Mantel bumi memiliki ketebalan sekitar 2.900 km. Mantel ini terdiri dari bahan batuan yang padat. Lapisan ini mengandung bahan mineral dan silikat.

d. Lapisan inti bumi luar

Lapisan ini memanjang setebal 2.250 km. Di inti bumi luar, terdapat lava pijar yang super-panas. Jadi lapisan ini berupa zat cair. Suhunya kurang lebih 2.200 C. Lava ini diyakini terdiri dari unsur besi dan nikel.

e. Lapisan inti bumi dalam

Inti bumi bagian dalam memiliki ketebalan sampai pusat bumi setebal 1300 km. Diyakini inti bumi dalam ini berupa bola pejal yang terbuat dari bahan yang sangat padat tersusun dari unsur besi dan nikel.

6. Jenis Kelamin

Jenis kelamin ada dua macam yaitu laki-laki dan perempuan. Sundari dalam Purwoko 2012:22 menjelaskan bahwa jenis kelamin seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal. Selain faktor biologis, secara psikologis antara laki-laki dan perempuan memiliki tingkat inteligensi yang berbeda. Hamalik 2007:91 mengungkapkan banyak anak laki-laki yang lemah dalam inteligensi dibandingkan anak perempuan. Rata-rata laki-laki melebihi perempuan dalam hal berpikir umum, berpikir aritmetik, kemampuan dalam meneliti kesamaan-kesamaan, aspek-aspek tertentu tentang informasi umum, 43 kecepatan, koordinasi gerakan-gerakan, pengamatan ruang, dan bakat mekanis. Sedangkan anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan, penggunaan bahasa, perhitungan angka, dan kecepatan perseptual. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dapat dibedakan secara biologis dan psikologis yang dilihat berdasarkan tingkat inteligensi. Perbedaan antara perempuan dan laki- laki secara biologis sejak seseorang lahir. Secara psikologis laki-laki maupun perempuan mempunyai tingkat kecerdasan tersendiri yang bersifat dominan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan beberapa penelitian relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul penelitian. Terdapat lima penelitian relevan dengan penelitian ini antara lain : Penelitian yang pertama dilakukan oleh Pujayanto 2006 dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi IPA Fisika guru kelas 5 SD di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, mendiskripsikan profil miskonsepsi IPA Fisika pada guru kelas 5 SD di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian expose facto dengan teknik pengambilan data yang digunakan berupa tes diagnostik miskonsepsi pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Adapun profil miskonsepsi yang dimiliki guru lebih dari 30 dan besar persentase miskonsepsinya sebagai berikut adalah sebagai berikut: 1. Gaya dapat berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan 45; 2. Gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan 40; 3. Massa benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi sama dengan berat benda di bulan 60; 4. Setiap dua benda bersentuhan