10 jenistipe konsep, yaitu conjuctive concepts, disjunctive concepts,
dan relational concepts 1
Konsep konjungtif, nilai-nilai tertentu yang penting dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut
ditambahkan bersama untuk menghasilkan suatu konsep konjungtif. Dengan cara itu, kita dengan mudah membedakan
antara anjing, kucing, dan kuda misalnya. 2
Konsep disjungtif, sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan
nilai-nilai dapat disubstitusikan antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya dua figur yang masing-masing memiliki
atribut bentuk dan nomor, sedangkan nilai nomor antara keduanya sama, sehingga nilai bentuk dapat berubah.
3 Konsep relasional atau hubungan, yakni suatu konsep yang
mempunyai hubungan-hubungan khusus antar atribut. Misalnya konsep jarak dan konsep arah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis- jenis konsep dapat dibagi menjadi tiga jenis antara lain konsep
konjungtif, konsep disjungtif, dan konsep relasional atau hubungan.
2. Konsepsi
Konsepsi berasal dari kata to conceive yang artinya cara menerima Rustaman, 2012:2-6. Saptono dalam Norika, 2014:8
mendefinisikan konsepsi sebagai kemampuan memahami konsep, baik yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan maupun konsep
yang diperoleh dari pendidikan formal. Berg dalam Norika, 2014:8 mengungkapkan bahwa konsepsi adalah tafsiran perorangan atau
individu terhadap suatu konsep. Contohnya konsep gaya, gaya dapat ditafsirkan oleh seorang anak sebagai suatu dorongan atau tarikan yang
harus dikerjakan oleh kegiatan otot. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi
adalah cara menerima atau kemampuan memahami setiap perorangan atau individu terhadap suatu konsep.
11
3. Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang salah atau tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh
para pakar pada bidangnya Suparno, 2005:4. Salah konsep atau misconception terjadi karena adanya penambahan atau penghilangan
dari apa yang ada pada konsep tersebut. Salah konsep misconception seringkali muncul ketika konsep awal prakonsepsi
yang diterima oleh siswa melalui pengalaman yang mereka alami belum matang. Menurut Suparno 2005:2 miskonsepsi adalah
konsep awal yang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep ilmiah yang diterima para ahli.
Fowler dalam Suparno, 2005:5 menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai
pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-
konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Misalnya tentang konsep binatang. Banyak siswa yang
mengartikan binatang terbatas pada vertebrata, khususnya binatang mamalia yang ditemukan di rumah, kebun, dan kebun binatang. Bila
ditanya “apa binatang itu?” Banyak siswa yang menjawab “binatang adalah makhluk hidup, yang mempunyai kaki, bergerak, mempunyai
bulu, dan hidup di luar rumah atau di hutan”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa miskonsepsi merupakan penggunaan konsep yang salah karena tidak sesuai dengan acuan atau konsep dasar yang ditetapkan
oleh para ahli.
b. Penyebab Miskonsepsi
Suparno 2005:29 menjelaskan bahwa secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu:
siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.
12 1
Siswa
Suparno 2005:34-42
mengungkapkan bahwa
miskonsepsi yang banyak terjadi berasal dari diri siswa itu sendiri.
Miskonsepsi yang
berasal dari
siswa dapat
dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain: a
Prakonsepsi atau konsep awal siswa, banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu
bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali mengandung
miskonsepsi. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di
lingkungan siswa.
b Pemikiran asosiatif siswa, asosiasi siswa terhadap istilah-
istilah sehari-hari
kadang-kadang juga
membuat
miskonsepsi.
c Pemikiran humanistik, siswa kerap kali memandang semua
benda dari pandangan manusiawi.
d Reasoning yang tidak lengkapsalah, miskonsepsi juga
dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap dapat
disebabkan karena informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan tidak lengkap. Akibatnya, siswa menarik
kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya
miskonsepsi siswa.
e Intuisi yang salah, intuisi adalah suatu perasaan dalam diri
seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan
rasional diteliti. Pemikiran intuitif ini sering membuat siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi.
f Tahap perkembangan kognitif siswa, perkembangan
kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Secara
13 umum, siswa yang masih dalam tahap operational concrete
bila mempelajari suatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep bahan tersebut.
g Kemampuan siswa, juga mempunyai pengaruh pada
miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat atau kurang mampu dalam mempelajari materi, sering mengalami
kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar.
h Minat belajar siswa, siswa yang berminat belajar cenderung
rendah mengalami miskonsepsi dari pada yang tidak minat dalam belajar.
