59
Pengalaman iman dalam katekese umat berangkat dari peristiwa hidup sehari- hari yang mereka hayati. Di sini Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup umat dalam
Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari pengahayatan iman Gereja di sepanjang trandisinya. Pemimpin katekese umat bertindak terutama sebagai
pengarah dan pemudah fasilitator dalam proses katekese. Ia adalah seorang pelayan yang membantu menciptakan suasana komunikatif atau membangkitkan gairah
peserta untuk dapat saling bertukar pengalaman iman secara terbuka Huber, 1993: 10.
C. Katekese
Model Shared Christian Praxis
Terdapat cukup banyak model katekese yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan katekese, misalnya model biblis,
Shared Christian Praxis SCP, dan model campuran. Model biblis merupakan model katekese yang bertolak dari
pengalaman Kitab Suci atau Tradisi. Model campuran merupakan gabungan dari model biblis dan model pengalaman hidup yang lebih bertolak pada hubungan antara
Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkret Sumarno Darmasuwarna, 2016: 11. Namun dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan model
SCP untuk memberikan katekese kepada lansia. Salah satu pertimbangan penulis menggunakan model Shared Christian Praxis karena model ini dirasa lebih mampu
mengangkat pengalaman hidup peserta sebagaimana yang ditekankan dalam Surat Paus Yohanes Paulus II kepada lansia.
60
Shared Christian Praxis merupakan suatu alternatif katekese umat model pengalaman hidup. Pengalaman hidup yang dimaksud adalah pengalaman hidup
peserta atau umat sendiri. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani. Tujuan yang
diharapkan dari proses tersebut adalah munculnya sikap dan kesadaran baru yang mampu memotivasi pada keterlibatan baru dari peserta Sumarno Darmasuwarna,
2016: 14. “Sebagai suatu pendekatan, model ini menekankan proses katekese yang bersifat dialogis-partisipatif supaya dapat mendorong peserta, berdasar komunikasi
antara “tradisi” dan visi hidup mereka dengan “tradisi” dan visi kristiani, sehingga baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan
pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan manusi
a” Heryatno Wono Wulung, 1997: 1. Katekese model SCP menempatkan peran dan keberadaan dari peserta sebagai
subjek yang bebas dan bertanggungjawab. “Berdasarkan pada refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya dalam kaitannya dengan situasi konkret masyarakat dan
komunikasinya dengan iman dan visi Gereja, kesadaran diri peserta sebagai subjek yang secara aktif dan kreatif menghayati imannya dapat makin diwujudkan”
Heryatno Wono Wulung, 1997: 1. Proses dialogis yang dibangun dalam katekese model SCP tidak hanya antarpeserta dengan pendamping, tetapi juga antarpeserta itu
sendiri.
61
1. Komponen utama
Shared Christian Praxis
Terdapat tiga komponen utama dalam katekese model SCP, yaitu shared, christian, praxis. Berikut ini penjelasan ketiga komponen utama dalam katekse model
SCP.
a Shared
Istilah shared merujuk pada sebuah proses komunikasi yang terbangun secara timbal balik, artinya terdapat peran serta aktif dan kritis dari peserta. Istilah ini
sekaligus menekankan aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan, dan solidaritas antarpeserta
Groome, 1997: 4. Dalam sharing peserta membagikan pengalaman, pengetahuan, perasaan mereka secara terbuka dengan sikap persaudaraan dan cinta
kasih. Dengan demikian tampak jelas bahwa terdapat hubungan dilogis yang kuat dalam proses ini.
Dalam sharing setiap peserta, sesuai dengan gayanya, pengalaman konkret dan kepentingannya, memberikan sumbangan yang khas dalam proses katekese ini
Heryatno Wono Wulung, 1997: 4. Masing-masing peserta memiliki kedudukan yang unik sebagai subjek yang otonom dan bertanggungjawab. Oleh karena itu,
seluruh peserta memiliki hak dan porsinya masing-masing untuk secara aktif dan kritis mengolah pengalaman hidup yang mereka rasakan dan situasi faktual yang
terjadi dalam masyarakat. Pengalaman tersebut kemudian dikonfrontasikan dengan iman dan visi Gereja. Kemudian peserta didorong untuk membuat penegasan,
penilaian, dan pengambilan keputusan untuk melakukan aksi konkret sebagai wujud