92
arah rangkuman singkat sesuai hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya sebagai berikut:
Bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani dan rohani dalam usia lanjut berarti terus menerus mengembangkan karunia-karunia yang diberikan Tuhan dalam
hidup kita. Usia lanjut bukan berarti memasuki masa pasif tetapi justru semakin bertambah usia, kita semakin harus menunjukan sikap hidup yang baik untuk menjadi
panutan bagi siapa saja, khususnya kaum muda. Tentu hal ini perlu didukung dengan sikap-sikap baik yang telah diajarkan Yesus dalam nasihat-nasihat-Nya kepada para
murid-Nya antara lain beriman teguh, penuh cinta kasih, senantiasa memiliki pengharapan, rela berkorban, rela berbagi, rela menderita, mendengarkan dengan
baik, memberi nasihat dengan arif dan bijaksana, dan masih banyak sikap hidup lainnya yang dapat kita tumbuh kembangkan menuju kematangan hidup jasmani dan
rohani. Yesus menyadarkan kita untuk tetap memberikan sesuatu yang terbaik terutama kesaksian hidup kita yang dapat dijadikan panutan bagi anak cucu dan
sesama yang kita jumpai dan kita layani atau yang melayani kita di usia lanjut ini.
6. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkret
a. Pengantar
Eyang dan bapakibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita bersama- sama menggali pengalaman kita sebagai lansia yang harus tetap bertumbuh menuju
kematangan hidup rohani dan jasmani melalui cerita apa itu hidup. Demikianpun pengalaman kita bersama di usia lanjut ini, kita dapat mengartikan hidup sesuai
93
situasi yang kita hadapi seperti situasi hati yang gembira, hati yang sedang susah, situasi hidup yang gelap atau belum menemukan jalan keluar bagi permasalahan kita.
Kita tidak dapat memaksa orang lain untuk mengartikan hidup sama dengan situasi kita. Hidup yang kita jalani saat ini dapat berarti karunia yang diberikan Tuhan untuk
kita jalankan dan kita isi dengan kegiatan yang semakin menumbuhkan iman, harapan, dan kasih kepada Tuhan dan sesama. Hidup bisa diartikan sebagai
perjuangan menuju kepada Allah. Inilah bertumbuh menuju pada kematangan hidup baik jasmani maupun rohani.
Yesus pun menginginkan kita terus bertumbuh semakin ke dalam diri dengan mewujudkan karunia-karunia yang Ia berikan kepada kita. Ibarat benih atau biji
sesawi yang tumbuh memerlukan sebuah proses, demikian iman kita pun tumbuh memerlukan proses yang panjang. Para santo dan Bapa-bapa Gereja di masa lalu telah
memberikan teladan hidup dalam bertumbuh dan berkembang menuju kematangan hidup baik jasmani maupun rohani. Kita pun dituntut untuk tetap bertumbuh dalam
memberikan kesaksian dan teladan hidup yang baik bagi sesama kita dengan mengembangkan sikap-sikap hidup kita yang baik. Marilah sekarang kita memikirkan
niat dan tindakan apa yang dapat kita perbuat untuk bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani dan rohani. Hal ini dapat diwujudkan melalui hidup sehari-hari dan
sebagai bentuk pembaruan diri kita. b.
Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru pribadi, kelompok, atau bersama untuk lebih meningkatkan semangat kita dalam
mengembangkan karunia agar semakin bertumbuh menuju kematangan jasmani dan
94
rohani. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat:
1. Niat apa yang hendak kita lakukan untuk semakin mengembangkan karunia
agar semakin bertumbuh menuju kematangan jasmani dan rohani diusia lanjut baik dalam keluarga, lingkungan, kelompok lansia sendiri dan Paroki di mana
kita tinggal? 2.
Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat tersebut?
c. Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan
sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi atau bersama yang akan dilakukan. d.
Niat-niat pribadi dapat diungkapkan untuk saling meneguhkan. e.
Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama konkret yang dapat
segera diwujudkan, agar mereka semakin membarui sikap bersama atau kelompok sebagai lansia.
7. Penutup
a. Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua diajak
untuk merenungkan
syair puisi:
“Di saat
Daku Tua”
http:hshn.weebly.comberitapuisi-orang-tua, teks puisi terlampir pada
lampiran 4.
95
b. Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan puisi tersebut. Sementara lilin
dan salib dapat diletakkan di tengah umat untuk kemudian dinyalahkan. c.
Kesempatan doa umat spontan yang diawali pendamping dengan menghubungkan kebutuhan dan situasi kelompok lansia. Sesudah itu doa umat
disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Akhir Doa Umat ditutup dengan doa penutup dari pendamping yang merangkum keseluruhan langkah
ini, seperti di bawah ini: d.
Doa penutup Bapa yang mahabaik, kami bersyukur atas proses pendalaman iman malam hari
ini. Kami telah Engkau sadarkan akan arti hidup yang telah kami jalankan hingga memasuki usia lanjut ini. Berbagai situasi hidup telah kami alami dan itu tetap terus
kami alami hingga akhir hayat kami. Engkau tetap mengingikan kami untuk terus bertumbuh dan berkembang menuju kematangan hidup jasmani dan rohani. Ibarat
benih atau biji sesawi yang ditanam dan melebur hilang di dalam tanah, namun kemudian ia tumbuh menjadi satu pohon yang besar, dimana setiap mahluk hidup
mendapat naungan dan perlindungan dari cabang-cabangnya. Semakin memasuki usia lanjut, pohon itu semakin kokoh dan berdiri tegar dengan akar yang tertanam kuat.
Kami mengerti Engkau pun menghendaki kami berbuat demikian, terus bertumbuh dan berkembang dalam mengembangkan karunia-karunia yang Engkau berikan pada
kami, terutama dalam memberikan teladan dan kesaksian hidup yang baik kepada siapa saja. Semoga kami dapat mewujudkan niat-niat baik kami dengan tetap terus
bertumbuh dan berkembang seperti benih atau biji sesawi yang ditanam. Doa ini kami