2 Guru atau pengajar
Suparno 2005:42-44
mengungkapkan bahwa
miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru. Beberapa penyebab siswa mendapatkan
miskonsepsi karena guru yang tidak menguasi bahan atau mengerti bahan secara tidak benar, guru tidak kompeten dalam
bidangnya, beberapa guru bukan lulusan dari bidang ilmu, guru jarang membuat eksperimen, guru jarang mendiskusikan bahan
dengan siswa, guru jarang menyuruh siswa mengungkapkan konsep mereka, guru jarang memberikan contoh dari
pengalaman sehari-hari yang menantang, beberapa guru memberikan contoh yang keliru, guru tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan atau pandangan mereka, dan terkadang guru menjelaskan tidak
lengkap atau menghilangkan sebagian unsur yang penting. 3
Buku Suparno 2005: 44-47 menjabarkan sebagai berikut :
a Buku teks
Suparno 2005:44-46 mengungkapkan bahwa buku teks juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Penyebab
miskonsepsi karena beberapa hal yang pertama beberapa
14 buku mempunyai kesalahan sehingga menjadi salah satu
sebab adanya miskonsepsi siswa, kedua buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar sehingga
menumbuhkan miskonsepsi karena siswa sulit menangkap isinya, ketiga siswa tidak tahu cara membaca dan belajar
buku teks sehingga banyak siswa yang hanya membaca dengan cepat dan tidak mengerti konsep-konsep baru secara
baik. b
Buku Fiksi Sains Science Fiction Seringkali pengarang membuat gagasan fisika
kurang berdasarkan kaidah ilmu yang sesungguhnya. Misalnya gerak-gerakan tokoh fiksi di udara bebas yang
kadang-kadang tidak
mengindahkan hukum
fisika. Akibatnya, dalam diri anak tertanam nilai dan pengertian
yang tidak benar. Comins dalam Suparno, 2005:46 mengungkapkan bahwa buku fiksi sains sangat baik, tetapi
dalam banyak
hal dapat
juga menyesatkan
dan memunculkan miskonsepsi pada diri siswa.
c Kartun Cartoon
Gambar-gambar kartun dalam majalah sains sering kali dapat memunculkan dan menyebabkan miskonsepsi
pada siswa bila tidak mengindahkan hukum dan teori fisika yang berlaku.
4 Konteks
Suparno 2005:47-50
mengelompokkan konteks
penyebab miskonsepsi menjadi empat kelompok, yaitu: a
Pengalaman Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi
karena pengalaman yang di dapat siswa dalam kehidupan sehari-hari seringkali tidak sesuai dengan konsep dari para
ahli.
15 b
Bahasa sehari-hari Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari
yang mempunyai arti lain atau bahasa seringkali memiliki makna ganda yang membuat siswa bingung. Misalnya,
dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti dan menggunakan istilah berat dengan unit kg. Tetapi dalam fisika, berat
adalah suatu gaya, dan unitnya adalah Newton. c
Teman lain Setiap siswa pastilah senang belajar dalam
kelompok bersama teman-teman kelompoknya dengan mengerjakan PR, mengerjakan soal ataupun melakukan
praktikum, dan belajar bersama. Siswa dengan mudah terpikat pada yang diungkapkan, dipikirkan, dan dibuat oleh
teman-teman satu kelompoknya. Banyak siswa tidak kritis terhadap kesalahan teman, terlebih bila teman itu
dianggapnya dekat, pandai atau berpengaruh. Hal inilah yang seringkali menimbulkan miskonsepsi.
d Keyakinan dan ajaran agama
Keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini secara kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat
menerima penjelasan ilmu pengetahuan. Kadang-kadang siswa mempunyai dualisme gagasan; gagasan menurut ilmu
dan gagasan menurut agama, inilah yang membuat terjadinya miskonsepsi.
5 Metode mengajar
Suparno 2005:50 mengungkapkan bahwa beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang
menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering
mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Misalnya, metode yang sering digunakan oleh guru yaitu
metode ceramah. Metode ceramah, tanpa memberikan
16 kesemapatan
siswa untuk
bertanya dan
juga untuk
mengungkapkan gagasan, sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi, terlebih pada siswa yang kurang mampu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab miskonsepsi diantaranya adalah diri siswa itu sendiri
karena kurang memahami konsep yang sesuai dengan konsep para ahli dan juga dipengaruhi oleh guru yang mengajar, konteks
pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks.
c. Mendeteksi Miskonsepsi
Suparno 2005:121-128 mengungkapkan ada beberapa cara untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Beberapa cara yang bisa
digunakan peneliti dan guru antara lain: 1
Peta Konsep Peta
kosep dapat
digunakan untuk
mendeteksi miskonsepsi siswa. Untuk dapat melihat adanya miskonsepsi
pada siswa, ada baiknya peta konsep itu digabungkan dengan wawancara.
Dalam wawancara
itu siswa
diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gagasannya. Peta
konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi, baik kerangka alternatif atau miskonsepsi siswa.
2 Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka
Tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai
jawaban seperti itu. Dari alasan siswa itulah dapat diketahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa tersebut.
3 Tes Esai Tertulis
Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep yang memang hendak diajarkan atau yang
sudah diajarkan. Tes tersebut dapat mengetahui miskonsepsi yang dibawa siswa dan bidang studi yang diajarkan.
17 4
Wawancara Diagnosis Wawancara berdasarkan beberapa konsep tertentu dapat
dilakukan untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep yang diperkirakan sulit
dimengerti siswa atau beberapa konsep yang pokok dari bahan yang hendak diajarkan. Wawancara dapat berbentuk bebas, guru
bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas menjawab. Wawancara juga bisa dilakukan dengan terstruktur,
dengan menyiapkan pertanyaan dan urutannya secara garis besar sudah disusun.
