35
Bagi orang-orang beriman, kematian justru merupakan saat pengharapan untuk mengalami perjumpaan atau bertemu muka dengan Tuhan, Sang Pemberi hidup
Widyamartaya, 2015: 26. Sikap yang lebih positif dalam memandang maut juga disampaikan secara eksplisit oleh Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada
umat lansia: …iman menyinari misteri maut dan mendatangkan keheningan kepada usia
lanjut, yang sekarang tidak lagi dipandang dan dihayati secara pasif sebagai sikap menantikan melapetaka, tetapi sebagai pendekatan penuh janji terhadap
tujuan penuh kematangan. Itulah tahun-tahun yang harus dihayati dengan citarasa penyerahan diri penuh kepercayaan ke dalam tangan Allah, Bapa
Penyelenggara kita yang penuh kerahiman LE, art. 16.
Paus Yohanes Paulus II ingin mengajak kaum lansia agar menghadapi kematian dengan iman dan sikap hati yang lebih positif, yaitu dengan berserah diri dan
kepercayaan kepada Allah yang Maha Rahim. 5.
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana Mzm. 90:12.
Menurut Kitab Suci “kharisma hidup panjang” adalah kebijaksanaan. Namun kebijaksanaan tidak secara otomatis menjadi milik mereka yang telah memasuki usia
tua. Kebijaksanaan semata-mata merupakan anugerah dari Allah dan harus diusahakan oleh setiap orang sebagai tujuan hidupnya. Mengingat hidup manusia
sangat terbatas dan pasti akan berakhir dengan kematian fisik, maka setiap orang harus memanfaatkan waktu yang ada untuk menempa diri dan menghayati hidup
dengan penuh tanggung jawab. Sikap semacam ini diharapkan dikemudian hari dapat membuahkan kebijaksan
aan. “Hakikat kebijaksanaan ini ialah penemuan makna
36
mendalam hidup manusia dan penemuan tujuan transenden hidup manusia dalam Allah Widyamartaya, 2015: 27. Paus Yohanes Paulus II secara khusus melalui surat
kepada umat lansia juga mengajak seluruh umat untuk bersama-sama menimba kebijaksanaan kepada kaum lansia:
Hendaklah masyarakat sepenuh mungkin menggunakan kekuatan para lanjut usia, yang di berbagai daerah di dunia
–khususnya saya pikirkan Afrika–tepat dihormati sebagai “ensiklopedi-ensiklopedi hidup” kebijaksanaan, para penjaga
harta-karun tiada taranya perihal pengalaman-pengalaman manusiawi dan rohani LE, art. 12.
6. Pada-Mu ya Tuhan, aku berlindung; janganlah sekali-kali aku mendapatkan
malu Mzm. 71:1. Ayat dari Kitab Mazmur ini dengan sangat indah menggambarkan mengenai
salah satu dari sekian banyak doa dari kaum lansia yang ada dalam Kitab Suci. Ayat ini sekaligus menggambarkan dan memberi kesaksian mengenai jiwa yang saleh di
hadapan Tuhan. “Doa adalah sarana utama untuk memperoleh pengertian rohani tentang hidup yang khas bagi kaum lansia” Widyamartaya, 2015: 27. Doa adalah
bentuk kekuatan dan pelayanan yang dapat dilakukan kaum lansia, bahkan bagi mereka sedang terbaring sakit, cacat, dan tak berdaya demi kesejahteraan Gereja dan
seluruh dunia. Doa dapat menjadi sarana bagi kaum lansia untuk mendobrok segala bentuk isolasi untuk tampil dan turut merasakan derita dan suka cita orang lain.
Dalam suratnya pun secara tegas, Paus Yohanes Paulus II mengajak kaum lansia untuk terus berdoa dan melay
ani sesama dengan cinta kasih: “Itulah waktu yang hendaknya digunakan secara kreatif untuk mendalami hidup rohani kita melalui doa
37
dan komitmen yang lebih bersemangat untuk melayani saudari-saudara kita dalam cinta-
kasih” LE, art. 16.
