42
memberikan nasihat-nasihat yang baik bagi orang yang lebih muda, serta menjadi pendoa bagi siapa saja. Usia tua harus dipandang secara positif, yaitu sebagai
kesempatan istimewa karena dapat mencapai usia tua; dengan cara mengevaluasi atau menilai masa lalu dengan melakukan refleksi untuk melihat kembali rahmat Tuhan
dalam perjalanan hidupnya. Dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II kembali
menegaskan mengenai keterlibatan yang masih dapat dilakukan oleh kaum lansia di dalam Gereja:
Itulah waktu yang hendaknya digunakan secara kreatif untuk mendalami hidup rohani kita melalui doa dan komitmen yang lebih bersemangat untuk melayani
saudari-saudara kita dalam cinta-kasih. Maka sangat dianjurkan semua program sosial, yang memampukan para lanjut usia untuk masih melanjutkan
memperhatikan kesejahteraan fisik mereka, pengembangan intelektual mereka, dan hubungan-hubungan pribadi mereka, begitu pula program-program yang
memampukan mereka menjadikan diri penuh manfaat, dan menyediakan waktu, bakat-pembawaan dan pengalaman mereka untuk melayani sesama LE. 16.
Oleh karena itu, Gereja perlu membuka kemungkinan reksa pastoral yang dapat melibatkan kaum lansia dalam karya kerasulan. Dari berbagai bidang yang terbuka
kemungkinannya untuk kesaksian kaum lansia dalam Gereja mencakup bidang- bidang sebagai berikut Widyamartaya, 2015: 43-46:
1. Keluarga
Kaum lansia merupakan bagian dari keluarga yakni sebagai penyambung ingatan sejarah bagi generasi muda Widyamartaya, 2015: 44. Bila ingatan ini tidak
ada, maka mereka akan tercabut dari akar dan kehilangan harapan untuk mencapai
43
tujuan di masa depan yang melampaui masa kini. Peran kaum lansia sebagai penjaga “ingatan sejarah” juga disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II:
Merekalah penjaga-penjaga kenangan kolektif kita, oleh karena itu para penafsir istimewa keseluruhan cita-cita dan nilai-nilai bersama, yang
mendukung dan memandu hidup dalam masyarakat. Menyingkirkan para lanjut usia dalam arti tertentu berarti mengingkari masa lampau, masa sekarang ini
berurat-akar mendalam, atas nama modernitas tanpa kenangan. Justru karena pengalaman mereka matang, para lanjut usia mampu menyajikan kepada kaum
muda nasehat dan bimbingan yang bernilai tinggi” LE, art. 9.
Menurut beliau,kaum lansia merupakan penjaga kenangan kolektif atau bersama, sehingga mereka layak disebut sebagai penafsir istimewa mengenai seluruh cita-cita
dan nilai bersama. Berkat pengalaman yang matang dari masa lampau, maka kaum lansia dapat menyajikan nasihat dan bimbingan yang bernilai tinggi bagi generasi
muda. Oleh karena itu, kaum lansia dapat menjadi pendidik yang luar biasa bagi keluarga dan masyarakat luas.
2. Kegiatan-Kegiatan Amal Kasih
Masih dapat dijumpai banyak kaum lansia di dalam Gereja yang kuat secara fisik dan spiritual. Mereka masih mampu untuk membaktikan diri mereka dalam
karya pelayanan cinta kasih bagi sesama. Hal itu juga ditekankan secara jelas oleh Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada kaum lansia. Beliau mengajak agar
kaum lansia membangun komitmen penuh semangat untuk melayani saudara-saudari dalam cinta kasih LE, art. 16.