5 Diskusi dalam Kelas
Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang
hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga bahwa gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap siswa berani bicara untuk mengungkapkan pikiran mereka tentang
persoalan yang dibahas. 6
Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum yang disertai tanya jawab antara guru dengan
siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi bahwa siswa mempunyai miskonsepsi tentang
konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa
menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara
mendeteksi miskonsepsi siswa dapat dilakukan dengan enam cara. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi antara
lain peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan, tes esai, wawancara, diskusi di kelas, dan praktikum dengan tanya jawab.
Beberapa peneliti menggunakan beberapa cara itu bersama-sama untuk melengkapi, seperti tes esai dengan wawancara. Perlu
18 ditekankan bahwa siswa diberi kesempatan mengungkapkan gagasan
mereka sehingga dapat dimengerti miskonsepsi yang dipunyai.
d. Kiat Mengatasi Miskonsepsi
Suparno 2005:55 mengungkapkan bahwa secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi
adalah: 1
Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa 2
Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut 3
Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi Secara umum kiat yang tepat untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi adalah mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa itu, mencari sebab-sebabnya, dan dengan pengertian
itu menentukan cara yang sesuai. Membantu siswa mengatasi miskonsepsi, pertama-tama guru perlu mengerti kerangka berpikir
siswa. Dengan mengetahui cara berpikir, cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, guru dapat mengetahui dengan tepat letak
miskonsepsi siswa sehingga dapat membantunya. Beberapa hal yang dapat dibuat untuk dapat memahami gagasan siswa:
1 Siswa dibebaskan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya
mengenai bahan yang sedang dibicarakan. Hal ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
2 Guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang
biasanya membuat siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara jujur. Pertanyaan ini dapat dilakukan secara pribadi
maupun umum di kelas. Dari jawaban yang jujur itu dapat dilihat apakah gagasan siswa benar atau tidak.
3 Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu
yang biasanya mengandung miskonsepsi dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. Guru memantau dari jalannya
diskusi konsep-konsep yang salah. Berdasarkan penjelasan tentang kiat mengatasi miskonsepsi
di atas, bahwa ada banyak cara untuk membantu siswa mengatasi
19 miskonsepsi. Tetapi tidak setiap cara itu sesuai dengan siswa yang
mengalami miskonsepsi, karena kesalahan siswa yang beraneka ragam. Maka penting bahwa guru pertama-tama mengerti letak
miskonsepsi siswa dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah mencoba beberapa cara yang sesuai dengan keadaan siswa.
4. Ilmu Pengetahuan Alam IPA
a. Pengertian IPA
Samatowa 2011:3 berpendapat bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu natural
science, artinya ilmu pengetahuan alam. IPA ini membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Sukarno
dalam Wisudawati
dan Sulistyowati
2014:23 mengungkapkan bahwa IPA diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.
Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari KTSP, 2006:161. Carin dan Sund
dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014:23 mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,
berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-
kejadian yang ada di alam yang disusun secara sistematis dan teratur, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
20 berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA,
sebagaimana sistem-sistem lainnya terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran pembelajaran.
Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:26.
Hakikat pembelajaran IPA yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu
pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap Susanto,
2013:167 1
Ilmu pengetahuan alam sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk
konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta,
prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. 2
Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA
merupakan kumpulan
fakta dan
konsep, maka
IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang
akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.
21 3
Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap yaitu sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan
sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan
penelitian dan
mengomunikasikan hasil
penelitiannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan hakikat IPA
dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.
c. Pengaruh Belajar IPA
Purnomo 2008: 269 mengungkapkan bahwa pengalaman belajar dalam kurikulum IPA membantu siswa untuk:
1 menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif,
2 memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya,
3 memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berfikir kreatif, fleksibel, dan inofatif, 4
mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep IPA, 5
menilai dan menggunakan produk teknologi IPA, 6
memahami bahwa karier dalam IPA dan teknologi sangat cocok bagi pria dan wanita,
7 membuat penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan
lingkungan alam dan buatan, 8
bertanggung jawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, 9
memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu IPA dan teknologi, dan
10 menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
d. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Konsep IPA di sekolah
dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri.
22 Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam
Badan Nasional Standar Pendidikan BSNP dalam Susanto 2013:171 dimaksudkan untuk:
1 Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2 Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3 Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4 Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6 Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
5. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya. Kompetensi Dasar
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet.
Indikator
5.1.1 Menyebutkan macam-macam gaya. 5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya.
23
Materi Macam-macam gaya
Azmiyawati 2008:82-93 menyatakan beberapa macam gaya
berdasarkan sumbernya antara lain: a.
Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi adalah kekuatan atau tarikan yang dimiliki oleh benda yang memiliki massa. Faktor-faktor yang mempengaruhi
gaya gravitasi yaitu: 1
Gaya gravitasi dapat menimbulkan energi gerak. 2
Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tegantung pada jarak benda dari pusat. Semakin jauh jarak benda dari bumi,
gaya gravitasi yang mempengaruhinya semakin kecil. 3
Benda yang lebih luas permukaannya akan lebih lambat jatuh ke bawah.