D. Gereja dan Kaum Lansia
Di dalam Gereja, ketergantungan umat Allah dari berbagai generasi erat terjadi dan dapat saling melengkapi. “Berbagai generasi dipanggil untuk mengambil bagian
dalam rencana Allah yang penuh kasih dengan saling bertukar anugerah yang dikaruniakan oleh rahm
at Roh Kudus untuk memperkaya setiap orang” Widyamartaya, 2015: 27. Kaum lansia dapat membagikan nilai-nilai religius dan
moral yang merupakan kekayaan rohani mereka. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi jemaat kristiani, keluarga, maupun dunia.
Dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II juga mengungkapkan secara jelas bahwa generasi muda dapat menimba kekayaan rohani
kaum lansia sebagai sumber inspirasi atau teladan: “Kita semua akrab dengan teladan-teladan para lanjut usia, yang mengagumkan tetap masih muda dan kuat
rohani. Mereka yang menemukan kontak dengan kaum lanjut usia itu, merasakan kata-
kata mereka sebagai inspirasi, dan teladan mereka menjadi sumber hiburan” LE, art. 12. Menurut beliau, ada banyak kaum lansia yang meskipun telah menjadi
kaum lansia tetap memiliki semangat seperti anak muda dan kuat secara rohani. Dari kaum lansia seperti inilah, Paus Yohanes Paulus II mengajak agar anak muda tidak
menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk menimba inspirasi atau teladan yang akan berguna bagi kehidupan mereka.
38
Pada masa lansia ini, nilai-nilai transendental umumnya semakin kuat muncul dalam diri mereka. Dapat dijumpai kaum lansia di berbagai belahan dunia yang
semakin rajin berdoa justru saat mereka telah menjadi lansia. Doa mereka dapat menjadi sumbangan yang sangat besar bagi Gereja. Mereka yang tadinya tidak pernah
pergi ke gereja, akhirnya kembali lagi ke gereja. Memang penghayatan iman kaum lansia umumnya sangat sederhana, namun bukan berarti tidak berguna atau kurang
mendalam. Gereja perlu terlibat dalam katekese bagi kaum lansia. Kehidupan kaum lansia
yang seringkali diwarnai oleh kerapuhan, kelemahan, dan penyakit membuat mereka merasa mendapat hukuman dari Allah atau sekurang-kurangnya merasa bahwa Allah
tidak mencintai mereka. Gereja perlu hadir untuk membuka cakrawala pengharapan mereka, serta menunjukkan bahwa Allah adalah kasih. Kaum lansia juga perlu
dibantu untuk semakin mendalami Kitab Suci, isi iman dan merenungkan kematian serta kebangkitan Kristus. Dengan demikian diharapkan pandangan atau konsepsi
mereka tentang Allah yang tidak peduli atau Allah yang penghukum dapat berubah. Gereja memiliki kewajiban memberi kesempatan yang besar kepada kaum
lansia untuk berjumpa dengan Kristus. Mereka perlu dibantu sedemikian rupa agar dapat menemukan arti penting dari rahmat baptisan yang telah mereka terima, yaitu
berkat baptisan mereka dilahirkan kembali di dalam Kristus. “Kesadaran bahwa dengan baptis kita dilahirkan kembali membuat kaum lansia mampu menjaga dalam
hati mereka rasa kagum di hadapan misteri Kasih Allah yang dinyatakan dalam penciptaan dan penebusan” Widyamartaya, 2015: 37.
