11
3. Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang salah atau tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh
para pakar pada bidangnya Suparno, 2005:4. Salah konsep atau misconception terjadi karena adanya penambahan atau penghilangan
dari apa yang ada pada konsep tersebut. Salah konsep misconception seringkali muncul ketika konsep awal prakonsepsi
yang diterima oleh siswa melalui pengalaman yang mereka alami belum matang. Menurut Suparno 2005:2 miskonsepsi adalah
konsep awal yang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep ilmiah yang diterima para ahli.
Fowler dalam Suparno, 2005:5 menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai
pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-
konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Misalnya tentang konsep binatang. Banyak siswa yang
mengartikan binatang terbatas pada vertebrata, khususnya binatang mamalia yang ditemukan di rumah, kebun, dan kebun binatang. Bila
ditanya “apa binatang itu?” Banyak siswa yang menjawab “binatang adalah makhluk hidup, yang mempunyai kaki, bergerak, mempunyai
bulu, dan hidup di luar rumah atau di hutan”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa miskonsepsi merupakan penggunaan konsep yang salah karena tidak sesuai dengan acuan atau konsep dasar yang ditetapkan
oleh para ahli.
b. Penyebab Miskonsepsi
Suparno 2005:29 menjelaskan bahwa secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu:
siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.
12 1
Siswa
Suparno 2005:34-42
mengungkapkan bahwa
miskonsepsi yang banyak terjadi berasal dari diri siswa itu sendiri.
Miskonsepsi yang
berasal dari
siswa dapat
dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain: a
Prakonsepsi atau konsep awal siswa, banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu
bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali mengandung
miskonsepsi. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di
lingkungan siswa.
b Pemikiran asosiatif siswa, asosiasi siswa terhadap istilah-
istilah sehari-hari
kadang-kadang juga
membuat
miskonsepsi.
c Pemikiran humanistik, siswa kerap kali memandang semua
benda dari pandangan manusiawi.
d Reasoning yang tidak lengkapsalah, miskonsepsi juga
dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap dapat
disebabkan karena informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan tidak lengkap. Akibatnya, siswa menarik
kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya
miskonsepsi siswa.
e Intuisi yang salah, intuisi adalah suatu perasaan dalam diri
seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan
rasional diteliti. Pemikiran intuitif ini sering membuat siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi.
f Tahap perkembangan kognitif siswa, perkembangan
kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Secara
13 umum, siswa yang masih dalam tahap operational concrete
bila mempelajari suatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep bahan tersebut.
g Kemampuan siswa, juga mempunyai pengaruh pada
miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat atau kurang mampu dalam mempelajari materi, sering mengalami
kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar.
h Minat belajar siswa, siswa yang berminat belajar cenderung
rendah mengalami miskonsepsi dari pada yang tidak minat dalam belajar.
2 Guru atau pengajar
Suparno 2005:42-44
mengungkapkan bahwa
miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru. Beberapa penyebab siswa mendapatkan
miskonsepsi karena guru yang tidak menguasi bahan atau mengerti bahan secara tidak benar, guru tidak kompeten dalam
bidangnya, beberapa guru bukan lulusan dari bidang ilmu, guru jarang membuat eksperimen, guru jarang mendiskusikan bahan
dengan siswa, guru jarang menyuruh siswa mengungkapkan konsep mereka, guru jarang memberikan contoh dari
pengalaman sehari-hari yang menantang, beberapa guru memberikan contoh yang keliru, guru tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan atau pandangan mereka, dan terkadang guru menjelaskan tidak
lengkap atau menghilangkan sebagian unsur yang penting. 3
Buku Suparno 2005: 44-47 menjabarkan sebagai berikut :
a Buku teks
Suparno 2005:44-46 mengungkapkan bahwa buku teks juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Penyebab
miskonsepsi karena beberapa hal yang pertama beberapa
14 buku mempunyai kesalahan sehingga menjadi salah satu
sebab adanya miskonsepsi siswa, kedua buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar sehingga
menumbuhkan miskonsepsi karena siswa sulit menangkap isinya, ketiga siswa tidak tahu cara membaca dan belajar
buku teks sehingga banyak siswa yang hanya membaca dengan cepat dan tidak mengerti konsep-konsep baru secara
baik. b
Buku Fiksi Sains Science Fiction Seringkali pengarang membuat gagasan fisika
kurang berdasarkan kaidah ilmu yang sesungguhnya. Misalnya gerak-gerakan tokoh fiksi di udara bebas yang
kadang-kadang tidak
mengindahkan hukum
fisika. Akibatnya, dalam diri anak tertanam nilai dan pengertian
yang tidak benar. Comins dalam Suparno, 2005:46 mengungkapkan bahwa buku fiksi sains sangat baik, tetapi
dalam banyak
hal dapat
juga menyesatkan
dan memunculkan miskonsepsi pada diri siswa.
c Kartun Cartoon
Gambar-gambar kartun dalam majalah sains sering kali dapat memunculkan dan menyebabkan miskonsepsi
pada siswa bila tidak mengindahkan hukum dan teori fisika yang berlaku.
4 Konteks
Suparno 2005:47-50
mengelompokkan konteks
penyebab miskonsepsi menjadi empat kelompok, yaitu: a
Pengalaman Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi
karena pengalaman yang di dapat siswa dalam kehidupan sehari-hari seringkali tidak sesuai dengan konsep dari para
ahli.
15 b
Bahasa sehari-hari Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari
yang mempunyai arti lain atau bahasa seringkali memiliki makna ganda yang membuat siswa bingung. Misalnya,
dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti dan menggunakan istilah berat dengan unit kg. Tetapi dalam fisika, berat
adalah suatu gaya, dan unitnya adalah Newton. c
Teman lain Setiap siswa pastilah senang belajar dalam
kelompok bersama teman-teman kelompoknya dengan mengerjakan PR, mengerjakan soal ataupun melakukan
praktikum, dan belajar bersama. Siswa dengan mudah terpikat pada yang diungkapkan, dipikirkan, dan dibuat oleh
teman-teman satu kelompoknya. Banyak siswa tidak kritis terhadap kesalahan teman, terlebih bila teman itu
dianggapnya dekat, pandai atau berpengaruh. Hal inilah yang seringkali menimbulkan miskonsepsi.
d Keyakinan dan ajaran agama
Keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini secara kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat
menerima penjelasan ilmu pengetahuan. Kadang-kadang siswa mempunyai dualisme gagasan; gagasan menurut ilmu
dan gagasan menurut agama, inilah yang membuat terjadinya miskonsepsi.
5 Metode mengajar
Suparno 2005:50 mengungkapkan bahwa beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang
menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering
mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Misalnya, metode yang sering digunakan oleh guru yaitu
metode ceramah. Metode ceramah, tanpa memberikan
16 kesemapatan
siswa untuk
bertanya dan
juga untuk
mengungkapkan gagasan, sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi, terlebih pada siswa yang kurang mampu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab miskonsepsi diantaranya adalah diri siswa itu sendiri
karena kurang memahami konsep yang sesuai dengan konsep para ahli dan juga dipengaruhi oleh guru yang mengajar, konteks
pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks.
c. Mendeteksi Miskonsepsi