4 Arah gaya gravitasi berlawanan dengan gaya gesek. Gaya gesek
bersifat menahan gerak benda sehingga gerak jatuhnya benda lebih lambat. Arah gaya gesek berlawanan dengan gaya yang
ditahannya.
b. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang dihasilkan oleh permukaan kasar untuk melawan gaya yang menggerakkan suatu benda. Faktor-
faktor yang mempengaruhi gaya gesek yaitu: 1
Pada permukaan licin, gaya gesekan yang terjadi juga kecil. Akibatnya, benda itu semakin mudah bergerak pada permukaan
tersebut. 2
Memperhalus permukaan benda yang bergesekan dapat memperkecil gaya gesek.
3 Benda yang lebih halus akan menimbulkan gaya gesek yang
lebih kecil. 4
Semakin kecil luas permukaan benda yang bersentuhan, gaya geseknya semakin kecil.
24
c. Gaya Magnet
Gaya magnet adalah gaya yang disebabkan oleh magnet. Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik atau menempel
pada logam besi atau baja. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya magnet yaitu:
1 Magnet hanya menarik benda-benda tertentu, yaitu benda yang
terbuat dari logam. 2
Apabila magnet didekatkan pada benda yang terbuat dari logam, akan timbul gaya gerak sehingga benda tersebut tertarik menuju
magnet atau tertolak menjauhi magnet. 3
Apabila antara benda logam dengan magnet terdapat penghalang, pengaruh gaya magnet dipengaruhi oleh ketebalan
penghalang, jarak antara benda logam dengan magnet, dan jenis benda penghalang.
Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya. Kompetensi Dasar
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan
lebih mudah dan lebih cepat. Indikator
5.2.1 Mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana. 5.2.2 Menyebutkan contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama
5.2.3 Menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
5.2.4 Menjelaskan perbedaan golongan pengungkit. 5.2.5 Menjelaskan fungsi bidang miring.
Materi Jenis-jenis pesawat sederhana dan kegunaannya
Pesawat adalah alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Pesawat dapat memperkecil gaya yang kamu keluarkan.
25 Pesawat ada yang rumit dan ada yang sederhana. Pesawat rumit tersusun
atas pesawat-pesawat sederhana. Pesawat sederhana adalah alat-alat bantu sederhana yang membantu meringankan pekerjaan manusia.
Pada prinsipnya, pesawat sederhana terbagi menjadi empat macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
Fungsi pesawat sederhana adalah untuk mengubah energi, mengubah arah gaya, memindahkan energi, menghemat energi, menghemat waktu,
serta memudahkan pekerjaan manusia Hermana, 2009:122-126.
a. Tuas atau Pengungkit
Tuas disebut juga pengungkit. Pada pengungkit terdapat kuasa, beban, dan titik tumpu. Kuasa adalah gaya yang bekerja pada
pengungkit. Beban adalah berat benda. Titik tumpu adalah tempat beban bertumpu.
1 Pengungkit Golongan Pertama
Prinsip kerja pengungkit golongan pertama dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Pengungkit Golongan I Sumber: Azmiyawati 2008:99
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa pada pengungkit golongan I, letak titik tumpu berada di antara beban dan kuasa. Contoh
pengungkit jenis pertama adalah jungkat-jungkit, pompa air tangan, gunting, linggis pencabut paku, pemotong kuku, dan
tang.
2 Pengungkit Golongan Kedua
Prinsip kerja pengungkit golongan kedua dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.
26 Gambar 2.2 Prinsip Kerja Pengungkit Golongan II
Sumber: Azmiyawati 2008:99 Gambar 2.2 menunjukkan bahwa pada pengungkit golongan II,
kedudukan beban berada di antara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh pengungkit jenis kedua adalah alat pembuka tutup botol,
gerobak dorong, pemecah biji-bijian, pemotong kertas, dan pembuka kaleng.
3 Pengungkit Golongan Ketiga
Prinsip kerja pengungkit golongan ketiga dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Pengungkit Golongan III Sumber: Azmiyawati 2008:100
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa pada pengungkit golongan III, letak titik kuasa berada di antara titik tumpu dan titik beban.
Contoh pengungkit jenis ketiga antara lain sekop, pinset, sapu, gagang pancing, pemukul bola, dan stapler.
b. Katrol
Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya. Pada tepi roda dikaitkan tali. Katrol digunakan untuk mengangkat atau
menarik benda. Ada tiga macam katrol yang biasa digunakan, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk.
27
1 Katrol Tetap
Katrol tetap adalah katrol yang tidak berubah posisinya
ketika digunakan
untuk memindahkan
benda. Katrol
ditambatkan pada tempat tertentu dan posisi katrol tidak berubah. Tali atau rantai dililitkan pada lingkaran berlekuk.
Pada ujung tali ditarik kuasa ke bawah. Penggunaan katrol tetap dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4 Contoh penggunaan katrol tetap a katrol pada tiang bendera, b katrol pada sumur timba
Sumber: Sulistyanto 2008:117 Gambar 2.4 menunjukkan bahwa contoh katrol tetap adalah
kerekan pada tiang bendera dan sumur timba atau katrol pengangkat barang.
