19 miskonsepsi. Tetapi tidak setiap cara itu sesuai dengan siswa yang
mengalami miskonsepsi, karena kesalahan siswa yang beraneka ragam. Maka penting bahwa guru pertama-tama mengerti letak
miskonsepsi siswa dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah mencoba beberapa cara yang sesuai dengan keadaan siswa.
4. Ilmu Pengetahuan Alam IPA
a. Pengertian IPA
Samatowa 2011:3 berpendapat bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu natural
science, artinya ilmu pengetahuan alam. IPA ini membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Sukarno
dalam Wisudawati
dan Sulistyowati
2014:23 mengungkapkan bahwa IPA diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.
Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari KTSP, 2006:161. Carin dan Sund
dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014:23 mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,
berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-
kejadian yang ada di alam yang disusun secara sistematis dan teratur, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
20 berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA,
sebagaimana sistem-sistem lainnya terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran pembelajaran.
Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran IPA terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran Wisudawati dan Sulistyowati, 2014:26.
Hakikat pembelajaran IPA yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu
pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap Susanto,
2013:167 1
Ilmu pengetahuan alam sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk
konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta,
prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. 2
Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA
merupakan kumpulan
fakta dan
konsep, maka
IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang
akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.
21 3
Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap yaitu sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan
sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan
penelitian dan
mengomunikasikan hasil
penelitiannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan hakikat IPA
dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.
c. Pengaruh Belajar IPA