39
“Gereja berkewajiban menyadarkan kaum lansia sedalam-dalamnya bahwa mereka juga mempunyai tugas untuk menyebarkan Injil Kristus ke seluruh dunia dan
menyatakan kepada setiap orang misteri kehadiran-Nya dalam sejarah untuk selama- lamanya” Widyamartaya, 2015: 37. Kaum lansia dapat hadir sebagai saksi yang
istimewa untuk menunjukkan kepada dunia mengenai Allah yang setia, Allah yang selalu peduli dan menepati janji-Nya kepada manusia. Paus Yohanes Paulus II secara
tegas juga mengungkapkan bahwa: Gereja masih memerlukan anda. Gereja menghargai jasa-pelayanan, yang
kiranya Anda ingin menyelenggarakan di sekian banyak lahan kerasulan. Gereja mengandalkan laporan periode-periode lebih lama Anda berdoa. Gereja
mengandalkan nasihat Anda yang berasal dari pengalaman, dan Gereja diperkaya berkat kesaksian harian anda akan Injil, LE, art. 13.
Terlihat jelas melalui ungkapan Paus Yohanes Paulus II tersebut bahwa lansia masih sangat dibutuhkan oleh Gereja. Lansia bukanlah barang usang yang sudah
tidak berguna dan tidak memiliki arti lagi. Mereka masih dapat terlibat dalam banyak kegiatan kerasulan. Mereka tetap dapat memberikan sumbangan bagi Gereja melalui
doa, nasihat yang bersumber dari pegalaman mereka, serta kesaksian hidup. Kesaksian hidup mereka mengenai iman yang mereka hayati akan memberi dampak
yang baik, terutama bagi orang-orang di sekelilingnya. Tugas pastoral Gereja untuk mewartakan Injil kepada kaum lansia pertama-
tama adalah untuk memperkembangkan dan memupuk kerohanian yang khas bagi kaum lansia, yakni “kerohanian yang berdasarkan kelahiran kembali terus-menerus
yang dianjurkan oleh Yesus Kristus sendiri kepada Nikodemus supaya tidak membiarkan kelahiran kembali dirinya dihalangi oleh usia tua. Kelahiran di sini
40
dimaksudkan bahwa seseorang memiliki relasi yang semakin intim dengan Allah dan memiliki kedewasaan iman tanpa takut terpengaruh oleh fisik yang semakin lama
semakin rapuh” Widyamartaya, 2015: 38. Kelahiran kembali di dalam Yesus, tidak harus seseorang masuk lagi ke dalam rahim ibunya, tetapi dalam arti lahir secara
rohani membuang manusia lama dan hidup menjadi manusia baru dalam pengharapan, penyerahan dan rasa syukur. Lahir baru atau lahir kembali merupakan
tindakan Allah yang disediakan bagi orang percaya sehingga memungkinkan mereka memperoleh hidup kekal Yoh. 1:12-13. Oleh karena itu, kaum lansia harus dibantu
untuk senantiasa menghayati imannya melalalui doa, mensyukuri setiap tahap hidupnya, dan berserah atas rahmat hidup yang diterima.
Tugas pastoral untuk mendampingi kaum lansia perlu disiapkan dengan melatih imam, sukarelawan, orang muda maupun orang dewasa. Mereka harus mampu
memberikan pelayanan pastoral yang dapat menjawab kebutuhan kaum lansia dengan cara yang berbeda-beda. Imam dapat mendapingi kaum lansia agar mereka tetap
dapat mengambil bagian dalam hidup Sakramental Gereja, misalnya dibantu untuk mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi, memberikan sakramen perminyakan, dan
sakramen tobat, terutama bagi kaum lansia yang sudah mengalamai kelemahan- kelemahan fisik. Sukarelawan, orang muda maupun orang dewasa dapat mengunjungi
dan memberikan penghiburan kepada kaum lansia, terutama kaum lansia yang mengalami sakit yang sudah tidak dapat terobati lagi.
Sumbangan dari kaum lansia melalui keterlibatan mereka dalam karya pastoral ini juga sangat dibutuhkan. Melalui kekayaan iman dan pengalaman yang dimiliki,
41
sesama kaum lansia dapat saling memperkaya dan memperteguh. Kaum lansia bukanlah orang yang secara pasif menerima reksa pastoral Gereja. „„Mereka adalah
rasul yang tak tergantikan tempatnya, terutama di kalangan mereka sendiri, sebab tidak seorangpun lebih mengetahui dari pada mereka mengenai masalah-masalah dan
perasaan-perasaan yang khas pada tahap hidup ini Widyamartaya, 2015: 39.