2 Katrol Bebas
Katrol bebas adalah katrol yang berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda. Bentuk katrol bebas
dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini.
Gambar 2.5 Katrol Bebas Sumber: Sulistyanto 2008:118
a b
28 Gambar 2.5 menunjukkan bahwa pada katrol bebas, beban
digantungkan di tengah-tengah katrol. Salah satu ujung talinya terikat, sedangkan pada ujung tali lainnya dapat ditarik ke atas.
Katrol jenis ini bisa kita temukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.
3 Katrol Majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas. Bentuk katrol majemuk dapat dilihat pada
gambar 2.6 berikut ini.
Gambar 2.6 Katrol Majemuk Sumber: Sulistyanto 2008:118
Gambar 2.6 menunjukkan bahwa kedua katrol dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol
bebas. Salah satu ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya ditarik maka beban akan
terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas.
c. Bidang Miring
Bidang miring digunakan untuk memudahkan memindahkan benda. Dengan bantuan bidang miring gaya yang dikeluarkan untuk
mendorong benda menjadi lebih kecil daripada diangkat, walaupun lintasan yang ditempuh menjadi lebih panjang.
29 Prinsip kerja bidang miring juga dapat ditemukan pada
beberapa perkakas, contohnya kampak, pisau, pahat, obeng, sekrup, paku ulir, baut, dan mata gergaji.
d. Roda Berporos
Roda berporos adalah roda berbentuk silinder yang dihubungkan dengan sebuah poros. Roda dan poros berputar
bersama-sama. Contoh penggunaan roda berporos terdapat pada roda sepeda, roda gerobak, setir mobil, setir kapal, dan gerinda.
Standar Kompetensi
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
Indikator
6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya. 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin.
Materi Sifat-sifat cahaya
Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya
adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat
dibiaskan Azmiyawati 2008:110-116.
a. Cahaya merambat lurus
Jika posisi matahari berada di sebelah timur atau di sebelah barat, sering tampak seberkas cahaya matahari menerobos celah-
celah dedaunan. Berkas cahaya matahari akan tampak terlihat merambat lurus. Begitu pula jika melihat permainan sinar laser, akan
tampak sinar lurus.
30
b. Cahaya dapat menembus benda bening
Benda yang disimpan di dalam kotak kaca dapat dilihat dengan jelas. Akan tetapi, benda yang disimpan di dalam kotak kayu
atau besi tidak dapat dilihat. Alasannya bahan kaca dapat dilalui cahaya, sedangkan bahan kayu atau besi tidak dapat dilalui cahaya.
Ini menunjukkan bahwa cahaya dapat menembus benda bening.
c. Cahaya dapat dipantulkan
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur pemantulan difus dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi
apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai
permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Arah sinar pantul pada
pemantulan baur dan pemantulan teratur dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini.
Gambar 2.7 Pemantulan cahaya a pemantulan baur difusi, b pemantula teratur
Sumber: Azmiyawati 2008:112 Gambar 2.7 menunjukkan bahwa pada pemantulan baur, sinar pantul
arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur sinar pantul memiliki arah yang teratur.
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan
cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung.
a b
31
1 Cermin Datar
Permukaan bidang pantul pada cermin datar dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini.
Gambar 2.8 Cermin Datar Sumber: Azmiyawati 2008:112
Gambar 2.8 menunjukkan bahwa cermin datar merupakan cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak
melengkung. Cermin datar biasa digunakan untuk bercermin. Bayangan pada cermin datar mempunyai sifat-sifat
berikut. a
Ukuran besar dan tinggi bayangan sama dengan ukuran benda.
b Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke
cermin. c
Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan kirimu akan menjadi tangan kanan
bayanganmu. d
Bayangan tegak seperti bendanya. e
Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap
oleh layar.
2 Cermin Cembung
Permukaan bidang pantul pada cermin cembung dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut ini.
32 Gambar 2.9 Cermin Cembung
Sumber: Azmiyawati 2008:113 Gambar 2.9 menunjukkan bahwa cermin cembung merupakan
cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada
kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak, dan lebih kecil diperkecil daripada benda yang
sesungguhnya.
3 Cermin Cekung
Permukaan bidang pantul pada cermin cekung dan kegunaan cermin cekung dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut
ini.
Gambar 2.10 a Cermin cekung, b contoh cermin cekung yang digunakan pada reflektor lampu senter
Sumber: Azmiyawati 2008:114 Gambar 2.10 menunjukkan bahwa cermin cekung merupakan
cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. a
b
33 Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor atau
pemantulan cahaya pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung
sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin.
a Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda
bersifat tegak, lebih besar, dan semu maya. b
Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata sejati dan terbalik.
d. Cahaya dapat dibiaskan
Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila cahaya
merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat
dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.
