29
4. Kebergantungan satu sama lain
Kaum lansia mengingatkan masyarakat akan kodrat sosial manusia dan perlunya memperbaiki tata susunan hubugan antar pribadi dan sosial. Melalui sikap
kebergantungan inilah kaum lansia dan masyarakat di sekitar dibantu untuk saling membantu dan mengisi, baik lewat perilaku dan keteladanan hidup sehari-hari. Sikap
individualistik dan pencarian kepentingan pribadi masyarakat di zaman modern ini harus digerus sehingga didapati Visi hidup yang lebih lengkap dan bermutu.
5. Visi hidup yang lebih lengkap
Hidup kita dikuasai oleh sikap buru-buru, resah-gelisah, dan tidak jarang oleh neurosis
3
. Hidup seperti ini adalah hidup yang kacau, hidup yang melupakan pertanyaan-pertanyaan pokok tentang panggilan martabat dan tujuan akhir manusia.
Usia lansia merupakan usia kesederhanaan dan kontemplasi. Nilai-nilai afektif, moral, dan religius yang hidup dalam diri kaum lansia merupakan sumber daya yang
sangat diperlukan untuk mengembangkan keselarasan masyarakat, keharmonisan keluarga,
dan keserasian
individu. Nilai-nilai
ini mencakup
kesadaran bertanggungjawab, iman akan Allah, persahabatan, sikap tidak memihak pada
kekuasaan, pertimbangan, kebijaksanaan, kesabaran, dan keyakinan batin yang dalam akan perlunya menghormati alam ciptaan dan memupuk kedamaian.
3
Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada ketidakseimbanga
n mental yang menyebabkan stress ”NN”. https:id.wikipedia.orgwiki, Neurosis, diakses pada 26 Juni 2017.
30
C. Kaum Lansia dalam Kitab Suci
Kitab Suci dapat menjadi sumber acuan untuk memahami sepenuhnya makna dan nilai kaum lansia. Gambaran kaum lansia dalam Kitab Suci memang tidak selalu
positif, misalnya dalam kata- kata yang disampaikan Pengkotbah: ‟‟umur muda dan
fajar hidup itu kesia- siaan‟‟ Pkh. 11:10 [LE, art. 6]. Kendati Kitab Suci memuat
kenyataan pahit mengenai kaum lansia, namun Kitab Suci tetap mempertahankan visi yang positif sekali tentang nilai hidup. Manusia selamanya tetap “dalam gambar
Allah” Kej. 1:26, dan tiap tahap hidup mempunyai keindahannya sendiri dan tugas- tugasnya sendiri LE. art. 6. Berikut beberapa ulasan dan renungan dalam Kitab Suci
mengenai kaum lansia serta tantangan yang mereka hadapi dalam masyarakat dewasa ini:
1. Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus
menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu Im. 19:32.
Dalam Kitab Suci penghormatan kepada orang tua menjadi hukum dan perintah yang harus ditaati oleh seluruh umat Im. 19:32, Ul.5:16. Dalam Putra Sirakh 3:16,
juga secara jelas disampaikan nasihat atau himbauan agar menghormati orang tua, terutama mereka yang telah memasuki masa lansia. Menghormati orang-orang tua
mencakup tiga tugas, yakni menyambut mereka, menolong mereka, dan memanfatkan baik sifat-sifat mereka LE, art. 12. Sehingga dibutuhkan usaha bersama untuk
melawan kecenderungan yang meluas dewasa ini, yakni kecenderungan untuk mengabaikan dan meminggirkan kaum lansia Widyamartaya, 2015: 22. Oleh karena
31
itu, kaum muda perlu dididik sejak dini agar tetap menghormati dan tidak meninggalkan kaum lansia, karena pada hakikatnya mereka saling membutuhkan dan
dapat saling melengkapi. Paus Yohanes Paulus II juga mengajak seluruh umat agar mengembangkan peradaban penuh manusiawi yang menampakkan sikap hormat dan
penuh cinta kasih kepada kaum lansia LE, art. 12. 2.
Mereka masih berbuah pada masa tua Mzm. 92:15. Kuasa Allah dapat dinyatakan dalam usia tua, sekalipun ciri khas usia tua
adalah kelemahan-kelemahan serta rintangan-rintangan jasmani Widyamartaya, 2015: 23. 1Kor. 1:27-29 juga memberikan penegasan yang senada:
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang
yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti,
dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang
memegahkan diri di hadapan Allah. Melalui 1Kor. 1:27-29 diungkapkan secara indah bagaimana karya Allah justru
seringkali terlaksana dalam diri orang-orang yang dipandang lemah atau tidak berarti oleh dunia. Dalam sejarah keselamatan juga telah memberi bukti nyata bahwa
rencana penyelamatan Allah justru terlaksana dalam tubuh-tubuh yang lemah, rapuh dan tidak berdaya. Di dalam rahim Sara yang mandul dan tubuh Abraham yang telah
menua, janji Allah dinyatakan dan lahirlah bangsa terpilih Kej. 12:12:2-3; Rm. 4:18- 20.
Kisah yang kurang lebih sama juga disampaikan dalam Perjanjian Baru melalui kisah Elisabet dan Zakharia, pasangan lanjut usia, yang mendapat berkat dari Allah