E. Petunjuk untuk Reksa Pastoral Kaum Lansia
Dalam Amanat Apostolik Christifideles Laici tentang panggilan dan perutusan kaum awam, Yohanes Paulus II berbicara kepada orang-orang lanjut usia:
Masa pensiun yang dinantikan memberi kesempatan baru dalam kerasulan tersebut kepada mereka yang tidak lagi pergi ke tempat kerja dan melalukan
berbagai profesi. Dalam tugas itu ialah kebulatan tekad mereka untuk mengalahkan godaan yang mendorong mereka supaya lari ke dalam nostalgia
masa lalu yang tak akan pernah kembali atau lari dari tanggug jawab masa kini karena kesulitan-kesulitan yang dijumpai dalam dunia yang dari waktu ke
waktu menampilkan sesuatu yang baru. Mereka selalu mengetahui dengan jelas bahwa peranan orang dalam Gereja dan masyarakat sama sekali tidak berhenti
pada usia tertentu. Pada waktu-waktu seperti itu, peranan itu hanyalah mengahadapi cara-
cara penerapan yang baru… mencapai usia tua harus dipandang sebagai keistimewaan tidak hanya karena tidak setiap orang
beruntung mencapai usia tua tetapi juga, dan terutama, karena masa ini memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk menilai masa lalu dengan lebih
baik, untuk mengenal dan menghayati misteri Paskah dengan lebih dalam, dan untuk menjadi teladan dalam Gereja bagi seluruh umat Allah art. 48.
Melalui Amanat Apostoliknya tersebut, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa kaum lansia yang telah pensiun dari pekerjaan mereka tetap memiliki
kesempatan untuk dapat terlibat dalam karya kerasulan Gereja. Usia tua tidak menghalangi mereka untuk tetap berkarya bagi Gereja dan masyarakat, misalnya,
dapat menjadi teladan dalam Gereja melalui sikap hidup atau kesaksian hidupnya,
42
memberikan nasihat-nasihat yang baik bagi orang yang lebih muda, serta menjadi pendoa bagi siapa saja. Usia tua harus dipandang secara positif, yaitu sebagai
kesempatan istimewa karena dapat mencapai usia tua; dengan cara mengevaluasi atau menilai masa lalu dengan melakukan refleksi untuk melihat kembali rahmat Tuhan
dalam perjalanan hidupnya. Dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II kembali
menegaskan mengenai keterlibatan yang masih dapat dilakukan oleh kaum lansia di dalam Gereja:
Itulah waktu yang hendaknya digunakan secara kreatif untuk mendalami hidup rohani kita melalui doa dan komitmen yang lebih bersemangat untuk melayani
saudari-saudara kita dalam cinta-kasih. Maka sangat dianjurkan semua program sosial, yang memampukan para lanjut usia untuk masih melanjutkan
memperhatikan kesejahteraan fisik mereka, pengembangan intelektual mereka, dan hubungan-hubungan pribadi mereka, begitu pula program-program yang
memampukan mereka menjadikan diri penuh manfaat, dan menyediakan waktu, bakat-pembawaan dan pengalaman mereka untuk melayani sesama LE. 16.
Oleh karena itu, Gereja perlu membuka kemungkinan reksa pastoral yang dapat melibatkan kaum lansia dalam karya kerasulan. Dari berbagai bidang yang terbuka
kemungkinannya untuk kesaksian kaum lansia dalam Gereja mencakup bidang- bidang sebagai berikut Widyamartaya, 2015: 43-46:
1. Keluarga
Kaum lansia merupakan bagian dari keluarga yakni sebagai penyambung ingatan sejarah bagi generasi muda Widyamartaya, 2015: 44. Bila ingatan ini tidak
ada, maka mereka akan tercabut dari akar dan kehilangan harapan untuk mencapai