Standar Kompetensi
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
Kompetensi Dasar
6.2 Membuat suatu karyamodel, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
Indikator
6.2.1 Mengetahui alat dan bahan yang digunakan untuk membuat
karyamodel yang menerapkan sifat-sifat cahaya. Materi
Pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana
Sulistyanto 2008:139-141 menyatakan beberapa pemanfaat sifat-sifat cahaya yang dapat dibuat suatu karya atau model menggunakan
peralatan yang sederhana antara lain:
34
a. Periskop
1 Kegunaan atau fungsi
Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat
pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di
atas batas pandang. 2
Alat dan bahan a
2 Kotak pasta gigi e Pensil
b Lem
f Penggaris c
Selotip g 2 Cermin datar
d Cutter
ukuran 3 cm × 3 cm 3
Rancangan alat Dengan menggunakan peralatan yang sederhana dapat
dibuat sebuah periskop. Bahan yang digunakan yaitu 2 buah kotak pasta gigi sebagai tabungnya. Di dalam kotak tersebut
akan disimpan dua buah cermin datar. Periskop yang akan dibuat berbentuk balok seperti huruf
S. Bentuk periskop ini akan disesuaikan dengan kreativitas masing-masing siswa. Siswa boleh membuat bentuk yang lain
asalkan periskop dapat digunakan. 4
Cara Membuat a
Buatlah persegi pada bagian depan atas kotak dengan ukuran 3 cm × 3 cm.
b Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan
cutter. c
Letakkan cermin pada bagian atas tersebut dengan posisi miring dan bagian depan cermin menghadap ke bawah dan
rekatkan dengan selotip. d
Buatlah persegi pada bagian bawah belakang kotak dengan ukuran 3 cm × 3 cm.
e Lubangi bagian persegi tersebut dengan menggunakan
cutter.
35 f
Letakkan cermin pada bagian bawah tersebut dengan posisi miring dan bagian depan cermin menghadap ke atas dan
rekatkan dengan selotip. g
Potong kotak pasta gigi lainnya menjadi tiga bagian yang sama panjang dengan alas dan tutup yang terbuka.
h Tutup kedua lubang yang ada pada bagian depan dan
belakang periskop dengan potongan kotak yang telah
disiapkan. Rekatkan dengan menggunakan lem atau selotip. b.
Kaca pembesar sederhana
1 Kegunaan atau fungsi
Kaca pembesar atau lebih dikenal dengan lup merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda atau tulisan yang
berukuran kecil. Alat ini biasanya digunakan oleh tukang
arlojijam untuk memperbaiki arloji jam tersebut.
2 Alat dan Bahan yang diperlukan
a Bola lampu yang tidak terpakai
d Karet Balon b
Air jernih e Tang
c Obeng
f Karet gelang 3
Rancangan alat Kaca pembesar sederhana ini terbuat dari bola lampu yang tidak
terpakai. Jika ke dalam bola tersebut dimasukkan air maka dapat digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar terlihat lebih
jelas. 4
Cara mambuat a
Lubangi bagian belakang bola lampu dengan menggunakan obeng dan tang.
b Bersihkan bagian dalamnya hingga bersih.
c Masukkan air bening ke dalam bola lampu, tutup bagian
belakangnya dengan menggunakan karet bekas balon mainan dan ikatlah karet tersebut dengan menggunakan
karet gelang.
36
Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber. Kompetensi Dasar
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Indikator
7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan.
7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
Materi Jenis-jenis batuan
Azmiyawati 2008:125-128 menyatakan bahwa berdasarkan
proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku batuan magma
atau vulkanik, batuan endapan batuan sedimen, dan batuan malihan
batuan metamorf.
a. Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan benda cair yang sangat panas dan
terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Berbagai macam batuan beku dapat diamati dalam tabel
2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Jenis batuan beku, ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya
No Nama Batuan Ciri-ciri dan
Manfaat Proses
Terbentuknya
1 Batu Oksidan
Disebut juga batu kaca. Berwarna hitam
atau cokelat tua, permukaannya halus,
dan mengilap. Digunakan untuk alat
pemotong dan mata tombak.
Berasal dari magma yang membeku
dengan cepat di permukaan bumi.
2 Batu granit
Tersusun atas butiran yang kasar. Ada yang
Berasal dari magma yang membeku di
37
No Nama Batuan Ciri-ciri dan
Manfaat Proses
Terbentuknya
berwarna putih dan ada yang berwarna
keabu-abuan. Dimanfaatkan untuk
bahan bangunan. dalam kerak bumi.
Proses pembekuan ini berlangsung
secara perlahan. Jadi, batu ini
termasuk batuan beku dalam.
3
Batu basal
Disebut juga batu lava. Berwarna hijau
keabu-abuan dan terdiri dari butiran
yang sangat kecil. Dimanfaatkan untuk
bahan bangunan. Berasal dari magma
yang membeku di bawah lapisan kerak
bumi, tercampur dengan gas sehingga
beronggarongga kecil.
4
Batu andesit
Berwarna putih keabu abuan dan butirannya
kecil seperti pada batu basal. Dimanfaatkan
untuk membuat arca dan bangunan candi.
Berasal dari magma yang membeku
sangat cepat di bawah kerak bumi.
5 Batu apung
Berwarna cokelat bercampur abu-abu
muda dan beronggarongga.