44
3. Kerasulan
Kaum lansia dapat memberikan sumbangan yang sangat besar bagi karya pewartaan Injil dan dapat memberikan kesaksian yang luar biasa bagi seluruh anggota
Gereja. Semangat semacam ini sudah ditelandankan oleh banyak tokoh dalam Kitab
Suci. Misalnya saja Nikodemus, anggota Sanhedrin yang telah lanjut usia. Di tengah malam, secara diam-diam ia menjumpai Yesus. Dalam perjumpaan itu, Yesus
menyingkapkan diri bahwa Ia adalah Putera Allah Yoh. 3:1-21. Kemudian Nikodemus tampil lagi dalam pemakaman Yesus untuk membawa mur dan
menunjukkan diri murid Tuhan yang disalibkan Yoh. 19:38-40. Apa yang dilakukan oleh Nikodemus menegaskan bahwa usia tua tidak menghalangi karya pelayanan
untuk terus mewartakan Injil. Hal ini juga ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada umat lansia: “Contoh itu mengingatkan kita, bahwa pada
setiap tahap hidup Tuhan dapat meminta dari kita masing-masing untuk menyumbangkan bakat-kecakapan yang ada pada kita. Pelayanan Injil tiada sangkut-
pautnya dengan umur hidup sedikit pun” LE, art. 7. Singkatnya, kaum lansia masih dapat terlibat dan dilibatkan dalam karya
pewartaan Injil di dalam Gereja dan kesaksian hidup mereka dapat menjadi Injil yang hidup. Masih dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II
melanjutkan: Yang terutama saya pikirkan dalam rangka pewartaan Injil: sifat efektifnya
tidak pertama-tama tergantung dari kemahiran teknis. Dalam sekian banyak keluarga cucu-cucu diajari pokok-pokok sederhana iman oleh kakek atau nenek
mereka Ada sekian banyak lahan, tempat para lanjut usia dapat memberi sumbangan yang sungguh menguntungkan LE, art. 13.
45
Melalui suratnya ini, Paus Yohanes Paulus II sungguh ingin mengajak dan melibatkan kaum lansia dalam karya pewartaan Injil. Beliau juga mengingatkan
bahwa kaum lansia tetap memiliki lahan yang luas untuk memberikan sumbangan yang berguna bagi Gereja, termasuk dalam karya pewartaan Injil.
4. Kontemplasi dan Doa
Usia tua merupakan rahmat istimewa dari Allah yang diterima oleh kaum lansia. Orang-orang lanjut usia harus didorong untuk mempersembahkan tahun-tahun
hidupnya yang tersisa, yang jumlahnya hanya diketahui Allah, kepada suatu perutusan baru yang diterangi oleh Roh Kudus” Widyamartaya, 2015: 44-45. Paus
Yohanes Paulus II juga menyampaikan hal yang sama, bahwa kaum lansia dapat menggunakan waktunya di usia tua ini secara kreatif mendalami hidup rohani melalui
doa LE, art. 16. Doa dapat menjadi sumbangan dari kaum lansia yang berharga bagi Gereja.
5. Cobaan, Sakit, dan Penderitaan
Kaum lansia umumnya mulai mengalami penurunan fisik yang drastis dan menjadi mudah terserang penyakit. Kondisi semacam ini tentu saja membuat banyak
kaum lansia menderita. Gereja memiliki tanggung jawab untuk membantu kaum lansia mengahayati kondisi sakit dan penderitaan mereka. Hal itu hanya dapat
dilakukan jika kaum lansia merasa dicintai oleh orang-orang disekelilingnya sebagaimana yang diungkapkan oleh Paus Yohanes Paulus sendiri: “Segala-sesuatu
46
menjadi lebih mudah, bila setiap penghuni lanjut usia ditolong oleh keluarga, sahabat-sahabat atau jemaat-jemaat paroki, supaya merasa dikasihi dan masih
berguna bagi masyarakat” LE, art. 13. Dengan perasaan dicintai akan membantu kaum lansia untuk tidak lagi merasa sebagai beban. Akhirnya, Keluarga merupakan
orang terdekat yang sekiranya sungguh mampu menjadi penyalur berkat untuk merawat, memperhatikan, mendukung, dan menjaga mereka dengan penuh cinta.
Selain itu, jemaat-jemaat paroki di dalam Gereja juga perlu membantu kaum lansia agar dapat mengahayati penderitaan yang mereka alami dengan turut serta
memberikan katekese atau pendampingan iman sesuai dengan kebutuhan mereka.
F. Rangkuman
Paus Yohanes Paulus II memiliki perhatian yang istimewa kepada kaum lansia. Beliau juga memiliki pandangan yang sangat positif mengenai kaum lansia.
Meskipun kaum lansia penuh dengan kerapuhan fisik, namun menurut beliau kaum lansia memiliki kesempatan yang besar untuk mengembangkan kebijaksanaan dalam
diri yang bersumber dari pengalaman masa lalu. Beliau juga menggunakan ayat-ayat dalam Kitab Suci sebagai pijakan refleksinya. Tidak ketinggalan, tokoh-tokoh dalam
Kitab Suci juga digunakan oleh Paus Yohanes Paulus II sebagai suri teladan bagi kaum lansia agar dapat lebih memaknai dan mensyukuri hidupnya.
Paus juga mengajak kaum lansia agar tidak menanggapi usia tua dengan kepasrahan pasif, sebagai sikap menantikan malapetaka, tetapi sebagai pendekatan
penuh janji untuk meraih tujuan penuh kematangan. Kaum lansia masih dapat