Digunakan untuk mengampelas kayu
dan sebagai bahan penggosok.
Berasal dari magma yang membeku di
permukaan bumi.
Sumber: Azmiyawati 2008:126
Pada tabel 2.1 menunjukkan bahwa terdapat lima jenis batuan beku yaitu batu obsidian, batu granit, batu basal, batu andesit, dan
batu apung. Masing-masing jenis batuan beku tersebut memiliki ciri- ciri, manfaat, dan proses terbentuknya yang berbeda-beda antara
batu yang satu dengan yang lainnya.
b. Batuan Endapan Batuan Sedimen
Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan
yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan.
38 Berbagai macam contoh batuan endapan disajikan dalam tabel 2.2
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Jenis batuan endapan, ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya
No Nama Batuan Ciri-ciri dan
Manfaat Proses
Terbentuknya
1 Batu
konglomerat
Terdiri atas kerikil- kerikil yang
permukaannya tumpul. Batuan
ini banyak digunakan sebagai
bahan bangunan. Berasal dari endapan
hasil pelapukan batuan beku.
2 Batu breksi
Terdiri atas kerikil- kerikil yang
permukaannya tajam. Batuan ini
banyak dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan. Berasal dari endapan
hasil pelapukan batuan beku.
3 Batu pasir
Terdiri atas butiran- butiran pasir,
berwarna abu-abu, merah,
kuning, atau putih. Batuan ini
banyak dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan. Berasal dari endapan
hasil pelapukan batuan
beku yang butirannya kecil-
kecil.
4 Batu serpih
Terdiri dari butiran- butiran batu lempung
atau tanah liat, berwarna abu-abu
kehijauan, merah, atau kuning. Dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan
batuan tanah liat.
5 Batu kapur
Terdiri dari butiran- butiran kapur halus,
berwarna putih agak keabu-abuan, sebagai
bahan campuran pembuat semen.
Beraral dari endapan hasil pelapukan
tulang dan cangkang hewan hewan laut.
Sumber: Azmiyawati 2008:127
39 Pada tabel 2.2 menunjukkan bahwa terdapat lima jenis batuan
endapan yaitu batu konglomerat, batu breksi, batu pasir, batu serpih, dan batu kapur. Masing-masing jenis batuan endapan tersebut
memiliki ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya yang berbeda- beda antara batu yang satu dengan yang lainnya.
c. Batu Malihan Metamorf
Batuan malihan metamorf berasal dari batuan sedimen yang
mengalami perubahan metamorfosis. Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari
dalam Bumi. Jika mendapat panas terus-menerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan. Contoh batuan malihan dapat
dilihat dari tabel 2.3 sebagai berikut.
Tabel 2.3 Jenis batuan malihan, ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya
No Nama Batuan Ciri-ciri dan
Manfaat Proses
Terbentuknya
1 Batu genes
gneiss
Berwarna putih keabu-abuan dan
keras. Batu genes dimanfaatkan untuk
membuat barang kerajinan seperti
asbak, jambangan bunga, dan patung.
Berasal dari batuan pluto granit yang
mengalami metamorfosis karena
panas dan tekanan.
2
Batu marmer
Berwarna putih dan ada yang hitam, keras,
dan permukaannya halus. Marmer biasa
digunakan untuk membuat meja, papan
nama, batu nisan, dan pelapis dinding
bangunan atau lantai. Berasal dari batuan
kapur yang mengalami
metamorfosis karena panas dan
tekanan.
3 Batu sabak
Berwarna abu-abu tua, mudah terbelah tipis-
tipis, dan permukaannya kasar.
Sebelum ada kertas, Berasal dari batuan
serpih yang mengalami
metamorfosis.
40
No Nama Batuan Ciri-ciri dan
Manfaat Proses
Terbentuknya
batu sabak dimanfaatkan sebagai
papan untuk menulis.
Sumber: Azmiyawati 2008:127
Pada tabel 2.3 menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis batuan malihan yaitu batu genes, batu marmer, dan batu sabak. Masing-
masing jenis batuan malihan tersebut memiliki ciri-ciri, manfaat, dan proses terbentuknya yang berbeda-beda antara batu yang satu dengan
yang lainnya.
Proses pembentukan tanah karena pelapukan batuan
Tanah terbentuk akibat adanya pelapukan batuan. Ada tiga jenis pelapukan, yaitu pelapukan mekanik atau pelapukan fisika, pelapukan
kimia, dan pelapukan biologi Hermana, 2009:163-165.
a. Pelapukan Fisika
Pelapukan fisika disebabkan oleh iklim atau cuaca, suhu, angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan
malam menyebabkan batuan mudah melapuk. Udara pada siang hari sangat panas, pada malam hari sangat dingin. Kejadian semacam ini
biasanya terjadi di daerah gurun pasir. Pelapukan fisika juga dapat disebabkan oleh angin dan air.
Deburan ombak laut di pantai dapat menghancurkan batuan. Proses hancurnya batuan di tepi pantai akibat hantaman ombak laut disebut
abrasi. Sedangkan batuan yang melapuk karena terpaan angin dan gesekan air disebut erosi.
b. Pelapukan Kimia
Pelapukan batuan juga dapat terjadi karena proses kimia. Air dapat melarutkan berbagai zat termasuk batuan. Ada batuan yang
mengandung besi, sehingga batuan tersebut akan cepat berkarat dan mudah melapuk. Unsur besi mudah bereaksi dengan oksigen dan air.
Air hujan kadang-kadang juga mengandung zat asam. Air hujan yang bercampur dengan gas-gas sisa buangan industri atau
41 pabrik dapat mengakibatkan hujam asam. Hujan asam ini
mengakibatkan kerusakan pada batuan.
c. Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi dapat terjadi karena adanya aktivitas tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan manusia. Biasanya lumut kerak
menempel pada batu-batuan yang basah dan lembab. Lumut kerak ini akan mengeluarkan zat asam yang sedikit demi sedikit dapat
menghancurkan batuan yang ditempelinya. Akibatnya permukaan batuan menjadi hancur, kemudian melapuk seperti tanah.
Akar dari
suatu tumbuh-tumbuhan,
dapat pula
menghancurkan batuan yang kemudian menjadi tanah. Jadi, tanah adalah hasil campuran pelapukan batuan, pembusukan sisa-sisa
makhluk hidup, udara, dan air.
Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber. Kompetensi Dasar
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi. Indikator
7.3.1 Mendeskripsikan struktur permukaan bumi.
Materi Struktur lapisan kulit bumi
Menurut para ahli geologi, struktur bumi dari luar sampai dalam adalah atmosfer, kerak bumi athosfer, selubung mantel bumi, inti
bumi luar, dan inti bumi dalam Hermana, 2009:158-159.
a. Atmosfer
Permukaan bumi diselimuti oleh lapisan atmosfer. Atmosfer sebagai pelindung dari pancaran sinar dan panas matahari. Atmosfer
terdiri dari beberapa lapisan, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer.
42
b. Lithosfer
Lithosfer disebut juga kulit bumi atau kerak bumi. Lithosfer ini kira-kira memiliki ketebalan 8-40 km. Pada ketebalan 16 km
terdiri dari batuan. Pada bagian atas kerak bumi, batuan mengalami pelapukan dan membentuk tanah.
c. Lapisan selubung mantel bumi
Mantel bumi memiliki ketebalan sekitar 2.900 km. Mantel ini terdiri dari bahan batuan yang padat. Lapisan ini mengandung bahan
mineral dan silikat.
d. Lapisan inti bumi luar
Lapisan ini memanjang setebal 2.250 km. Di inti bumi luar, terdapat lava pijar yang super-panas. Jadi lapisan ini berupa zat cair.
Suhunya kurang lebih 2.200 C. Lava ini diyakini terdiri dari unsur
besi dan nikel.
e. Lapisan inti bumi dalam
Inti bumi bagian dalam memiliki ketebalan sampai pusat bumi setebal 1300 km. Diyakini inti bumi dalam ini berupa bola
pejal yang terbuat dari bahan yang sangat padat tersusun dari unsur besi dan nikel.
6. Jenis Kelamin
Jenis kelamin ada dua macam yaitu laki-laki dan perempuan. Sundari dalam Purwoko 2012:22 menjelaskan bahwa jenis kelamin
seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.
Selain faktor biologis, secara psikologis antara laki-laki dan perempuan memiliki tingkat inteligensi yang berbeda. Hamalik 2007:91
mengungkapkan banyak anak laki-laki yang lemah dalam inteligensi dibandingkan anak perempuan. Rata-rata laki-laki melebihi perempuan
dalam hal berpikir umum, berpikir aritmetik, kemampuan dalam meneliti kesamaan-kesamaan, aspek-aspek tertentu tentang informasi umum,
43 kecepatan, koordinasi gerakan-gerakan, pengamatan ruang, dan bakat
mekanis. Sedangkan anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan, penggunaan bahasa, perhitungan angka, dan kecepatan
perseptual. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
kelamin dapat dibedakan secara biologis dan psikologis yang dilihat berdasarkan tingkat inteligensi. Perbedaan antara perempuan dan laki-
laki secara biologis sejak seseorang lahir. Secara psikologis laki-laki maupun perempuan mempunyai tingkat kecerdasan tersendiri yang
bersifat dominan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan beberapa penelitian relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul penelitian. Terdapat lima penelitian relevan dengan
penelitian ini antara lain : Penelitian yang pertama dilakukan oleh Pujayanto 2006 dengan
judul “Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi IPA Fisika guru kelas 5 SD di
Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, mendiskripsikan profil miskonsepsi IPA Fisika pada guru kelas 5 SD di Kecamatan Tasikmadu
Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian expose facto dengan teknik pengambilan data yang
digunakan berupa tes diagnostik miskonsepsi pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Adapun
profil miskonsepsi yang dimiliki guru lebih dari 30 dan besar persentase miskonsepsinya sebagai berikut adalah sebagai berikut: 1. Gaya dapat
berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan 45; 2. Gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan 40; 3. Massa
benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi sama dengan berat benda di bulan 60; 4. Setiap dua benda bersentuhan